Mengubah Mindset Hukuman
OPINI PENDIDIKAN
Oleh: Daniasih, S. Pd
Guru SLB Negeri Karanganyar
Setiap insan terlahir dengan ciri khas dan keunikannya. Mereka akan berkembang melalui proses kehidupan untuk menjadi pribadi yang matang, dewasa, produktif, menjadi sosok pribadi yang utuh. Pendidikan menjadi sarana untuk membantu proses itu. Ilmu pengetahuan diajarkan baik agama, etika, norma, sosial dan sebagainya. Butuh cara dan tehnik tersendiri agar siswa mudah paham pelajaran. Salah satunya dengan pemberian hukuman dan hadiah.
Sayang, sebagian guru pernah menggunakan hukuman dengan kekerasan dalam mendidik, yang kadang tidak disadari. Misalnya saja, spontan mencubit dan memukul. Ada juga yang menggunakan kata-kata keras, atau mengucapkan istilah dengan sebutan yang menyakitkan. Semua itu bentuk kekerasan juga. Bila hal itu menjadi sebuah kebiasan maka kekerasan sudah tertanam dalam diri kita. Tidakkah bisa kita mendidik dengan kesabaran, kelembutan hati, dan penuh kasih sayang?
Hukuman atau sanksi diberikan bila anak melangar aturan atau gagal dengan sebuah komitmen yang disepakati. Dengan harapan anak akan segera instropeksi dan memperbaiki diri serta menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk menjadi lebih baik. Sedangkan hadiah kita berikan kepada anak yang berhasil dan berprestasi. Pemberian hadiah dimaksudkan agar anak terus mempertahankan keberhasilan itu dengan meningkatkan prestasinya untuk masa depan.
Hukuman yang menyakitkan dan membebani anak cenderung akan menurunkan bahkan bisa mematikan semangat untuk bangkit dan maju kembali. Karena anak akan dibayang-bayangi ketakutan untuk berbuat salah, akibatnya anak tidak memiliki keberanian untuk mengulangi dan meraih kemajuan. Untuk itu hukuman yang baik adalah hukuman yang mendidik. Hukuman mendidik adalah hukuman yang menjadikan semangat, memotivasi dan menyemangati siswa yang dilakukan penuh kasih sayang serta dapat memberikan apresiasi selama proses pembelajaran dalam pendidikan. Melibatkan anak secara langsung dengan memberdayakannya sehingga anak menjadi proaktif dalam mengembangkan potensi dirinya. Dengan cara tersebut, aspek negatif dari menghukum dengan cara kekerasan atau konvensional dapat terhambat seiring pemahaman kita tentang sebuah pengetahuan yang luas.
Menghukum anak tidak perlu dengan kekerasan. Berikan kasih sayang dan pacu potensinya untuk menyadari kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Jadikan cerminan diri untuk meminimalisir sebuah kesalahan. Kita harus berpikir positif kepada anak untuk paham apa yang dilakukannya dapat dipertanggungjawabkan.
Pada akhirnya, sebuah perubahan pola pikir dan pembiasaan yang baik, serta memahami sebuah hakekat hukuman yang dilakukan dengan kesungguhan dan penuh kesabaran pasti akan dapat membawa dampak perubahan yang baik. Yang utama, anak memiliki bekal ilmu untuk kehidupan saat dewasa.
(Editor:Cosmas)