Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Pelaksanaan Pembelajaran Daring di PAUD
Sri Utami, S.Pd.
TK Islam Al Firdaus Matesih
Pandemi COVID-19 membawa pengaruh di semua lintas kehidupan, khususnya bidang pendidikan. Akibat dari pandemi COVID-19, pelaksanaan sekolah dari taman kanak-kanak hingga universitas di tutup. Seperti yang penulis temui di surat kabar CNN Indonesia, ribuan sekolah di negara lain, termasuk di negara Indonesia, menutup sekolah sebagai upaya untuk menghentikan penyebaran COVID-19 (CNN Indonesia, 2020). Surat edaran mengenai kebijakan sekolah saat pandemi yang diluncurkan oleh Kemendikbud pun memberikan ketentuan, yakni proses pembelajaran dilaksanakan dari rumah untuk memberikan pembelajaran yang bermakna melalui pembelajaran jarak jauh atau daring (online) (Mendikbud, 2020).
Ciri dari pembelajaran online atau daring adalah integrasi teknologi dan inovasi yang ada di dalamnya.
Beberapa sekolah di Indonesia sudah biasa menerapkan metode pembelajaran daring, namun di sisi lain, ada juga sekolah yang baru pertama kali melakukan pembelajaran secara online. Pendidik yang biasanya mengajar secara konvensional di kelas, untuk waktu sekarang diharuskan mengajar dalam sebuah media. Ditambah dengan adanya sejumlah pendidik yang belum melek teknologi. Dalam pembelajaran daring, ada beberapa kendala seperti pemberian materi pembelajaran oleh guru yang kurang efektif, guru maupun orang tua yang akan membimbing anak kurang melek teknologi, serta keadaan ekonomi anak (Muhdi & Nurkolis, 2021). Hal tersebut menjadi salah satu tantangan para pendidik di masa pandemi ini. Dalam beberapa penelitian mengungkapkan bahwa sistem pembelajaran daring memberikan sisi positif, namun ada juga hal yang kurang menguntungkan di balik hal tersebut.
Salah satu faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran daring yang dilakukan di rumah ialah keterbatasan sarana dan prasarana yang mendukung, seperti laptop, handphone, kuota atau paket data internet, dan sebagainya. Sarana prasarana menjadi begitu penting dalam mengakomodasi pelaksanaan pembelajaran bagi peserta didik. Pelaksanaan pembelajaran daring dirasa belum optimal dalam penyampaian materi dan bahan pembelajaran kepada murid, karena biasa belajar di kelas secara tatap muka (face-to-face), sekarang penyampaian materi melalui sebuah wadah atau media. Sehingga guru merasa bahwa proses kegiatan belajar mengajar menjadi kurang bermakna bagi murid. Salah satu faktornya ialah pembelajaran lebih difokuskan dalam bentuk penugasan kepada peserta didik. Ditambah dengan kurangnya minat peserta didik, karena melakukan pembelajaran melalui sebuah grup media sosial di aplikasi yang dominan berisi teks.
Masa pandemi COVID-19 ini memberikan dampak bagi pendidik dalam proses pembelajaran secara daring, karena pendidik tidak leluasa memantau perkembangan peserta didik secara keseluruhan. Banyak guru sependapat bahwa dalam mengontrol anak dari jarak jauh adalah sebuah keterbatasan, ditambah dengan adanya anak yang jarang dibimbing oleh orang tua dan juga kurangnya pemahaman orang tua terhadap perkembangan anak, sehingga proses pembelajaran sebagian besar tidak terlaksana secara maksimal (Satrianingrum dan Prasetyo, 2021: 637). Dalam penyampaian materi, guru juga terbatas metode ajar yang akan disampaikan, mengingat jumlah paket data internet atau kuota yang dimiliki oleh orang tua murid dan guru, sehingga pembelajaran dilakukan dalam grup di aplikasi. Gaya pengajaran guru dalam pembelajaran daring pun perlu diperluas, karena cukup berbeda dengan pembelajaran yang berada dalam ruangan atau kelas. Dalam pembelajaran dalam ruangan, bahasa tubuh guru, suara, dan ekspresi wajah adalah hal yang utama. Namun, ketika beralih ke platform media sosial, mereka menyediakan terdapat berbagai menu yang dapat dibagikan, seperti teks, video, gambar, suara dan lainnya. Sehingga dalam pembelajaran daring guru harus memilih strategi yang tepat dalam menyampaikan materi pembelajaran.
Berbagai tantangan mewarnai proses pembelajaran daring ini. Tantangan bagi guru dalam proses pembelajaran daring ialah penugasan yang diberikan kepada peserta didik tidak sepenuhnya peserta didik yang melakukan, serta adanya campur tangan orang tua dalam proses penugasan. Namun, ada juga orang tua yang tidak dapat membersamai di rumah, sehingga tidak ada yang dapat membantu dalam mengakomodasi sarana pembelajaran peserta didik. Jaringan yang lamban juga berdampak bagi pelaksanaan pembelajaran daring. Informasi ataupun materi yang disampaikan memerlukan waktu yang cukup lama untuk di terima oleh orang tua, atau pun sebaliknya. Hal ini juga faktor dari jarak dan keterbatasan jaringan yang berada di lingkungan tempat tinggal peserta didik.
Proses pembelajaran online diharapkan tetap menjadi solusi dalam masa pandemi ini. Walaupun banyak hambatan yang dihadapi dalam proses pembelajaran online, pendidik harus tetap melakukan tugasnya untuk mendidik. Nurdin dan Anhusadar (2021: 688) berpendapat bahwa pendidik PAUD diharapkan mampu merancang dan mendesain pembelajaran online yang ringan dan efektif, dengan memanfaatkan perangkat atau media daring yang tepat dan sesuai dengan materi yang diajarkan. Walaupun dengan pembelajaran online akan memberikan kesempatan lebih luas kepada pendidik dalam mengeksplorasi materi yang akan diajarkan. Dengan pelaksanaan pembelajaran secara daring ini tetaplah menjadikan guru dan murid tetap dekat walaupun melalui komunikasi instant messaging platform (IMP). Hal terpenting tantangan tersebut tetap di evaluasi agar mendapatkan pembelajaran yang maksimal dan menciptakan keterampilan belajar yang mandiri dalam pandemi ini.
Editor; cosmas