Menjadikan Guru sebagai Orangtua di Sekolah

Spread the love

Oleh : Nani Purwati Ningsih  SPd SD

Guru SDN Kunden 01 Bulu Sukoharjo

 

Dewasa ini sering kita temukan perilaku siswa yang tidak sesuai dengan tata krama dan sopan santun. Perilaku tersebuat di antaranya siswa yang berbicara tidak sopan, suka marah–marah, berkelahi dengan teman, malas belajar, tidak mengerjakan tugas–yang diberikan guru, bahkan sering membolos sekolah.

Kondisi tersebut secara umum hampir dapat kita temui di setiap sekolah, ada beberapa siswa yang berperilaku seperti tersebut di atas. Guru memiliki beberapa peran di sekolah. Selain sebagai pendidik dan pengajar peran guru yang tidak kalah pentingnya adalah guru sebagai orang tua di sekolah. Sebagai orang tua di sekolah guru diharapkan mampu mendidik dan membimbing siswa siswinya dengan kasih sayang, memperlakukan mereka seperti anak kita, tentunya dalam hal yang berhubungan dengan sekolah.

Anak–anak adalah generasi penerus kita, hendaknya sebagai guru kita mewariskan sikap yang terpuji kepada mereka. Keberhasilan siswa bukan hanya ditentukan oleh ilmu pengetahuan yang disampaikan guru di sekolah saja, melainkan juga bagaimana dengan akhlak, sikap, sifat dan mentalnya. Guru dalam tradisi Jawa merupakan akronim dari “digugu lan ditiru“ (orang yang dipercaya dan diteladani). Guru bukan hanya bertanggung jawab mengajar mata pelajaran yang menjadi tugasnya, melainkan lebih dari itu juga mendidik akhlak, sikap, sifat dan perilaku juga mentalnya.

Bagaimana guru bisa menjadi orang tua kedua bagi siswa di sekolah? Guru harus menunjukkan sikap, sifat perilaku yang terpuji. Guru harus bersifat sabar , kadang kita menemukan siswa yang tingkah lakunya tidak menyenangkan dan sulit diatur. Guru hendaknya tetap bersabar menghadapi perilaku anak didik jangan sampai terbawa emosi yang berlebihan. Marah sedikit boleh tetapi jangan sampai terlalu berlebihan menyebabkan ketakutan. Anak–anak bahkan tertekan ketika belajar bersama guru pemarah tersebut.

Sabar dalam arti guru juga tidak segan untuk menegur siswa yang melakukan kesalahan. Guru menegur bukan karena guru yang kejam, guru yang jahat tetapi guru menegur karena sayang dan tidak ingin siswanya terjerumus ke dalam hal yang buruk.

Guru yang penuh kasih sayang sebagaimana kita sebagai orang tua mendidik anak dengan kasih sayang yang tulus begitu juga dengan mendidik siswa. Apalagi yang kita hadapi siswa kelas rendah mereka masih membutuhkan kasih sayang yang penuh dari orang tuanya seperti itu juga terbawa di sekolah.

Contoh hal yang kecil anak kelas 1 SD, misalnya masih belum bisa mengikat tali sepatu sendiri, mereka tidak segan meminta gurunya untuk mengikatkan tali sepatu mereka. Guru hendaknya memenuhi permintaan anak tersebut sambil mengajari bagaimana mengikat tali sepatu yang benar. Jangan sampai guru marah–marah hanya karena hal kecil seperti itu.

Sikap penuh perhatian juga harus dimiliki seorang guru. Jika ada suatu hal yang terjadi di kelas guru harus tahu. Seorang siswa yang biasanya ceria menjadi pemurung dan pendiam. Guru hendaknya mencari tahu apa sebab yang terjadi, mendekati dan mencoba mencari informasi dengan berbicara dengan anak. Sehingga anak tersebut mau bercerita apa masalah yang terjadi,  bila memungkinkan guru membantu memecahkan masalah tersebut.

Dengan memiliki guru yang penuh perhatian anak–anak akan merasa diperhatikan dan merasa dekat dengan guru mereka. Guru akan mudah mengarahkan dan membimbing mereka menjadi anak yang berperilaku yang baik pula. Akan tetapi kedekatan yang terjalin jangan sampai menjadikan siswa melunjak terhadap guru. Tetapi tetap dalam batasan–batasan yang wajar. Siswa akan merasa benar–benar memiliki orang tua kedua di sekolah.

Sejatinya, orang tua adalah orang yang paling mengerti dan memahami anaknya. Demikian halnya dengan guru, selayaknya kita menjadi guru yang  bisa mengerti dan memahami bagaimana anak didik kita. Jangan sampai kita menjadi guru yang cuek, tidak mau tahu terhadap anak didik kita. Selalu ramah murah senyum sehingga mereka merasakan bagimana bapak ibu guru memperhatikan mereka.

Tersenyum adalah hal yang sangat mudah kita lakukan. Dengan tersenyum berarti kita telah berbagi kebahagiaan kepada setiap orang khususnya para siswa. Bagaimanapun suasana hati kita tetap berusaha untuk selalu tersenyum sambil tentunya menyapa dengan ramah anak didik kita.

Kita tidak akan pernah tahu kelak mereka akan menjadi apa, tapi yang kita perlu mengerti bagaimana mereka bisa suskses meraih cita–cita dengan bimbingan orang tua kedua yaitu guru. Tentunya, kita akan turut merasa bangga jikalau kelak mereka menjadi orang sukses yang berakhlak mulia, tapi juga sebaliknya jika kita mendengar kabar berita anak didik kita dulu semasa sekolah sekarang menjadi penjahat tentu kita ikut merasa bersedih hati.

Saya cuplikkan pendapat James Baldwin, anak–anak terkadang tidak mendengarkan apa kata orang tua mereka. Namun mereka seringkali meniru orang tua mereka. Karena itu, memberikan keteladanan adalah kewajiban orang tua, termasuk  pendidikan.

Editor: Cosmas