Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Finger Painting

Spread the love

Oleh: Rustiningsih , S. Pd.

Mengajar Kelompok A, TK N Pembina Pati

Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak secara menyeluruh sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang meliputi aspek fisik dan non fisik dengan memberikan stimulasi yang sesuai secara fisik, spiritual (moral dan spiritual), motorik, mental, emosional dan sosial. agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Berbagai ketentuan yang diamanatkan mengenai pendidikan anak usia dini tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, khususnya ketentuan yang berkaitan dengan semua jenjang pendidikan, mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini hingga pendidikan tinggi.
Menurut Hurlock dalam Junita Dwi W dan Tri Asmawulan, 2001, perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerak fisik melalui kegiatan koordinasi pusat saraf, saraf dan otot tanpa adanya perkembangan motorik, anak akan tetap tidak berdaya seperti bayi yang baru lahir.
Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 ayat 14 menyebutkan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu perkembangan jasmani. serta pertumbuhan dan perkembangan spiritual agar anak memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan lebih lanjut.
Menurut para pakar pendidikan saat ini, anak pintar bukan hanya anak yang bisa lancar membaca atau menjadi seperti Albert Einstein. Anak cerdas adalah anak yang berkembang dengan baik dalam segala kemampuannya, baik dari segi kognitif, moral, sosial-emosional, maupun keterampilan motorik fisik yang memungkinkan anak bergerak dengan terampil. Anak yang memiliki kemampuan fisik motorik yang baik akan memungkinkan anak menyukai dan mampu bergerak, misalnya dengan bermain bola, memanjat, berlari, menggambar, atau melempar manik-manik menjadi kalung yang indah (Sujiono et al, 2005: 2.1).
Menurut Jamaris (dalam Sujiono, 2009:54) pembangunan merupakan proses kumulatif, artinya perkembangan sebelumnya akan menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya. Oleh karena itu, jika ada hambatan dalam perkembangan sebelumnya, perkembangan selanjutnya cenderung menjadi hambatan.
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah lembar observasi untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Lembar observasi adalah lembar yang digunakan peneliti sebagai alat untuk menggambarkan bagaimana kegiatan pembelajaran dilakukan. Lembar ini digunakan sebagai pedoman untuk melakukan pengamatan guna memperoleh data yang diinginkan. Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi keterampilan motorik halus dengan kegiatan finger painting. Perkembangan motorik halus merupakan dasar penting yang dibutuhkan oleh anak usia dini dalam melanjutkan ke jenjang selanjutnya. Maka peneliti melakukan penelitian ini dengan menggunakan finger painting yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak kelompok A.
Keberhasilan penelitian akan terlihat dari peningkatan kemampuan motorik halus anak yang signifikan melalui kegiatan finger painting. Peningkatan kemampuan motorik halus anak terlihat dari perkembangan koordinasi mata-tangan. Kondisi awal siswa di TK N Pembina Pati diketahui melalui survei awal. Siswa yang kemampuan motorik halusnya baik melalui kegiatan finger painting awalnya hanya beberapa anak, hal ini dikarenakan metode finger painting jarang diterapkan dalam proses pembelajaran. Namun setelah dilakukan tindakan awal, anak yang kemampuan motorik halusnya baik meningkat. Terjadi peningkatan yang cukup signifikan setelah diadakan ulangan yaitu selanjutnya anak yang kemampuan motorik halusnya baik.
Peningkatan yang signifikan ini karena: Peneliti sebagai pendidik memberikan contoh yang menarik perhatian anak dalam kegiatan finger painting, peneliti sebagai pendidik mengajak anak bermain bersama untuk mengekspresikan imajinasi anak sesuai tema yang diceritakan melalui finger painting, siswa sangat antusias dan imajinatif ketika melakukan finger painting. kegiatan melukis, peneliti sebagai pendidik membuat kesepakatan bersama dengan semua anak bahwa anak yang tidak mau mengikuti aturan main tidak boleh mengikuti kegiatan melukis jari, dan boleh hanya melihat temannya bermain bersama, peneliti memberikan pujian agar anak senang masih antusias untuk mengekspresikan imajinasinya melalui kegiatan finger painting.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan finger painting dapat meningkatkan kemampuan motorik halus siswa di TK N Pembina Pati Kelompok A.
Editor: Cosmas