Tari Kebo Kinul SMA Negeri 1 Mojolaban Memukau Penonton
Solo, Poskita.co
Siswa-siswi SMA Negeri 1 Mojolaban tampil memukau dengan membawakan Tari Kebo Kinul, dalam event Festival Jurnalisme Toleransi Keberagaman, Kamis (27/06/2024), di Balai Kota Surakarta.
Penari Kebo Kinul dari SMA Negeri 1 Mojolaban di antaranya Satria Kusuma, Novian Veni Ismianti, Azizah Nur Hidayah, Fadhila Ade Tiara, Anggi Rian Dita dan Fira Indah Paramita.
Salah satu guru, Siti Barokah, yang ikut mendampingi para siswa saat tampil di Balai Kota Surakarta, memberikan penjelasan tentang Tari Kebo Kinul.
Tarian kebo kinul merupakan salah satu jenis tarian dari Kabupaten Sukoharjo. Nama Kebo Kinul memiliki arti “kerbau yang gemuk”. Tarian jenis ini jarang diketahui oleh masyarakat luas bahkan oleh masyarakat asli Kabupaten Sukoharjo karena tarian kebo kinul termasuk tarian yang jarang ditampilkan. Pada awalnya tarian kebo kinul ini termasuk ritual bersih desa sebelum akhirnya menjadi jenis hiburan berupa tarian tradisonal masyarakat Sukoharjo.
Pertunjukan Kebo Kinul mengisahkan tentang masyarakat Desa Genengsari Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo yang mengalami pagebluk (wabah penyakit yang menyerang manusia maupun tanaman). Warga gagal memanen hasil pertanian karena rusak yang tidak diketahui apa penyebabnya. Setelah diteliti ternyata yang merusak adalah kebo kinul sendiri yang dipercaya sabagai penjaga tanaman yang dibantu oleh hama tanaman seperti: tikus, celeng, menthek, dll.
Karena merasa tidak dihargai keberadaannya, para petani melalaikan kewajibannya untuk mengadakan sesaji/selamatan ketika memanen hasil pertaniannya. Warga desa tidak ada yang mampu menjinakkan kebo kinul yang sedang mengamuk tersebut, akhirnya minta pertolongan seorang Kyai bernama Kyai Pethuk. Kyai Pethuk meminta kepada Kebo Kinul untuk tidak merusak semua tanaman, namun kebo kinul terus membabi buta merusak tanaman warga, akhirnya peperangan sengit tidak terelakkan lagi.
Kyai Pethuk berdoa memohon petunjuk Tuhan Yang Maha Kuasa agar bisa menghentikan pagebluk yang sedang terjadi, dengan sarana sebuah keris pusaka akhirnya kebo kinul tunduk menyerah. Namun kebo kinul mempunyai permintaan agar para warga memberikan sesaji mengadakan selamatan pada waktu memanen hasil pertaniannya.
Setelah warga desa menyanggupi permintaan tersebut lenyaplah pagebluk yang melanda desa Genengsari. Kebo Kinul akhirnya menjadi sahabat petani dalam hal menjaga dan mengolah tanaman agar terhindar dari hama, dan hasil panenan dapat melimpah. Sebagai ungkapan rasa syukur karena telah terhindar dari pagebluk, warga desa mengadakan syukuran dengan sajian tari-tarian untuk menghibur warga masyarakat, sementara warga masyarakat juga ikut ambil bagian dalam tarian tersebut.
Datik Wuryaningsih, koordinator ekstra literasi Essamo, SMA Negeri 1 Mojolaban, menyatakan Tari Kebo Kinul merupakan tarian khas dari Sukoharjo. Ia bangga siswa-siswi SMA Negeri 1 Mojolaban bisa tampil di Balai Kota Solo.
“Saya merasa bangga dari kebo kinul yang merupakan tarian khas dari Sukoharjo. Pada awalnya, Tarian Kebo Kinul dimunculkan dari panggung kecil di Projek P5, lalu dibawa ke panggung besar di Balai Kota Surakarta dengan pakaian yang sederhana buatan sendiri. Itu sungguh membanggakan dan juga kerja keras anak-anak yang bersedia untuk latihan, dandan sendiri. Sebuah kebanggaan kami sebagai guru yang notabene bukan pelatih tari, tetapi hanya penggemar seni yang hanya bisa memotivasi anak untuk terus menekuni bakatnya,” ujar Datik Wuryaningsih. **
Cosmas