Workshop Pengembangan Profesi Guru Wujudkan Budaya Literasi di Madrasah
Oleh: Dra. Hidiyah Rohmani, M.Pd.
Guru MAN 1 Karanganyar
Sampai saat ini kita belum bisa memisahkan diri dengan Pandemi Covid-19. Pandemi telah mengubah tatanan pembelajaran yang semula dilakukan dengan tatap muka menjadi pembelajaran jarak jauh (PJJ). Hal ini tentu menimbulkan berbagai permasalahan di lembaga penyelenggara pendidikan.
Sehingga menuntut stakeholder sekolah/ madrasah untuk terus beradaptasi dan berinovasi dalam mengatasi permasalahan yang muncul. Hal ini disebabkan hampir semua murid, guru dan orang tua mengalami pengalaman belajar berbeda-beda, yang masing-masing membutuhkan waktu beradaptasi di masa pandemi.
Sekolah/madrasah juga dituntut mampu memberikan pelayanan prima bagi para siswa supaya tidak ada learning loss. Di sisi lain pandemi justru membuka peluang agar guru melek IT dan Literasi. Untuk itu mengisi jeda semester ganjil, MAN 1 Karanganyar mengadakan workshop pengembangan profesi guru kerja sama dengan USBI Surakarta. Tema yang diangkat “Penulisan Artikel Ilmiah Populer dan Digitalisasi Pembelajaran”
Workshop pengembangan profesi guru ini dimaksudkan agar guru menghasilkan tulisan dan bisa dipublikasikan. Namun beberapa guru kadang bersikap acuh tak acuh saat mengikuti workshop bahkan dianggap hanya formalitas. Sebagian besar guru merasa kesulitan untuk membuat pengembangan diri berupa publikasi ilmiah. Guru golongan IVa biasanya sudah merasa nyaman sehingga tidak tergerak untuk mengurus kenaikan pangkat. Apalagi untuk naik ke golongan IVb salah satu syaratnya punya karya tulis masuk jurnal ilmiah.
Alasan lain guru tidak mau mengurus kenaikan pangkat karena kenaikan gajinya dianggap tidak sebanding dengan repotnya dalam menyiapkan perangkat. Dulu ada informasi, guru yang tidak naik pangkat dalam sekian lama (lupa berapa tahun) hak sebagai guru akan dicabut alias tidak punya jam mengajar. Selanjutnya guru akan dimutasi di bagian tata usaha, perpustakaan atau bagian lain. Namun sampai saat ini hal itu belum pernah terjadi. Inilah penyebab utama guru enggan mengurus kepangkatan terutama mereka yang sudah golongan IVa.
Penulis meyakini bahwa guru telah memahami apa jenis pengembangan keprofesian berkelanjutan. Jenis Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) sangat variatif dan guru dapat memilih sesuai dengan minat dan kemampuan. Karya ilmiah populer adalah tulisan yang dipublikasikan di media massa (koran, majalah, atau sejenisnya). Karya ilmiah populer dalam kaitan dengan upaya pengembangan profesi ini merupakan kelompok tulisan yang lebih banyak mengandung isi pengetahuan, berupa ide, atau gagasan pengalaman penulis yang menyangkut bidang pendidikan pada satuan pendidikan penulis/yang bersangkutan. Sedangkan Artikel ilmiah dalam bidang pendidikan adalah tulisan yang berisi gagasan atau tinjauan ilmiah dalam bidang pendidikan formal dan pembelajaran di satuan pendidikan yang dimuat di jurnal ilmiah (sumber: Buku 4 Pedoman PKB dan Angka Kreditnya, Kemendikbud: 2010).
Masa pandemi bisa sebagai sumber inspirasi untuk memunculkan ide/gagasan karena banyak permasalahan/kejadian yang dialami guru. Jika tidak dipaksakan untuk memulai tentu tidak pernah akan mempunyai tulisan atau karya. Maka kebijakan kepala madrasah mengadakan workshop pengembangan profesi guru agar semua guru menghasilkan produk/tulisan dan diupload di drive yang telah disediakan. Ibu Kepala juga memberikan salah satu contoh tulisan illmiah populernya yang dimuat di Edupos Dari tulisan tersebut dapat diambil tiru dan modifikasi (ATM). Hal ini tentu sebagai motivasi kepada guru agar tergerak dan semangat membuat karya tulisan.
Beberapa guru merasa kesulitan atau bingung menulis judul. Bahkan lama sekali tidak keluar judul akhirnya tidak jadi menulis. Padahal menulis tidak harus dimulai dengan judul. Judul bisa dibuat akhir/tulisan sudah selesai. Mulailah menulis dari pengalaman/pengamatan (apa yang dilihat, didengar, dirasakan). Abaikan dulu diksi/pilihan kata dan kalimatnya koherensi atau tidak. Jangan langsung diedit saat sudah memperoleh satu atau dua kalimat karena akan membuat ide/gagasan bisa lupa/hilang akhirnya berhenti menulis. Tahap mengedit bisa dilakukan bila ide/gagasan sudah tertuang semua, tidak masalah bila harus mengedit total. Usahakan bisa menulis setiap hari atau paling tidak saat ada kemauan menulis langsung tuangkan di laptop atau gawai.
Penulis meyakini semua guru sudah akrab dengan HP apalagi masa pandemi semua guru sudah memanfatkan android untuk PJJ. Maka guru sebenarnya sudah terbiasa menulis minimal berupa sapaan kepada siswanya dan memberikan materi atau penugasan. Jujur saja saat PJJ dan PTM Terbatas pasti ada kendala terutama menyikapi dan menangani siswa yang tidak ikut PJJ, tidak mengumpulkan tugas, tidak mengerjakan ulangan/penilaian harian dll. Nah dari sini bisa dibuat tulisan dengan topik Pandemi Covid-19 atau Pengalaman PJJ dan PTM Terbatas. Kalau setiap guru mau menuangkan dalam tulisan minimal dua atau tiga halaman kemudian dijadikan satu jadilah buku Antologi (cerpen atau puisi) dan ber-ISBN. Penulis mengamati ini sudah dilakukan oleh sekolah/madrasah dari SD/MI sampai SMA/MA. Tidak ketinggalan MAN 1 Karanganyar sudah menerbitkan empat judul buku Antologi cerpen dan puisi Pandemi baik karya guru maupun siswa.
Kebijakan Kepala MAN 1 Karanganyar tentang budaya literasi di madrasah semoga tidak hanya menjadi slogan. Ini tentu dibutuhkan dukungan semua pihak terutama para guru. Jika guru sudah memberikan contoh akan mudah diikuti oleh anak didiknya. Maka literasi benar-benar menjadi budaya tidak hanya bagi guru tapi juga siswanya. Jika setiap tahun guru bisa membuat buku atau minimal satu judul tulisan masuk media massa itu sudah merupakan prestasi yang perlu diacungi jempol. Syukur ada reward dari madrasah. Demikian pula para siswa minimal bisa mengisi web madrasah maka akan menambah khasanah Web MAN 1 Kra. Mari! Tunggu apalagi, semua pasti ingin menorehkan pengalaman terbaik agar menjadi warisan generasi akan datang. Madrasah Hebat. Madrasah Bisa.
Editor: Cosmas