Kisah Katno Hadi: Doktor di Pundak, Gizi Bangsa di Benak
SOLO, POSKITA.co – Senyum syukur dan kelegaan terpancar dari wajah Dr. H. Katno Hadi, SE, MM, MH, pada Selasa (14/10/2025). Di tengah kesibukannya sebagai pengusaha dan Ketua Umum Senkom Mitra Polri, pria kelahiran Wonogiri, 6 Februari 1968 ini, berhasil menanggalkan satu penantian panjang: toga dan gelar Doktor Bidang Ekonomi dari Universitas Borobudur Jakarta.
Bagi sebagian orang, gelar doktor adalah puncak pencapaian akademis. Namun bagi Katno Hadi, ini adalah sebuah gerbang baru. “Gelar ini bukan akhir, melainkan awal untuk semakin bermanfaat bagi bangsa dan negara,” ujarnya saat berbincang santai dengan media usai prosesi wisuda yang khidmat.
Predikat “sangat memuaskan” yang diraihnya setelah menempuh studi selama tiga tahun seolah menjadi cerminan dari etos kerjanya selama ini: totalitas dan berdampak. Baginya, ruang kuliah dan sidang disertasi adalah laboratorium untuk mempertajam intuisi bisnis dan pengabdian sosial yang telah ia geluti puluhan tahun.
“Ilmu harus diterjemahkan menjadi karya nyata sesuai bidang bisnis yang saya tekuni selama ini,” terangnya.
Kalimat itu bukan sekadar retorika. Jauh sebelum namanya diapit gelar doktor, Katno Hadi telah membuktikan kemampuannya menerjemahkan gagasan menjadi kenyataan. Di bawah bendera PT Citra Luhur Mandiri di Klaten, ia melahirkan dua merek bahan bangunan unggulan, U-Bon Mortar dan Mortar Merapi. Dari sebuah pabrik di Manisrenggo, produknya kini menjadi bagian dari kokohnya infrastruktur di berbagai penjuru nusantara.
“Kami terus berinovasi agar produk-produk lokal bisa bersaing dan menjadi bagian dari pembangunan nasional,” tambahnya. Semangat membangun bangsa inilah yang kini ia bawa ke ranah yang lebih fundamental: gizi generasi penerus.
Dari Bangunan Fisik ke Pembangunan Manusia
Gelar Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang disandangnya seakan menjadi penanda komitmennya pada nilai-nilai luhur dan pengabdian. Kini, dengan ilmu ekonomi yang semakin dalam, pengabdian itu menemukan fokus baru: mendukung program nasional Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.
Katno Hadi tak hanya mendukung di lisan. Di berbagai daerah, ia telah mendirikan puluhan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Inisiatif ini memiliki dua tujuan mulia: memberdayakan para petani lokal sekaligus memastikan anak-anak di pedesaan mendapatkan asupan gizi yang merata.
Langkah paling konkret mungkin terlihat dari deru aktivitas di peternakan ayam petelur miliknya di Gondangrejo, Karanganyar. Awalnya dirintis sebagai salah satu lini bisnis, kini peternakan itu memiliki misi yang lebih besar.
“Untuk saat ini, kami memperluas peternakan ayam telor yang sudah mencapai ratusan ribu ekor dan akan terus kami kembangkan untuk mencukupi kebutuhan MBG yang terus meningkat,” urainya penuh semangat.
Setiap butir telur yang dihasilkan dari peternakannya kini bukan lagi sekadar komoditas, melainkan amunisi untuk membangun sumber daya manusia Indonesia yang unggul. Dari bisnis kuliner “Sop Pak No” yang melegenda, D’Lawu Bistro, hingga D’Gondangrejo Resto & Resort, gurita usahanya kini terhubung oleh satu benang merah: melayani dan memberdayakan.
Dengan capaian akademis tertinggi di genggaman, Dr. Katno Hadi membuktikan bahwa seorang pengusaha, pemimpin organisasi sosial, dan akademisi bisa menyatu dalam satu tarikan napas pengabdian. Sebuah inspirasi bahwa membangun bangsa bisa dimulai dari mana saja: dari adukan mortar yang kokoh, hingga sebutir telur bergizi di piring anak-anak Indonesia.
Tanto/*