Menciptakan Suasana Pembelajaran Pendidikan Jasmani yang Menyenangkan Model Pembelajaran Kuantum
Oleh: Suhardi, S.Pd.
Guru Penjasorkes SDN 03 Waru, Kebakkramat, Karanganyar, Jawa Tengah
Selama ini, pendidikan jasmani belum berjalan efektif dan efisien, sehingga pembelajaran tidak menyenangkan bagi sebagian siswa. Untuk itulah, diperlukan gebrakan, inovasi agar pembelajaran menjadi menyenangkan, sehingga tidak lagi menjadi pembelajaran yang sentralistik.
Pendidikan jasmani merupakan mata pelajaran yang memiliki posisi yang strategis yang bertujuan untuk mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor melalui kegiatan pendidikan jasmani (Rithaudin, 2019). Namun di lapangan bicara lain tujuan Penjas yang mulia tersebut belum sepenuhnya bisa tercapai dikarenakan pengelolaan pembelajaran Penjas belum berjalan secara efektif dan efisien. Terbatasnya kemampuan guru dalam pengelolaan bidang studi, subtansi pengajaran masih spenuhnya sentralistik pada guru, pelaksanaan pembelajararn cenderung menggunakan pendekatan kepelatihan, masih terabaikan nilai-nilai kepenjasan merupakan persoalan pembelajaran Penjas yang kompleks dan dihadapi saat ini. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran penjas adalah model pembelajaran kuantum.
Model pembelajaran kuantum sebagai salah satu model, strategi, dan pendekatan pembelajaran, khususnya menyangkut keterampilan guru agar mampu menciptakan suasana pembelajaran yang efektif, menggairahkan, yang tidak hanya sebatas menjejali siswa dengan kemampuan akademis, tetapi juga memiliki keterampilan hidup (life skill). Model pembelajaran kuantum sebagai salah satu alternatif dalam menyajikan petunjuk praktis dan spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih efektif, bagaimana merancang kurikulum, menyajikan isi, dan memudahkan proses belajar bagi siswa. Sebagai salah satu bentuk model, kuantum menyajikan bentuk pembelajaran sebagai suatu orkestrasi yang jika dipilah menjadi dua unsur pokok yaitu konteks dan konten konteks berkaitan dengan lingkungan belajar baik lingkungan fisik maupun psikis, sedangkan konten berkenaan dengan isi/materi pembelajaran (DePorter, 1992).
Model pembelajaran kuantum merupakan metode belajar yang sesuai dengan cara kerja otak manusia dan cara belajar manusia pada umumnya. Dengan model Supercamp yang dikembangkan oleh Bobbi DePorter (1992), kurikulum dikembangkan secara harmonis dan berisi kombinasi dari tiga unsur, yaitu keterampilan akademik, prestasi atau tantangan fisik, dan keterampilan dalam hidup. Model pembelajaran kuantum bertujuan untuk meningkatkan partisipasi siswa melalui penggubahan keadaan, meningkatkan motivasi dan minat belajar, meningkatkan rasa kebersamaan, meningkatkan kemampuan daya ingat, meningkatkan daya dengar dan meningkatkan kehalusan prilaku. Posisi guru dalam pembelajaran kuantum, tidak semata-mata menterjemahkan kurikulum ke dalam strategi, metode, teknik, dan langkah-langkah pembelajaran, melainkan juga menterjemahkan kebutuhan nyata anak didik.
Model pembelajaran kuantum ini bisa digunakan oleh guru pendidikan jasmani untuk mengatasi belum efektifnya pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Dasar selama ini dengan pertimbangan baik konteks maupun konten pembelajaran kuantum hampir sama dengan prinsip pembelajaran pendidikan jasmani seperti: suasana belajar yang menggairahkan landasan yang kukuh lingkungan belajar yang mendukung dan rancangan belajar yang dinamis (DePorter 1999).
Prinsip utama pembelajaran kuantum yaitu segalanya berbicara, segalanya bertujuan pengalaman sebelum pemberian nama, mengakui setiap usaha, dan merayakan keberhasilan memiliki kesamaan dengan prinsip pembelajaran pendidikan jasmani seperti kejujuran kegagalan adaah awal kesuksesan, berbicara dengan niat yang baik hidup di saat ini, tanggung jawab, sikap luwes dan keseimbangan.
Pembelajaran kuantum dalam pendidikan jasmani dirancang dan dikembangkan untuk membantu anak didik mengembangkan potens diri dengan memanfaatkan lingkungannya serta hubungan dengan minat oahraga yang digemari dan media yang digunakan. Model pembelajaran kuantum sangat kondusif diperlukan, karena sifat keinginantahuan anak didik dapat terwujudkan dimana anak didik menperoleh infomasi tentang sesuatu sebelum mengetahui namanya. Anak didik terlibat ke dalam proses pembuatan keputusan yang dilakukan bersama dan belajar melalui diskusi dan pemecahan masalah. Guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang memberdayakan siswa, karena itu guru bertindak sebagai fasilitator untuk mengarahkan siswa dalam suasana belajar.
Selanjutnya hasil temuan Suherman (1998) dalam tesis berjudul “Penerapan Problem Solving dalam Mengajar Penjas di USA dan Kemungkinan Penerapannya Mengajar Penjas di Indonesia adalah sebagai berikut: 1) Manajemen pengajaran penjas dengan cara mengidentifikasi kegiatan-kegiatan routine dan rule. Routine yaitu prosedur untuk melakukan kegiatan atau tingkah laku yang cenderung diulang- ulang pada setiap pertemuan dan dapat menyebabkan terganggunya bahkan terhentinya PBM Penjas, sedangkan rule mengidentifikasi tingkah laku umum yang diharapkan dapat menangani macam-macam situasi, misalkan keselamatan waktu proses belajar mengajar pendidikan jasmani. 2) Penjas diberikan dengan menggunakan direct teaching dan indirect teaching yang digunakan salah satunya problem sofving yang meliputi divergent dan convergent serta guided of discovery. Sport skill menggunakaan direct teaching dan guided discovery sedangkan general basic movement yang diberikan pada kelas satu dan dua menggunakan pendekatan problem solving.
Pada hakekatnya disadari betul bahwa peranan mata pelajaran pendidikan jasmani di sekolah sebagai proses sosialisasi dan internalisasi nilai hanya akan menjadi asumsi belaka jika pengelolaan pembelajaran mulai rencana sampai penilaiannya lemah seperti sekarang ini. Karena itu upaya yang sangat penting dan strategis adalah bagaimana meningkatkan pengelolaan pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Dasar. Salah satu upaya ke arah itu adalah membenahi model pembelajaran pendidikan jasmani yang selama ini masih bersifat konvensional seperti digambarkan di atas Pengembangan model pembelajaran kuantum berupaya memperbaiki, menambah atau mengurangi terhadap model pembelajaran pendidikan jasmani yang selama iní digunakan guru pendidikan jasmani, sehingga berkelayakan baik dari segi konteks maupun konten sesuai dengan karakteristik pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Dasar. Pemilihan model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berdasarkan pada pertimbangan karakteristik siswa sekolah dasar yang masih membutuhkan bimbingan guru, belajar dalam suasana yang nyaman, sugesti positif dalam belajar, dan proses belajar yang menyenangkan. sehingga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Proses belajar pendidikan jasmani menggunakan permainan (games), music, bermain peran, aktivitas fisik dan relaksasi akan sesuai dengan pendekatan kuantum. ***
Editor: Cosmas