Pembelajaran Jemput Bola di Tengah Corona

Spread the love

Foto ilustrasi di rumah aja dokumentasi Hanani

 

Oleh: Mulyani SPd

SDN 01 Wukirsawit Kecamatan Jatiyoso, Kabupaten Karanganyar

 

Pandemi  Corona Virus Diseasei 2019 (Covid-19) telah membuat kepanikan dan ketakutan di seluruh dunia. Virus ini pertama kali muncul di Wuhan China, dan kasus pertama yang terjadi di Indonesia menimpa dua warga Depok, Jawa Barat setelah kontak dengan warga negara Jepang yang datang ke Indonesia.

Berbagai cara dilakukan oleh negara di dunia agar penyebaran virus corona dapat dicegah. Sejumlah negara mulai memberlakukan kebijakan social distancing hingga lock down di negara mereka, demikian juga di Indonesia.

Dalam kamus Bahasa Inggris, lockdown artinya adalah kuncian. Dalam wabah corona sekarang ini, lockdown diartikan mengunci akses masuk dan keluar bagi siapapun untuk mencegah penyebaran virus. Lockdown juga mempunyai arti isolasi. Isolasi adalah pemisahan suatu hal dari hal lain atau usaha memencilkan manusia dari manusia lainnya, diikuti larangan untuk keluar rumah, berkumpul, dan menutup tempat- tempat umum.

Katie Pearce dari John Hopskins University, menjelaskan social distance atau social distancing adalah sebuah praktek dalam kesehatan masyarakat untuk mencegah orang sakit melakukan kontak dengan orang sehat guna mengurangi peluang penularan penyakit. Tindakan ini bisa dilakukan dengan cara seperti membatalkan acara kelompok atau menutup ruang publik, serta menghindari keramaian.

Imbas dari semua itu dalam dunia Pendidikan adalah pemerintah meliburkan sekolah dan pelajar serta mahasiswa belajar dari rumah. Sebagai solusinya pembelajaran di kelas diganti dengan pembelajaran dalam jaringan (daring). Pembelajaran daring merupakan pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara dosen dan mahasiswa, tetapi dilakukan melalui online. Pembelajaran dilakukan melalui video conference, e-learning, atau social distancing.

Sayangnya tidak semua sekolah bisa menyelenggarakan pembelajaran daring. Di daerah kota tidak ada kendala bagi guru, siswa, maupun wali murid untuk melaksanakan pembelajaran daring karena sarana dan prasarana yang memadai. Namun guru di daerah pinggiran mengalami banyak kendala dalam pembelajaran daring.

Salah satu alur belajar di rumah antara lain proses belajar di rumah dilakukan menggunakan berbagai alternatif media online/daring: whatsapp group, email, youtube, google class room, dan web sekolah.   Dalam kenyataan di lapangan tidak semua wali murid melek teknologi dan mempunyai smartphone yang menjadi alat yang sangat vital dalam pembelajaran daring. Selain itu sebagian besar murid tinggal di rumah bersama kakek nenek karena orangtua bekerja di luar daerah sehingga hal ini juga menjadi suatu kendala bagi guru untuk memantau anak didik di rumah.

Untuk menyikapi permasalahan tersebut, maka guru perlu menyiapkan strategi agar siswa tetap belajar di rumah meskipun tanpa pembelajaran daring. Salah satunya adalah menyiapkan  materi yang harus dipelajari siswa di rumah selama satu pekan, dan membuat tugas dalam kertas  untuk diberikan pada siswa sebagai ganti pembelajaran daring. Setiap hari Senin guru mendatangi rumah siswa untuk memberikan materi dan tugas kepada siswa. Guru kembali ke rumah siswa pada hari sabtu untuk menjemput hasil tugas yang telah dikerjakan siswa selama satu pekan.

Tak ada rotan, akar pun jadi. Begitupun dalam pembelajaran di daerah pinggiran, tidak ada pembelajaran daring, pembelajaran jemput bola pun jadi.

Editor: COSMAS