Pengaruh Metode Pembelajaran Probing-Prompting Terhadap Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Anatomi Fisiologi
Oleh: Wafa’uzzuhriah,S.Kep.,Ners.
Mengajar Mapel Anatomi Fisiologi Kelas X, SMKS Kesehatan Adi Husada Kec. Selong, Kab. Lombok Timur
Dalam kehidupan, pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan tempat untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Banyak perhatian khusus diarahkan pada perkembangan dan kemajuan pendidikan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Salah satu cara untuk meningkatkan mutu dan mutu pendidikan adalah dengan melakukan reformasi sistem pendidikan. Salah satu upaya reformasi tersebut terletak pada tanggung jawab guru. Guru merupakan unsur yang sangat penting dalam pendidikan, khususnya dalam manajemen pembelajaran. Menurut Sanjaya (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pembelajaran adalah: 1). Faktor guru 2). Faktor siswa 3). Faktor sarana dan prasarana 4). Faktor lingkungan.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa guru harus ikut memperhatikan dan bertanggung jawab terhadap kemajuan dan peningkatan hasil belajar siswa. Keberhasilan dalam proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan seorang guru. Salah satu hal yang dapat dilakukan guru adalah memilih metode pengajaran dan menguasai metode pembelajaran, hal ini akan memotivasi siswa untuk lebih giat dalam belajar dan akan tercipta hubungan timbal balik yang baik antara guru dan siswa.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan formal di bidang keterampilan yang dibentuk oleh pemerintah sebagai wadah agar peserta didik dapat bersaing di dunia kerja atau mengembangkan kemampuannya sesuai dengan bidang keahliannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Anonim (2008), tujuan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah: 1). Mempersiapkan peserta didik untuk memasuki dunia kerja dan mengembangkan sikap profesional. 2). Mempersiapkan diri untuk dapat berkarir, berkompeten dan mampu mengembangkan diri. 3). Menyiapkan tenaga kerja menengah untuk mengisi kebutuhan dunia usaha dan industri saat ini dan yang akan datang dan, 4). Menyiapkan lulusan menjadi warga negara yang produktif, adaptif dan kreatif.
Pembelajaran probing-prompting memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) siswa memperoleh pengetahuan dari proses pembelajaran dari pendidik atau sebaliknya, (2) pendidik menganggap bahwa siswa adalah mitra diskusinya untuk terlibat dan dirangsang oleh pola berpikir siswa secara kritis dan tidak diskriminatif. antara pendidik dan peserta didik, (3) peserta didik dapat mengembangkan cara berpikirnya untuk memahami secara jauh dan kritis terhadap diri sendiri dan lingkungan tempat tinggalnya, (4) model Probing-Prompting selalu berusaha menjelaskan sesuatu yang menjadi pembahasan. rahasia realitas. yang menantang bagi mahasiswa dan memaksa mereka untuk memberikan kritik dan saran atas tantangan yang menjadi permasalahan di masyarakat (Kusuma, 2020). Kritik dan saran yang disampaikan siswa terhadap permasalahan yang ada di masyarakat akan membuka wawasan atau pengetahuan siswa untuk diabdikan sebagai manusia seutuhnya.
Sintaks model pembelajaran Probing-Prompting dapat diketahui dengan memahami secara utuh enam tahapan teknik probing yang kemudian dikembangkan dengan prompting, yaitu: 1) siswa dihadapkan pada suatu kondisi yang belum diketahuinya, misalnya pendidik memberikan situasi yang mengandung masalah yang melibatkan lingkungan, kehidupan sehari-hari. berita hari ini dan terkini menggunakan gambar, artikel atau video, 2) pendidik merumuskan pertanyaan yang akan ditanyakan kepada peserta didik sesuai topik masalah yang telah ditentukan dengan meninjau tujuan pembelajaran atau indikator pembelajaran, 3) pendidik memandu diskusi peserta didik dalam merumuskan jawaban dari pertanyaan yang diajukan dan memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk berpendapat sesuai dengan ide yang telah ditemukan, 4) pendidik dapat menunjuk siswa secara langsung atau sesuai dengan kehadiran siswa untuk menjawab pertanyaan jika siswa ragu-ragu untuk menjawab, 5) guru ru terus membimbing siswa untuk memberikan argumentasinya atau pendapat, jika jawaban yang diajukan siswa tepat dan benar, maka pendidik memberikan kesempatan lain untuk memberikan komentar, saran dan kritik guna memberikan keyakinan kepada seluruh siswa bahwa mereka semua ikut serta dalam menyampaikan argumentasi dan pendapatnya. agar siswa tidak merasa didiskriminasi dalam situasi ini, tetapi jika siswa mengalami kesalahpahaman jawaban atau jawaban yang tidak sesuai, maka guru segera memberikan pertanyaan atau bantuan lain dengan pertanyaan yang mengacu pada pemecahan jawaban topik masalah. Setelah itu pendidik memberikan pertanyaan sesuai jenjang yang lebih tinggi untuk melatih peserta didik dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya, jawaban yang diberikan peserta didik merupakan bentuk ketercapaian indikator pada kompetensi dasar materi pembelajaran. Pertanyaan yang diajukan pendidik tidak hanya untuk satu siswa atau yang pintar tetapi untuk semua siswa, sehingga mereka merasa terlibat dalam kegiatan probing-prompting, 6) ketercapaian indikator pembelajaran akan benar-benar terlihat jika semua siswa mampu memberikan jawaban yang berbeda. argumen dan pendapat. dari permasalahan yang diberikan oleh guru, karena dengan ini siswa dapat lebih memahami situasi dan kondisi saat ini.
Dengan penerapan metode Probing-Prompting pada siswa kelas X SMKS Kesehatan Adi Husada Kec. Selong, Kab. Lombok Timur sangat membantu siswa dalam mempelajari Anatomi Fisiologi dan meningkatkan hasil belajarnya.
Editor: Cosmas