Catatan Penting Pidato  Mas Menteri

Spread the love

Oleh: Cosmas

Pemimpin Redaksi Poskita.CO

 

Krisis Covid-19 memiliki hikmah yang luar biasa bagi kegiatan belajar mengajar di Indonesia. Pertama kalinya dalam sejarah guru, siswa, dan orangtua murid melaksanakan pembelajaran secara daring.

Pandemi Corona semakin mempertegas jargon Mas Menteri, panggilan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, bahwa pembelajaran tidak hanya dilakukan di sekolah, tetapi bisa dilaksanakan dimana saja.

Itulah benang merah pidato Mas Menteri saat memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) sebagai bentuk penghormatan kepada Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara,dalam upacara bendera peringatan Hardiknas secara terpusat dan terbatas guna mematuhi protokol kesehatan.

Tema Hardiknas 2020, yaitu Belajar dari Covid-19, Mas Menteri mengajak seluruh insan pendidikan di tanah air mengambil hikmah dan pembelajaran dari krisis Covid-19.

Melalui krisis Covid-19,   memakan begitu banyak nyawa. Krisis yang menjadi tantangan luar biasa bagi negara  dan seluruh dunia. Dari krisis ini  banyak sekali hikmah dan pembelajaran yang bisa diterapkan saat ini dan setelahnya.

Krisis Covid-19, kata Nadiem Makarim, untuk pertama kalinya guru-guru melakukan pembelajaran melalui daring/online dengan menggunakan tools/perangkat baru, dan menyadari bahwa sebenarnya pembelajaran bisa terjadi di manapun. Begitu juga dengan orang tua, untuk pertama kalinya menyadari betapa sulitnya tugas guru untuk bisa mengajar anak secara efektif dan menimbulkan empati kepada guru yang tadinya mungkin belum ada.

Guru, siswa, dan orang tua sekarang menyadari bahwa pendidikan itu bukan sesuatu yang hanya bisa dilakukan di sekolah saja.

Pendidikan yang efektif   membutuhkan kolaborasi yang efektif dari tiga hal ini, guru, siswa, dan orang tua.  Tanpa kolaborasi itu, pendidikan yang efektif tidak mungkin terjadi. Melalui krisis Covid-19,  masyarakat dapat memetik hikmah tentang betapa pentingnya kesehatan dan kebersihan serta pentingnya norma-norma kemanusiaan di dalam masyarakat.

Harapannya, empati dan solidaritas saat Covid-19 menjadi suatu pembelajaran yang harus dikembangkan. Pun  di saat krisis ini telah berlalu.

Pesan lainnya, Mas Menteri meminta  seluruh pemangku kepentingan pendidikan untuk selalu berinovasi di tengah pandemi Covid-19.  Belajar memang tidak selalu mudah. Inilah saatnya untuk berinovasi. Saatnya  melakukan berbagai eksperimen. Saatnya  mendengarkan hati nurani dan belajar dari Covid-19.

Mendikbud berterima kasih kepada seluruh masyarakat Indonesia, khususnya para insan pendidikan yang telah mengikuti arahan Presiden Joko Widodo untuk selalu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, serta tetap belajar, bekerja, dan beribadah di rumah saja.

Nadiem berharap, bangsa Indonesia diberikan kesehatan, kekuatan, dan semangat agar bisa melalui masa sulit ini.

Kesempatan Emas

Tak terbantahkan, sejak  wabah Pandemi Corona, pembelajaran dilaksanakan di rumah. Sekolah libur, guru, kepala sekolah, tenaga pendidikan, pemangku kepentingan pendidikan “pontang-panting” mempersiapkan segala hal pembelajaran di rumah. Semua langsung belajar teknologi, belajar menggunakan aplikasi online, memanfaatkan handphone untuk kegiatan belajar mengajar.

Sebagian kecil sudah lancar, tetapi banyak yang gagap. Aoalagi para pendidik usia lanjut, atau yang jarang memanfaatkan teknologi baik melalui hanphone maupun laptop. Bukan hanya guru, siswa pun banyak yang tidak siap. Pun orangtua, mereka mendadak harus belajar ilmu baru.

Inilah hikmah Krisis Covid-19. Ternyata, kita gagap. Tetapi, tidak berarti pasrah begitu saja. Hanya dalam hitungan hari, pembelajaran daring atau pembelajaran online berlangsung lancar. Yang paling mudah, sebagian besar menggunakan aplikasi whatsApp lebih dikenal WA. Seluruh penugasan/komunikasi  kepada siswa, melalui orangtua siswa.

Bagi sekolah lain yang sudah menguasai teknologi, langsung bisa memanfaatkan pembelaran online, yang dilansir kemendikbud di antaranya rumah belajar untuk guru dan siswa (https://belajar.kemdikbud.go.id/, meja kita menyediakan pembelajaran SD-SMA gratis (https:mejakita.com/, Icando aplikasi untuk PAUD (bit.ly/appicando), indonesiaX menyediakan akses belajar melalui kursus, google for education (https://blog.google/outreach-initiatives/education/offline-access-covid19/), belajar interaktif melalui kelas pintar (https://www.kelaspintar.id), penggunaan microsoft office 365 secara gratis untuk guru dan siswa, quipper school untuk kelola tugas dan pekerjaan rumah, ruangguru (https://sekolahonline.ruangguru.com/, belajar tanpa batas  (https://www.sekolah.mu/belajar-tanpa-batas/, belajar mandiri Zenius (https://www.zenius.net/belajar-mandiri/  dan Cisco webex, guru bisa mengajar melalui video,  dan berinteraksi dengan papan tulis digital melalu hanphone/komputer.

Orangtua yang biasanya lancar update status WA, status FB, ternyata gagap pembelajaran online. Melalui perjuangan yang luar biasa, mereka pun akhirnya bisa mengirim kegiatan pembelajaran online via aplikasi smartphone. Siswa pun menghasilkan karya-karya inovatif, mulai dari membuat poster, batik jumput, praktek matematika secara real, dimana semua pembelajaran dikirim ke guru masing-masing, baik secara tulisan microsoft word, tulisan tangan yang difoto, ataupun video.

Tak sedikit yang mengeluh, tugas banyak, orangtua keteteran. Masalahnya, ada yang anaknya lebih dari 2, tak bisa dibayangkan bagaimana mereka harus lembur mengerjakan pekerjaan rumah anak-anaknya.

Pun sebaliknya, para guru pun, tua maupun muda, mau tidak mau harus belajar teknologi. Mereka pun kursus kilat tentang pembelajan online, demi kelancaran belajar di rumah saja.

Kita patut bersyukur, bagi siswa yang rumahnya terpencil, tidak memiliki handphone, atau pulsa, sebagian guru rela untuk jemput bola, mengantar buku, memberi instruksi pembelajaran, memberi tugas, dan siswa tetap terlayani. Wow… ketulusan guru sungguh luar biasa.

Kita pun bersyukur, bagi yang tidak memiliki kuota, dan daerah terpencil, sekarang bisa menikmati kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan kemdikbud kerjasama dengan TVRI.

Krisis Covid-19 telah melapangkan jalan pendidikan di Indonesia menuju zaman keemasan teknologi. Kelak, manusia tak bisa mengelak lagi dari perkembangan teknologi yang sangat pesat. Maka, mau tidak mau, semua harus bisa mengikuti perkembangan zaman. Semoga Covid-19 segera berlalu. Indonesia pun menuju kehidupan baru yang lebih baik.  (**)