Sepenggal Kisah PON I di Solo 1948, Bingkai Persatuan Kesatuan

Spread the love

SOLO (poskita.co) – Sejarah Hari Olahraga Nasional (Haornas), merupakan sejarah pelaksanaan PON I 1948, 9-12 September di kota Solo,   sebagai bentuk perjuangan perlawanan bangsa Indonesia terhadap larangan atlet-atlet Indonesia mengikuti Olimpiade di Inggris. Mengapa dilarang?

“Sebab negara Pangeran Charles ini belum mengakui kemerdekaan RI. Saat atlet-atlet Indonesia diijinkan ikut dengan paspor Belanda, mereka menolak. Akhirnya ditunjuklah Solo yang sudah memiliki stadion yang cukup bagus, hingga bisa buat pertandingan malam, serta kolam renang Tirtomoyo dan lapangan pacuan kuda Manahan sebagai tuan rumah,” kata KP Bambang Pradotonagoro, kepada Poskita.co, Selasa (28/08/2018).

Menurut Bambang, kegiatan yang mendapat dukungan PB XII selaku pemilik stadion dan beberapa gelanggang lainnya dibuka bersama Presiden Soekarno pada tanggal 9 September 1948 yang sekarang ditetapkan sebagai HAORNAS.

“Inilah sejarah perjuangan atlet-atlet Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa ini agar mendapat perhatian dan penghargaan negara-negara lain,” ujar Bambang, peneliti DPW Vox Point Indonesia Solo Raya.

Bagi orang yang “mengaku wong Solo” tentu memori sejarah ini akan dihormati sebagai penghargaan perjuangan dalam bentuk lain terhadap mereka yang “mengganggu” kemerdekaan bangsa ini.

“Mangga kita saling mengendalikan diri soal menyuarakan hak berpendapat, tanggal 9 September bagi warga Solo memiliki makna sejarah yang kuat terhadap harga diri bangsa Indonesia.  Mari kita teruskan semangat itu dalam bingkai persatuan dan kesatuan. Penggunaan hak berpendapat juga ada batas-batasnya tanpa merugikan orang lain, termasuk adanya sejarah dari peristiwa tersebut. Dirgahayu 70 Tahun Kebangkitan Olahraga Indonesia,” tutup KP Bambang. (Cosmas)