Meningkatkan Kreativitas ATG dengan Limker

Spread the love

Oleh: Sri Perwatiningsih, S.Pd
Guru SLBN Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah


Sejak Pandemi Covid-19 Pemerintah menetapkan aturan di bidang pendidikan dengan metode Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) kemudian beralih ke Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTM T). Hal ini menuntut guru harus aktif dan kreatif menentukan metode yang tepat untuk menarik minat belajar siswa terutama di tingkat Sekolah Dasar.
Untuk menghalau kebosanan belajar di rumah, diantaranya mengajak mereka belajar dengan metode bermain. (Akhmad Hidayatno,dkk. 2018 : Bermain Untuk Belajar). Permainan ini diarahkan kepada pencapaian hasil belajar yang diharapkan. Permainan sebagai suatu aktivitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional. (suara.com.Tri Apriyani, selasa, 07 April 2020: Manfaat bermain sambil Belajar yang baik untuk Anak). Guru memilih metode belajar yang sesuai dan mudah diterapkan dalam penanaman konsep belajar. Terutama untuk Anak Tuna Grahita (ATG) yang taraf berfikirnya hampir sama dengan siswa belajar di kelas rendah karena proses berfikir dari kongkret menuju ke abstrak. Dengan menerapkan metode bermain di masa pandemi, akan meningkatkan perkembangan kognitif anak.
Di dalam kompetensi dasar untuk siswa SLB Tuna Grahita, Mata Pelajaran Seni Budaya dan Prakarya (SBDP) kelas V pada kompetensi Ketrampilan point 4.2. Membuat karya kerajinan dengan teknik menggunting, melipat, dan merekat. Di Jepang seni melipat kertas disebut Origami dan bagian yang luas lagi, seni perpaduan dari melipat, menggunting dan menempel kertas ini disebut Kirigami. Hasil belajar ketrampilan dari bahan kertas ini di sekolah kami rata-rata hanya 67 masih di bawah Kreteria Ketuntasan Minimal yang ditetapkan sekolah yaitu 70, hal ini juga banyak dialami di sekolah lain karena untuk siswa Tuna Grahita selain mengalami kendala pada intelegensinya juga mengalami hambatan dalam motorik halus maupun motoric kasarnya. Kemampuan otot halus anak pada tangan dan jari dinyatakan berkembang bagus jika ia mampu mengendalikan jari-jarinya untuk untuk menggenggam benda. Dengan banyak melatih motoric kasar maupun motoric halusnya siswa Tuna Grahita akan terasah kemampuannya untuk menghasilkan karya kerajianan tangan sesuai harapan.
Materi belajar ketrampilan tangan sederhana dimulai dari benda-benda yang mudah ditemukan disekitar kita. Sekaligus sebagai pemanfaatan limbah atau barang bekas. Misalnya dari kertas lipat, majalah bekas, koran bekas, kardus, dan sebagainya. Limbah kertas di sekolah pasti banyak. Bermain dengan limbah kertas (Limker) dapat dimainkan dengan cara menggunting, melipat, menempel, bahkan meremas dan mencampur dengan media lain. Ketrampilan melipat kertas untuk membuat bentuk kapal, bunga, pesawat, alas nampan, penghias hantaran, taplak meja kecil, menempel kertas misalnya membuat mozaik kertas. Bahkan dari perpaduan menggunting, melipat dan menempel contohnya membuat lampion kertas. Membuat lampion dari limbah kertas caranya dengan melipat kertas berbentuk persegi panjang seukuran kertas folio menjadi 2 bagian yang sama, kemudian digunting sejajar selebar kurang lebih 1-2 centimeter sebanyak 6-8 guntingan di bagian tengahnya lalu dibuka dan dilem ujungnya. Atau membuat lampion dengan model lain yaitu dengan membuat 6-8 guntingan kertas berbentuk lingkaran, lalu tekuk ujung-ujung kertas berbentuk lingkaran tersebut sehingga berbentuk bangun segi tiga lalu rekatkan dengan lem semua ujung-ujungnya hingga membentuk lampion.
Kegiatan pembelajaran kerajinan tangan dengan menggunakan limbah kertas ini mudah diterapkan, menyenangkan dan memotivasi siswa untuk belajar sehingga dapat meningkatkan kemampuan belajar Ketrampilan/ Prakarya (SBDP) bagi siswa tuna grahita. Guru telah dapat menciptakan suasana belajar yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan. Selanjutnya dapat dikembangkan dalam kewirausahaan membuat kipas, alas hantaran, penghias penjor, dan sebagainya. ***

Editor:Cosmas