“Playdough” Meningkatkan Kreativitas Anak
OPINI
Oleh: Sunarti, S.Pd.AUD
TK 01 Lempong Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar
Pendidikan anak usia dini diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 14 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dari segi pendidikan, usia dini merupakan usia keemasan dalam perkembangan otak anak hingga anak harus diberi rangsangan atau stimulus yang tepat. Oleh karena itu, orangtua maupun pendidik harus memahami karakteristik anak usia dini demi memastikan anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Salah satu karakteriktik cara belajar anak usia dini adalah anak belajar melalui bermain. Bermain membantu mengembangkan berbagai potensi anak. Melalui bermain anak diajak bereksplorasi, menemukan, dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengan anak, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi anak.
Salah satu kegiatan bermain yang dipercaya dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak adalah bermain dengan menggunakan dough (adonan) atau yang sering dikenal dengan playdough. Playdough merupakan adonan mainan yang terbuat dari tepung, alat permainan ini aman bagi anak dan dapat mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak usia dini. Playdough (play-doh) adalah adonan mainan (play=bermain, dough=adonan) atau plastisin mainan yang merupakan bentuk modern dari mainan tanah liat (lempung). Playdough mudah dimainkan dan disukai oleh anak-anak. Sejak diperkenalkan di pertengahan tahun 1950-an, playdough atau play-doh tetap menjadi mainan favorit bagi balita di seluruh dunia sampai sekarang. Meskipun terlihat hanya sebagai mainan biasa di mata orangtua, tapi playdough banyak memberi manfaat bagi anak. Manfaat yang didapat saat bermain playdough antara lain:
- Meningkatkan kemampuan motorik.
Kemampuan motorik merupakan kemampuan menggunakan otot-otot tubuh anak. Ketika anak menekan, menggulung, meratakan, membentuk, mencetak atau memotong plaudough, ia memperkuat otot-otot tangannya. Membentuk playdough membantu tangan anak meningkatkan kekuatan, ketangkasan, dan kontrol diri. Bermain playdough juga membantu anak untuk mengenali barang sehari-hari seperti gunting, pensil, resleting, dan kancing. Otot-otot tangan anak yang diperkuat membantu meningkatkan keterampilan motorik halus anak.
- Meningkatkan kreativitas anak.
Bermain playdough memberi anak kemungkinan tak terbatas untuk membentuk adonan menjadi makanan, hewan, dekorasi, bunga dll. Sehingga bermain playdough dapat mendorong anak untuk menggunakan imajinasinya dan menggali kreativitasnya seluas mungkin. Untuk meningkatkan imajinasi anak, kita bisa menggunakan alat-alat lain seperti kancing, peniti, atau kertas.
- Meningkatkan kemampuan sosiologis.
Kemampuan sosiologis adalah kemampuan anak untuk peka terhadap permasalahan sosial di sekitar. Ketika anak bermain playdough dengan teman, mereka akan berinteraksi dan berbicara untuk membahas masalah dan menemukan solusi. Mereka dapat berdiskusi untuk menciptakan suatu bentuk playdough dan belajar untuk menjadi lebih kooperatif dengan sesama. Selama bermain dengan orang lain, anak belajar tentang kerja sama, kolaborasi, dan kontrol diri, sehingga bermain playdough akan meningkatkan keterampilan sosial anak.
- Meningkatkan rasa ingin tahu dan pengetahuan.
Saat anak bermain playdough, ia disajikan adonan dalam berbagai warna dan jumlah yang perlu dibentuk menjadi suatu objek. Ketika anak mencampur dua donan warna yang berbeda secara bersama-sama menemukan warna baru, atau ketika anak belajar membentuk adonan menjadi bentuk yang berbeda, rasa penasaran anak menjadi meningkat. Hal ini mendorong anak untuk mengajukan berbagai pertanyaan yang akan membantu meningkatkan pengetahuannya. Selain itu, selama bermain playdough anak akan dihadapkan dengan berbagai tantangan dan kesalahan. Tantangan dalam menciptakan bentuk, membandingkan ukuran, atau mencampurkan warna, menjadikan anak mulai mengenali konsep matematika dan sains dalam kehidupan sehari-hari.
- Meningkatkan kemampuan literasi.
Ketika mendiskusikan apa yang akan mereka ciptakan, anak memperluas kosa kata mereka. Ketika bermain orangtua ataupun guru dapat mengajukan pertanyaan kepada anak agar ia belajar mendengarkan. Begitu banyak kemampuan literasi yang berkembang, seperti memahami, mendengarkan, dan berkomunikasi.
Rahmawati dalam Adhykha Yuningsih (2017:27) menyatakan bahwa bermain playdough memiliki kelebihan-kelebihan yaitu sangat menyenangkan bagi anak dan anak dapat membentuk berbagai bentuk sesuai dengan keinginan anak dan tema yang sedang diterapkan. Seperti, memudahkan anak membentuk sebuah benda yang ia sukai. Membuat tangan anak menjadi bergerak bebas. Akan tetapi playdough memiliki kekurangan dimana seseorang tidak dapat membentuk bentuk dengan objek yang sangat besar karena membutuhkan ruang besar dan perawatannya rumit.
Kreativitas dapat dimaknai sebagai suatu proses pemecahan masalah, tak hanya kemampuan menghasilkan sesuatu yang baru, tetapi teknik kreativitas sesungguhnya pasti menggunakan metode baru juga. Menurut James J. Gallagher (1985) “creativity is a mental process by which an individual creatives new ideas and product, in fashion that is novel to him or her”. Pengertian kreativitas adalah suatu mental yang dilakukan individu berupa gagasan atau produk baru, atau mengkombinasikan antara keduanya yang pada akhirnya akan melekat pada dirinya (https://mliputan6.com).
Menurut Pedoman Diagnostik Potensi Peserta Didik (Depdiknas 2004:19) dalam Nurhayati (2011:10), disebutkan ciri-ciri kreativitas adalag sebagai berikut:
- Menunjukkan rasa ingin tahu yang luar biasa.
- Menciptakan berbagai ragam dan jumlah gagasan guna memecahkan persoalan.
- Sering mengajukan tanggapan yang unik dan pintar.
- Berani mengambil resiko.
- Suka mencoba.
- Peka terhadap keindahan dan dan segi estetika dari lingkungan.
Adapun cara melatih kreativitas anak dengan fokuskan anak dalam mempelajari ilmu pengetahuan baru, pengetahuan, maupun informasi terbaru terkait dengan kreativitas yang dimiliki. Misalkan teknik baru membuat sketsa wajah, menggambar dengan bahan pewarna baru, dan lainnya. Tujuan utamanya adalah untuk menciptakan karya yang menakjubkan. Selain itu juga dibutuhkan semangat, kerja keras dan terus belajar dari anak untuk menunjukkan karyanya dari playdough kemudian dipajang di kelas agar anak merasa senang dan bangga dengan hasil karyanya.
Penggunaan Playdoug diterapkan di TK 01 Lempong Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar pada tema Diriku subtema Identitas Diri sub subtema Jenis Kelamin Semester 1 Minggu pertama hari Kedua. Siswa membuat bentuk orang denganmenggunakan playdoug setelah mereka mengelompokkan gambar sesuai jenis kelamin dan memberi tanda pada gambar perbedaan anak laki-laki dan perempuan. Dapat disimpulkan, penggunaan playdoug mampu meningkatkan kreativitas anak dalam membentuk dan membedakan antara anak laki-laki dan anak perempuan. *
Editor: Cosmas