Mengenal Gigi, Pelukis Wajah Tidak Mirip
Ia terlanjur dikenal dengan panggilan Gigi (16 tahun). Baskara Arung Khatulistiwa nama lengkapnya. Gigi termasuk aktif ikut pameran di Solo Market Art (SAM). Ia sering melukis wajah seseorang, bukan melukis mirip, tetapi melukis wajah tidak mirip. Unik, kan?
Menurut Yayok Aryoseno, sang ayah, Gigi lahir 8 bulan di dalam kandungan ibunya, 3 bulan dalam perawatan kotak inkubasi karena bobot lahirnya tidak lebih 1kg, masa kecilnya gemuk putih.
“Sempat kita juluki HULK semakin besar menjadi tinggi 170cm saat ini sejajar dengan mas Galang dan saya, juga kulitnya agak gelap,” cerita Yayok.
Yayok bercerita, saat TK sudah menyadari mengapa Gigi lambat membaca dan berhitung , saat SD disarankan oleh ibu Psikiater untuk sekolah inklusi karena Gigi anak istimewa Disleksia, dimana dia bingung membedakan huruf : p-b-d, s-z dan angka 1-7, 3-8 dst..keistimewaan ini yang membuatnya bertingkah “aneh” dalam berdialog dan bergerak bergaya, dia tidak mengenal kasta orang tua, profesi, orang asing, orang-orang yang selayaknya dihormati, baginya semua sama SATU KASTA sama dengan nya, temannya.
“Bakat menggambarnya muncul saat usia 10th kelas 3SD ketika demam games Angry Bird, tiba-tiba dia melukisi semua buku tulis bergarisnya dengan karakter Angry Bird tanpa penghapus dan mirip sekali tanpa meniru hanya melukiskan apa yang terekam di otaknya, saat itu kami kaget luar biasa!” ujar Yayok.
Kekagetan Yayok berulang ketika kelas 3 SMP baru 2 bulan lalu tetiba dia melukis karakter JOKO KIWIR Pemburu Maut.
Entah dapat reverensi dari mana, tiba-tiba saja muncul karya itu dengan goresan khas yang tiada duanya juga pemberian nama yang unik, selanjutnya muncul karakter SLAMET KLUNGSU pemburu bansos, SRI CEPLOK bakul ndog pasar Legi, ENDANG LEMU korban pinjol dan lain sebagainya…
“Kami, ayah-ibu-kakaknya sepakat bahwa ini karya luar biasa dari Gigi anak istimewa kami, dan harus dibuatkan panggung untuk mengenalkan karyanya kepada umum, membangkitkan rasa percaya dirinya bahwa dia lelaki sehat yang berbakat, mempercepat proses kemandiriannya di kelompok sosial ketika dewasa nanti, mengembangkan bakat melukisnya supaya terus berproses dan tentu saja memberi pemahaman bahwa Gigi bisa hidup mandiri dengan karyanya,” ucap Yayok.
SAM Solo Art Market adalah panggung kehidupan seorang Gigi anak istimewa kebanggaan keluarga besarnya untuk berproses berkarya.
Yayok secara khusus berterima kasih kepada Heru Mataya, Dyah Yunik , Jajak , Slamet Raharjo atas dukungan dan penciptaan panggungnya Gigi, juga kepada para kreator artisan keluarga besar SAM atas support dan dukungannya selalu untuk Gigi berkarya …
cosmas