Filosofi Lokasi dan Aksi Bagi Jokowi

Spread the love

OPINI

oleh: Jojo Raharjo

Tenaga Ahli Madya Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi Kantor Staf Presiden RI

 

Jokowi adalah figur ‘out of the box’. Melakukan hal-hal di luar kebiasaan. Termasuk saat memilih tempat atau lokasi bagi sebuah momen.

Lihatlah saat Jokowi sebagai presiden menyampaikan pidato mengajak masyarakat untuk bersatu usai Pemilu, Selasa, 21 Mei 2019. Sebuah hari bersejarah, mengingat 21 tahun lalu di penanggalan yang sama, Soeharto mundur setelah menjabat presiden selama 32 tahun

“Setelah dilantik di bulan Oktober nanti kami adalah Presiden dan Wakil Presiden seluruh rakyat Indonesia. Kami adalah pemimpin dan pengayom dari 100 persen rakyat Indonesia. Kami akan berjuang keras demi terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, bagi 100 persen rakyat Indonesia,” tegas Jokowi.

Pidato ajakan persatuan Jokowi menatap masa depan sebagai presiden ini sekaligus deklarasi kemenangan sebagai capres petahana, usai rekapitulasi suara KPU memenangkan pasangan 01 sebesar 55,50 berbanding 44,50 persen atau 85.607.362 berbanding 68.650.239 suara atas pasangan 02.

Momentum ini menjadi kaya secara visual karena Jokowi-Ma’ruf mendeklarasikan kemenangan Pilpres 2019 di RT 14 RW 01 Kampung Deret Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat. Meski pernah setahun ngontrak rumah petak di Salemba, tak urung saya mesti muter-muter mencari lokasi tempat acara tadi, di sisi rel tak jauh dari Stasiun Kramat Sentiong. Beruntung tidak telat sampai lokasi.

Kawasan Johor Baru disebut sebagai kecamatan terpadat di Asia. Dengan luas wilayah 238,16 hektar, jumlah warga sekitar 115 ribu jiwa, tingkat kepadatan penduduk di kawasan ini rata-rata 45.398/Km2.

Johor Baru pernah dibuat tayangannya secara khusus di salah satu kanal berita televisi luar negeri. Anda pasti ngeri kalau membayangkan bagaimana manusia hidup di sini. Saking padatnya, konon ada kos-kosan yang disewakan shift-shitan tiga periode waktu sehari.

Jadi, di satu kasur yang sama, Anda hanya bisa menempati selama 8 jam, lalu 8 jam lagi ruangan itu diisi orang lain, dan 8 jam berikutnya ditiduri penyewa lain. Saat tinggal di dekat situ, saya takjub karena jam 2 pagi anak-anak masih bermain bola di gang-gang. Mungkin karena bukan jadwalnya tidur kali ya…

Usai melakukan deklarasi kemenangan, Jokowi menjawab beberapa pertanyaan, salah satunya, kenapa memilih Tanah Tinggi – Johar Baru sebagai tempat deklarasi?

“Ya, sambil nengok Kampung Deret yang dulu kita bangun,” jawab Jokowi pendek.

Kampung Deret adalah nama program yang dibuat oleh Gubernur DKI Jakarta tahun 2012, Jokowi-Ahok. Sebuah program penataan kampung kumuh tanpa menggusur warganya.

Sebenarnya sebutan Kampung Deret ditujukan ke beberapa lokasi di Jakarta, seperti di RW 01 Tanah Tinggi – Johar Baru, RW 05 Petogogan – Kebayoran Baru, RW 04 Cilincing – Koja, dan RW 02 Cipinang Besar Selatan – Jatinegara. Itu adalah bukti legacy Jokowi memanusiakan manusia, khususnya warga miskin kota, dari kampung kumuh menjadi deretan rumah nan nyaman dihuni.

Pidato kemenangan di kampung kumuh memberikan warna tersendiri, tak kalah fenomenal dibandingkan deklarasi kemenangan Jokowi-JK di perahu tradisional pinisi di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara, 22 Juli 2014.

“Kemenangan ini adalah kemenangan seluruh rakyat Indonesia. Saya berharap kemenangan rakyat ini akan melapangkan jalan untuk mencapai dan mewujudkan Indonesia yang berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian secara kebudayaan,” kata Jokowi di atas kapal pinisi, lima tahun silam.

Pengambilan sumpah

Kisah ‘out of the box’ lain terbaca saat sebagai Gubernur DKI Jakarta, Jokowi melantik Wali Kota dan Wakil Wali Kota Jakarta Timur HR Krisdianto dan Husein Murad di perkampungan kumuh yang kerap jadi lahan pembuangan sampah sementara warga di kawasan Kampung Pulo Jahe RT 07 RW 05, Cakung, Jakarta Timur.

Jokowi juga pernah melantik Walikota Jakarta Utara Heru Budi Hartono –kini menjabat Kepala Sekretariat Presiden di Kementerian Sekretariat Negara- di Waduk Cincin Papanggo, Jakarta Utara yang tampak kumuh dan banyak dipenuhi tanaman eceng gondok.

Jokowi pun pernah melantik Walikota Jakarta Barat Fatahillah di rumah susun sewa (Rusunawa) Tambora. Sementara sebagai Walikota Solo, Jokowi tak segan menggelar rapat di Pasar Banjarsari saat hendak memindahkan pasar itu ke Klitikan Notoharjo, Semanggi.

Dua hal nyata disiratkan Jokowi dari pemilihan Kampung Deret di Tanah Tinggi, Johar Baru, Jakarta Pusat sebagai lokasi pidatonya.

Pertama, Jokowi tak pernah berubah, berasal dari wong cilik dan tetap peduli pada rakyat kecil yang menyimbolkan rakyat Indonesia kebanyakan.

Kedua, tak usah berlama-lama seremonial, sekarang saatnya kembali kerja, kerja, kerja. Menuju Indonesia Maju. Karena banyak saudara-saudari sebangsa menggantungkan hidupnya dari hasil kerja nyata kita.

***