The Insider, Hoaks dan Persekusi oleh Industri Rokok, Pergulatan Integritas dan Kemanusiaan
Yogyakarta (poskita.co) – Menandai syukur atas lima tahun mengudara, sekaligus memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) 2018, Komunitas Merawat Integritas Bangsa (MIB) menggelar Diskusi “The Insider: Hoaks dan Persekusi oleh Industri Rokok”.
Hajatan ini diselenggarakan pada Minggu, (3/6/2018) di Ruang 408 Gedung Pascasarjana Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY). Co-producer MIB, Valentina Sri Wijiyati, hadir sebagai pemantik diskusi dengan paparan ‘The Insider: Jurnalisme Bermartabat dan Penggenapan Watak Cendekia Melawan Hoaks-Persekusi Oleh Industri Rokok.’
“MIB mengudara di FM 91.1 Radio Republik Indonesia (RRI) Stasiun Yogyakarta pertama kali pada Sabtu pertama Juni 2013. Sudah lima tahun kerja sama UAJY dan LPP RRI ini berlangsung. Apresiasi untuk RRI. Syukur untuk lima tahun perjalanan ini,” ungkap Dr Lukas Suryanto Ispandriarno, penggagas Program MIB, membuka diskusi.
“Berbagai topik terkait integritas kebangsaan sudah diangkat di MIB, termasuk peristiwa penting seperti Kasus Cebongan. Masih ada pekerjaan rumah terkait dokumentasi pembelajaran dalam bentuk tulisan-tulisan reflektif untuk disebarluaskan,” tambah beliau.
Valentina Sri Wijiyati, menceritakan tentang film The Insider.
“Kisah Dr. Jeffrey Wigand yang didokumentasikan dalam film The Insider mencerminkan pergulatan terkait integritas. Perjalanan Dr. Wigand mengungkap kebenaran melawan kebohongan para CEO industri rokok —yang bilang nikotin tidak adiktif— di depan Konggres Amerika Serikat, juga perjuangan Lowell Bergman untuk meliput informasi Dr. Wigand, merupakan pergulatan seorang cendekia dan pergulatan untuk menegakkan jurnalisme yang bermartabat. Pengalaman-pengalaman itu berpusat pada integritas dan kemanusiaan,” kata Valentina Wijiyati.
Pak Wigand menunjukkan teladan seorang cendekia yang sejati, yang melawan hoaks, yang tidak mengkhianati kebenaran, meski mengalami persekusi. Ingat tulisan Julien Benda, Pengkhianatan Kaum Intelektual! Pak Wigand membagi teladan cendekia yang mengabdi kepada hajat publik.
Tokoh sentral lain dalam The Insider adalah Lowell Bergman, ketika itu produser 60 Minutes di CBS. Ia sosok jurnalis bermartabat yang menempatkan kebenaran sebagai panggilan dan kewajiban puncak jurnalisme, yang mengabdi kepada kepentingan publik. Sikap Bergman sebangun dengan kredo jurnalisme ala Bill Kovach. Pesan moral The Insider selaras dengan semangat MIB. Karenanya film garapan Michael Mann tahun 1999 ini diangkat dalam syukuran lima tahun MIB mengudara. Terlebih lagi hari jadi MIB berdekatan dengan HTTS, kita padukan intensi-intensi yang menyertai kedua momentum tersebut.
“Pesan moral yang dibawa The Insider relevan dengan situasi Indonesia bahkan hingga 2018 ini. Indonesia masih menghadapi banyak persoalan pemenuhan hak asasi manusia karena dampak buruk rokok. Saat ini pun hoaks dan persekusi marak di Indonesia. Di saat yang sama, penegakan jurnalisme yang bermartabat masih menghadapi tantangan, termasuk tantangan interferensi dari industri rokok,” lanjut Wijiyati.
Dalam sesi diskusi, Yani, seorang relawan penggerak komunitas dari Purworejo, sekaligus keluarga penyintas kanker, menuturkan pengalaman mendidik anak-anak di komunitasnya agar asertif menghadapi perilaku merokok.
“Kami memulai dengan membangun kode etik komunitas, termasuk etika untuk tidak menerima dana maupun sponsor dari perusahaan rokok dan perusahaan susu formula. Mendidik anak menjadi bagian penting dalam mendidik orang dewasa, termasuk untuk menanggulangi dampak buruk rokok,” papar Yani.
Seorang jurnalis televisi yang juga hadir dalam diskusi menekankan bahwa jurnalisme harus berpihak. Berpihak kepada apa? Berpihak kepada kepentingan publik. Jurnalisme harus menjunjung kehidupan, tegasnya.
“New York Times baru-baru ini melaporkan pengalaman tekanan kepada kerja tobacco control di Nigeria dan Indonesia. Kawan-kawan tobacco control di Yogyakarta pun pernah menghadapi somasi senilai Rp 1,28 miliar hingga ke kasasi. Pendidikan berkelanjutan untuk membuat khalayak melek dan sadar menjadi bagian upaya membenahi kebijakan publik. MIB bertekad menjadi bagian perjuangan menegakkan integritas itu. Semoga kami bisa terus mengudara,” tambah Valentina Sri Wijiyati.
Program MIB terselenggara dalam kemitraan LPP RRI dengan UAJY. Ia merupakan tanggapan atas situasi kebangsaan yang ditengarai diwarnai absennya integritas di banyak ruang kebijakan publik dan ruang berbangsa-bernegara-bermasyarakat. Menggalang kerelawanan para pemandu siaran dan narasumber, hingga Desember 2017 MIB mengudara dalam 236 edisi. Semula MIB mengudara setiap Sabtu pukul 08.00 s.d. 09.00 WIB dan sejak Januari 2018 MIB mengudara pada Selasa minggu I, III, dan V pada pukul 16.00 s.d. 17.00 WIB. Lima tahun di udara, MIB membukukan 246 edisi. Diskusi di lantai 4 Jl. Babarsari no. 43 diakhiri pukul 18.30 WIB sesudah jeda untuk buka puasa bersama. (Cosmas)