Kecerdasan Digital di Tengah Pandemi

Spread the love

ARTIKEL POPULER

Musiin, S.Pd, M.Pd

Guru Bahasa Inggris SMPN 1 Tarokan Kediri

Penulis buku “Literasi Digital Nusantara” kolaborasi dengan Prof Eko Indrajit (Ekoji Channel Academy dan Ketua PGRI SLCC)

Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) telah mengobrak-abrik segala dimensi kehidupan masayarakat di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Ketakutan akan virus yang belum ada obatnya diperparah dengan arus misinformasi yang bertebaran di smartphone penduduk Indonesia. Informasi yang tidak diperiksa kebenarannya tersebut begitu mudahnya diforward, dishare ataupun diretweet ke orang lain untuk menunjukkan dia lah yang lebih tahu dulu. Dengan menjadi yang pertama yang mengetahui suatu informasi, orang merasa ada kebanggaan tersendiri.

Di awal-awal pandemi ini muncul di negara kita, banyak informasi yang terkait pencegahan supaya tidak terpapar Covid-19, mulai dari minum wedang jahe, air jeruk nipis, teh lemon, berjemur jam 10 dan segudang informasi yang masuk ke smartphone. Dalam ketakutan, akal sehat manusia menjadi tidak berfungsi. Semua informasi yang masuk ditelan mentah-mentah dan dishare ke semua group whatsapp, facebook maupun instagram.

Penulis jadi ingat di masa kecil dulu jika kita tidak memahami suatu berita atau informasi, pasti teman kita bilang “lha wong dolanmu sik adoh pitik”. Ungkapan ini mengisyaratkan bahwa tingkat literasi kita yang rendah karena kurang membaca maupun mendapatkan informasi dengan diibaratkan dolane sik adoh pitik. Bagaimanakah ungkapan itu dimaknai di era digital ini?

Membaca sebuah pesan yang berisi informasi di smartphone tidak cukup hanya berbekal melek teknologi digital saja, namun membutuhkan kecerdasan digital yang mencakup beberapa tahapan untuk memahami bahwa informasi tersebut benar dan valid.

Tahapan-tahapan tersebut meliputi memeriksa kebenaran dari sebuah berita dengan mencari sumber aslinya, memeriksa data pendukung berupa foto, video, gambar, angka atau pendapat ahli yang berkaitan dengan informasi tersebut, merangkum semua informasi yang masuk untuk mevalidasi kebenaran suatu berita.

Informasi atau berita yang disebarkan di smartphone sangat beragam, mulai dari hal yang ringan seperti lowongan pekerjaan, informasi kesehatan, bencana alam sampai hal yang berat yakni isu-isu politik. Keabsahan informasi tersebut bisa diperiksa dengan berbagai cara. Cara pertama adalah dengan memeriksa judul berita. Judul yang bersifat sensional dan provokatif cenderung menyesatkan. Cara berikutnya dapat dilakukan dengan bertanya kepada orang yang terpercaya atau yang berkompeten terhadap bidang itu. Mengecek ke beberapa situs atau aplikasi yang berkaitan dengan informasi tersebut adalah merupakan cara yang kedua.

Informasi yang disebarkan di dunia digital biasanya juga dilengkapi dengan foto, video, gambar, maupun angka. Keabsahan sumber-sumber pendukung tersebut bisa diperiksa dengan menggunakan Google Image atau Youtube. Link-link yang berisi gambar maupun video bisa dicopy ke kolom mesin pencarian. Mesin pencarian ini yang akan mengantarkan pembaca ke situs-situs yang berkaitan dengan hal tersebut. Jika situs tersebut berasal dari pemerintah, berita tersebut bisa dipercaya. Namun, pembaca tetap harus tetap teliti dengan membandingkan ke beberapa situs. Dari referensi berbagai situs, pembaca akan mengetahui benar tidaknya suatu informasi.

Langkah pamungkas yang bisa dilakukan adalah dengan merangkum semua informasi yang masuk yang berkaitan dengan berita yang diterima. Informasi yang diterima dari berbagai sumber termasuk dari fanpage atau group diskusi anti hoax bisa dijadikan referensi untuk menangkal hoax yang bertebaran di sekitar kita.

Kecerdasan digital sangat dibutuhkan untuk mengedukasi masyarakat agar terhindar dari berita hoax yang menyesatkan. Partisipasi aktif pengguna internet tidak hanya menyaring berita yang masuk tetapi juga melaporkan berita yang sesat. Berita yang sesat harus diputus rantai penyebarannya, supaya tidak menambah korban berita bohong. Marilah menjadi warganet yang tidak hanya berusaha menjadi yang terdepan dalam menyebarkan berita tanpa divalidasi kebenarannya, akan tetapi warganet yang bertanggungjawab akan suatu berita yang disebarkan.

Editor: Cosmas