Menulis Puisi di Hari PGRI dan HGN SMP Negeri 8 Surakarta

Spread the love

Oleh : Sri Suprapti, Waka Humas SMP Negeri 8 Surakarta

 

SOLO, POSKITA.co – Guru merupakan orang yang mau membagikan ilmunya menjadi sosok pengganti orang tua di sekolah, seseorang yang mampu mengubah pola pikir kita, sehingga bisa mengubah hidup kita menjadi lebih baik.

Sosok seorang guru memang berbeda dengan pahlawan yang gugur di medan perang, yang rela mengorbankan jiwa dan raganya. Oleh karena itulah guru disebut dengan pahlawan tanpa tanda jasa, tidak seperti pahlawan yang gugur di medan perang yang diberi gelar pahlawan reformasi, pahlawan revolusi dan pahlawan nasional.

Setiap tanggal 25 November sekolah mempunyai tradisi untuk memperingati hari guru. Begitu juga dengan SMP Negeri 8 Surakarta di bawah pimpinan Triad Suparman, M.Pd. di halaman sekolah melakukan kegiatan upacara peringatan hari PGRI dan hari Guru Nasional yang diikuti oleh semua siswa mulai kelas VII, VIII dan IX, bapak / Ibu Guru beserta Karyawan. Kalau hari-hari besar lainnya sebagai petugas upacara adalah OSIS tetapi khusus untuk hari ini petugasnya adalah semua bapak / ibu guru. Upacara dimulai pada pukul 07.00 WIB dengan Pembina upacara Benedictus Wardaya, S.Pd.

Dalam amanatnya, beliau membacakan pidato Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nadiem Makarim. Pidato yang berjumlah 2 ( dua ) lembar itu dibacakan dengan suara yang indah dan lantang. Membuat semua guru jadi terharu dan penasaran dengan apa saja isi dari pidato menteri yang baru ini. Sampai-sampai suasana upacara jadi terasa khidmat. Upacara berakhir pukul 07.40 WIB dan dilanjutkan potong tumpeng dan foto bersama dewan guru SMP Negeri 8 Surakarta.

Perlu diketahui bahwa makna hari guru erat hubungannya dengan sejarah. Berdasarkan referensi yang saya dapat, lahirnya PGRI ( Persatuan Guru Republik Indonesia ) pada tanggal 25 November 1945, setelah 100 hari proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan cikal bakal organisasi PGRI. Di mana organisasi ini diisi oleh para guru bantu, guru desa, kepala sekolah dan penilik sekolah. Diperingati sebagai hari Guru Nasional adalah berdasarkan Kepres ( Keputusan Presiden ) nomor 78 Tahun 1994 hal ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada Guru.

Dengan pernyataan tersebut, bahwa hari Guru mempunyai makna sebagai bentuk penghormatan kepada Guru atas jasa-jasa yang telah dilakukan selama mereka mengajar. Oleh karena itu  Pemerintah Republik Indoseaia menetapkan setiap tanggal 25 November sebagai Hari Ulang Tahun Persatuan Guru Republik Indonesia ( PGRI ) sekaligus Hari Guru Nasional.Pemerintah menghimbau dalam memperingati hari profesi keguruan, untuk menyelenggarakan kegiatan untuk mengapresiasi guru. Terkait pengembangan profesi guru, SMP Negeri 8 Surakarta mengadakan penulisan puisi untuk semua siswa dan akan dibukukan atau dibuat buku kumpulan Puisi siswa yang dikemudian hari disimpan di Perpustakaan SMP Negeri 8 Surakarta..

Sebelum dilakukan penulisan Puisi, perwakilan OSIS membagikan setangkai bunga kepada bapak ibu guru sebagai rasa tanda cinta kasih sayang mereka terhadap guru di halaman sekolah. Juga dinyanyikan lagu Hymne Guru oleh siswa yang menambah rasa sayang siswa terhadap gurunya dan sebaliknya. Dalam peringatan Hari Ulang Tahun PGRI dan HGN ini semua peserta upacara mengikuti dengan khidmat. Seorang Guru tidak akan mengharapkan sebuah kado yang mewah dari siapapun. Sebuah ucapan selamat yang indah atau kejutan indah dari orang lain, karena semua guru melakukan pekerjaan secara mulia berbagi ilmu dengan ikhlas dalam membimbing, mensupport dan member hal-hal positif lainnya yang patut dicontoh. Sudah semestinya kita memperlakukan secara istimewa seperti orang tua kita karena mereka adalah orang tua pengganti jika di sekolah.

Tanpa mereka kita tidak bisa membaca, tanpa mereka kita tidak bisa menulis, tanpa mereka kita tidak bisa berhitung, tanpa mereka kita tidak bisa menjadi seorang professor, tidak bisa menjadi dokter ataupun profesi yang saat ini kita miliki. Karena mereka adalah pahlawan kita, pahlawan tanpa tanda jasa, seorang yang memberikan jasa yang tidak bisa dibayar dengan apapun karena pengabdian mereka yang murni, tulus berbagi ilmu. Kita tidak harus memberikan hadiah yang indah kepada mereka, ucapan selamat yang berlebihan, tetapi cukup menghormati, menghargai, menyayangi serta mendoakan selalu setiap hari dan yang paling penting anggaplah dia sebagai orang tua kita sebagaimana beliau menganggap kita sebagai anak mereka sendiri.

Semoga kita sebagai siswa dan guru bisa mengambil maknanya dan mengaplikasikannya dalam kehidupan kita dan semoga guru yang dalam Bahasa Jawa  (jarwa dhosok) digugu lan ditiru (bisa dipercaya dan dicontoh)  selalu berjaya. Saya yakin, siapapun orang yang ada di sini pasti sudah mengetahui siapa yang disebut dengan pahlawan tanpa tanda jasa. Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Disebut dengan pahlawan karena tentunya seorang guru sangat memberikan pengaruh bagi kehidupan manusia di muka bumi ini

Editor: Cosmas