Mendongeng Kembangkan Peduli Lingkungan Pada Anak

Spread the love

Oleh: Sumarni SPd AUD

TK  Pertiwi 01 Malanggaten Kebakkramat Karanganyar

 

Anak usia dini masih mudah dalam menyerap informasi. Hal tersebut dikarena mereka belum memiliki informasi sebelumnya, sehingga pengetahuannya pun masih mudah dibentuk. Termasuk menyerap masalah lingkungan hidup.

Lingkungan hidup bagi anak bukan hanya sekedar konsep yang merupakan hasil kesepakatan kultural, namun merupakan bagian dari realitas fisik dan biologi yang juga mencakup kognisi mereka (Soule & Lease 1995, dalam Kahn, 2001).

Oleh karena itu diperlukan pembentukan pola pikir sedini mungkin, agar anak paham bahwa mereka harus menghargai alam dengan tidak melakukan perilaku negatif kepada lingkungannya.

Sejalan dengan hal tersebut, sebagai seorang pendidik, penulis berupaya memberikan informasi mengenai lingkungan pada anak didiknya di TK Pertiwi 01 Malanggaten Kebakkramat Karanganyar. Hal tersebut penulis lakukan atas dasar permasalahan dimana mereka masih berperilaku  tidak menghargai lingkungan. Anak  menganggap hal tersebut sebagai kondisi yang normal.

Penulis mengajarkan anak didiknya untuk memiliki sikap peduli lingkungan.

Peduli adalah menghargai seseorang atau sesuatu (Borba, 2001). Seseorang di sini meliputi diri sendiri maupun orang lain, sedangkan sesuatu meliputi segala bentuk kehidupan.

Ärlemalm-Hagsér (2013) menyatakan pandangan anak-anak tentang lingkungan dan partisipasi mereka kepada lingkungan dipengaruhi dua jenis konten pengetahuan, yaitu pengetahuan mereka tentang lingkungan yang disertai kedekatan mereka dengan lingkungan tersebut dan respek kepada lingkungan. Kewajiban yang dapat ditanamkan kepada anak TK untuk peduli pada lingkungan, adalah dengan mulai memberikan peraturan kepada anak-anak.

Anak berusia 5-6 tahun berada dalam tahap moralitas heteronom (Kohlberg, dalam Santrock, 2002), tahap dimana tingkah laku anak-anak diatur berdasarkan apa yang dianggap benar atau salah oleh orang dewasa, anak-anak menilai suatu hal itu baik atau buruk berdasarkan konsekuensinya (Piaget, dalam Santrock, 2007). Pemahaman mereka tentang moralitas dan nilai-nilai yang dimiliki sangat bergantung dan dipengaruhi orang dewasa.

Penulis memberikan keteladanan secara langsung dengan menunjukkan kepada anak bagaimana cara memulai berperilaku peduli lingkungan melalui mendongeng.  Mendongeng bisa diberikan kepada semua usia (Lane & Wright, 2007), termasuk anak usia 5-6 tahun.

Metode ini penulis gunakan karena anak TK berada dalam tahap berpikir pra-operasional yang sudah menunjukkan kemajuan kemampuan pemikiran simbolis, sehingga dapat menggunakan simbol-simbol kata, gambar, atau angka.  Mendongeng merupakan salah satu teknik yang dinilai cukup efektif karena mendongeng mengajarkan nilai moral dengan cara menarik dan tidak memaksa.

Cerita di dalam dongeng akan membuat pendengarnya berimajinasi dan tersentuh hatinya, sehingga bisa menimbulkan pemahaman yang jelas tentang moral. Melalui dongeng, anak akan diberitahu juga bahwa ada peraturan di dunia ini yang mengatakan bahwa perlakukanlah lingkungan hidup sebagaimana dia ingin diperlakukan. Anak sudah mempunyai pemahaman mengenai ruang, memahami sebab akibat, memahami identitas, memahami angka, mampu mengategorikan, dan anak-anak menjadi lebih sadar akan fungsi dari pikiran, yang berupa kemampuan untuk membedakan tampilan dari kenyataan, kemampuan membedakan fantasi dengan realita.

Dengan kemampuan kognitif dan bahasa yang dimilikinya, anak dinilai bisa memahami simbol, gambar ilustrasi, dan mengembangkan imajinasi dari tokoh dongeng. Melalui cerita dongeng, anak juga akan digiring perspektifnya agar dapat menciptakan empati terhadap segala bentuk kehidupan yang ada di alam semesta.

Penulis mendongeng bertema tentang peduli kepada lingkungan. Penulis memulai mendongeng dengan cerita yang akan membuat anak didiknya berimajinasi dan tersentuh hatinya, sehingga bisa menimbulkan pemahaman yang jelas tentang moral.

Melalui dongeng, penulis memberitahu anak bahwa ada peraturan di dunia ini yang mengatakan bahwa perlakukanlah lingkungan hidup sebagaimana dia ingin diperlakukan. Selain itu cerita dongeng yang penulis sampaikan juga berisi tentang  peraturan-peraturan untuk peduli lingkungan, seperti tidak membuang sampah sembarangan, tidak memetik bunga sembarangan, dan tidak menyakiti binatang.

Metode mendongeng yang penulis terapkan, cukup efektif untuk mengembangkan sikap peduli lingkungan pada anak didiknya. Mereka menjadi berperilaku peduli  kepada lingkungan.

Dari cerita dongeng yang disampaikan penulis, mereka menjadi paham untuk membuang sampah di tempat sampah, menjaga lingkungan, tidak menyakiti binatang, merawat tanaman, serta bertanggung jawab jika ada perbuatan yang merugikan dan merusak lingkungan. Pengamatan yang dilakukan pendidik, dapat diketahui bahwa anak tetap konsisten untuk berperilaku respek kepada lingkungan. Jika ada salah satu anak yang buang sampah sembarangan, merusak tanaman, atau menyakiti binatang, anak yang lain akan mengingatkan untuk tidak melakukan hal tersebut. Jika peringatan dari anak tidak dihiraukan, maka pendidik yang akan langsung mengingatkan anak tersebut.

Anak-anak juga terlihat konsisten dan antusias untuk merawat tanaman masing-masing. Penulis menjadi sangat antusias untuk lebih variatif dalam mendongeng tentang alam yang harus dijaga. Agar anak didik  di TK Pertiwi 01 Malanggaten Kebakkramat Karanganyar semakin mengembangkan sikap peduli terhadap lingkungan. foto: schoolofparenting

 

Editor: Cosmas