TPS  Dukung  Kemampuan  Menulis  Puisi

Spread the love

Oleh: Dwitanti Septriyana, S.Pd

Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

SMA Negeri 1 Banyumas

 

Pernahkah Anda mendengar dan menikmati seseorang membaca puisi? Apa yang Anda rasakan? Tentunya kita dapat merasakan bahagia atau pun rasa sedih, manakala kita dengan sepenuh hati mendengar atau membaca puisi. Kita merasa seolah-olah segala kerumitan hidup terurai dengan puisi.

Puisi adalah karya sastra Indonesia yang terikat pada berbagai unsur mulai dari rima, penyusunan larik dan, irama, diksi, dan beragam unsur lainnya.  Puisi merupakan bentuk kesusastraan yang tua dengan menggunakan kata-kata yang indah dan kaya akan makna.

Keterampilan menulis yang harus dikuasai siswa salah satunya adalah menulis puisi. Keterampilan menulis puisi wajib dimulai oleh siswa sebagai satu keterampilan yang aktif dan produktif untuk menggunakan ide, piluran, gagasan, pengetahuan ilmu dan pengalaman.

Pentingnya kualitas dalam menulis puisi tidak hanya mempertajam pengamatan dan penggunaan kemampuan bahasa. Akan tetapi, siswa diharapkan dengan latihan menulis puisi akan dapat untuk memperoleh minat segar yang muncul dari kedalaman puisi itu sendiri. Pembelajaran menulis puisi di sekolah sangat  penting dan bermanfaat bagi siswa karena dapat menstimulus otak siswa sehingga siswa mampu berpikir kreatif dan simpatik terhadap lingkungan sekitarnya.

Utami (dalam Kartini, 2011:2) mengemukakan bahwa salah satu materi pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang dianggap sulit oleh siswa adalah puisi, mulai dari menganalisa puisi, memaknai puisi, membaca puisi, hingga menulis puisi.

Kendala-kendala tersebut, yaitu keterbatasan siswa dalam mengembangkan ide menjadi sebuah puisi karena minim diksi dan menganggap puisi itu harus dibuat dengan diksi kata berupa sajak-sajak yang sulit. Siswa merasa kesulitan menemukan ide, dan  siswa cenderung terpaku dalam penentuan judul terlebih dahulu sebelum menulis puisi, sementara mereka masih merasa kebingungan dalam menentukan sebuah judul.

Kendala-kendala tersebut merupakan kendala teknis yang juga dialami siswa kelas X di SMA Negeri 1 Banyumas, termasuk persoalan konsep pemahaman mereka terhadap puisi juga masih minim sehingga penulisan puisi cenderung dibuat dalam bentuk cerita berparagraf. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan siswa menulis puisi di SMA Negeri 1 Banyumas  masih rendah.

Sebagai guru yang mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia, penulis bersemangat untuk dapat membantu siswa mengatasi kendala tersebut. Hal yang penulis lakukan adalah menerapkan model pembelajaran TPS (think, pair and share).  Think, pair, and share merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa. Pertama kali diperkenalkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland pada tahun 1985 sesuai yang dikutip Arends (1997).

Dalam prosesnya, penulis sebagai guru, membagi siswa dalam beberapa kelompok dan mengerjakan tugas sendiri dengan memberikan permasalahan atau pertanyaan kepada siswa agar siswa dapat berpikir untuk mencari solusi atau jawabannya. Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya. Kedua pasangan bertemu kembali dalam masingmasing kelompok. Siswa berkesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada masing-masing kelompok.

Pada tahap ini, guru juga menjelaskan aturan main serta menginformasikan batasan waktu untuk setiap tahap kegiatan. Proses think pair share dimulai pada saat guru melakukan demonstrasi untuk menggali konsepsi awal siswa. Pada tahap ini, siswa diberikan beberapa contoh puisi untuk dianalisis isi, struktur, dan kaidah kebahasaan dengan batasan waktu (think time) yang diberikan oleh guru untuk memikirkan jawabannya secara individual.

Dalam penentuannya, guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa dalam menjawab pertanyaan atau permasalahan yang diberikan. Pada tahap think dan pair, guru mengelompokkan siswa secara berpasangan. Guru menentukan bahwa pasangan setiap siswa adalah teman sebangkunya. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak pindah mendekati siswa lain yang pintar dan meninggalkan teman sebangkunya. Kemudian, siswa mulai bekerja dengan pasangannya untuk mendiskusikan mengenai jawaban atas permasalahan yang telah diberikan oleh guru. Setiap siswa memiliki kesempatan untuk mendiskusikan berbagai kemungkinan jawaban secara bersama.

Tahap share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas) Pada tahap ini, siswa dapat mempresentasikan jawaban secara perseorangan atau secara kooperatif kepada kelas sebagai keseluruhan kelompok

TPS terbukti dapat mendukung kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi dan seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas. Selain itu, TPS juga dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas.

 

Editor: Cosmas