Kakorlantas Polri Gandeng Rocky Gerung
*Tekan Angka Kecelakaan di Jalan
JAKARTA, POSKITA.co – Pakar filsafat Universitas Indonesia (UI), Rocky Gerung memberikan kiat-kiat tertentu untuk mendukung Kakorlantas Polri Irjen Pol Agus Suryonugroho dalam menekan angka kecelakaan lalu lintas di jalan raya.
Rocky Gerung yang diundang dalam Rapat Kerja Teknis (Rakernis) Korlantas Polri menilai, kegiatan yang diikuti ini menyentuh akar permasalahan keselamatan berkendara.
“Ini rakernis yang unik karena ada upaya serius untuk menghasilkan keselamatan. Paling tidak menurunkan angka kecelakaan. Diantaranya, menyangkut yang pertama adalah over dimension, ukuran yang berlebihan, tonase yang melanggar aturan,” kata Rocky, Sabtu (14/6).
Tokoh nasional yang kerap mengkritik kebijakan pemerintah tersebut menyoroti, banyak kecelakaan diakibatkan oleh modifikasi kendaraan yang membahayakan. Menurutnya, memodifikasi kendaraan yang sudah dibuat oleh pabrikan sama dengan merekayasa sesuatu yang berpotensi membahayakan keselamatan jiwa.
“Saya senang bahwa Pak Agus Suryo mulai menerangkan keindahan di jalan raya sebagai bagian tugas untuk kemanusiaan. Jadi jalan raya itu jangan dianggap sebagai pameran arogansi, namun justru sebagai tempat pameran etika, beretika,” bebernya.
Guru besar di bidang filsafat itu menandaskan bahwa jalan raya bukan tentang arogansi. Dia menyebut masalah arogansi ini bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor.
“Kita akan lihat bagaimana kita kalau berada di jalan raya kita akan senyum, enggak cemberut. Karena tiba-tiba di-overtaking oleh orang yang sok arogan. Jadi kemampuan Pak Agus Suryo ini yang bagi saya itu. Beliau mengundang saya sebagai filsuf dan harus menerangkan apa di belakang problem lalu lintas, yaitu kultur. Apa di belakang problem arogansi, yaitu psikologi. Jadi lengkap betul Pak Agus menerangkan soal teknis. Tapi dia meminta saya juga menerangkan hal-hal yang sifatnya values itu,” terang Rocky.
Lebih lanjut, Rocky Gerung menyarankan, agar anggota Polisi Lalu Lintas dibekali dengan berbagai latar belakang ilmu pengetahuan. Tujuannya, agar dapat memahami kondisi psikologis dan sosiologis pengendara di jalan raya.
“Anggota Polisi Lalu Lintas harus dibekali oleh semua ilmu pengetahuan. Bukan sekadar ilmu berlalu lintas, tapi juga psikologi. Demikian juga antropologi, harus paham kemarahan di jalan raya itu bisa berasal dari dapur yang enggak berasap lagi di rumah mama. Atau kamar tidur yang tidak harmonis antara pasangan suami istri, kan,” sebut Rocky.
“Jadi Polisi Lalu Lintas harus membaca banyak pengetahuan, psikologi, antropologi, sosiologi, filosofi. Semua itu saya kira akan menjadi paket kurikulum bersama. Supaya ide untuk menghasilkan kedamaian di jalan raya dan kita rayakan misalnya. Setiap tahun kita bisa rayakan hari keselamatan lalu lintas dengan angka yang makin turun, yaitu kecelakaan human error,” tambahnya.
Sementara itu, Kakorlantas Polri Irjen Pol Agus Suryonugroho mengapresiasi kehadiran Rocky Gerung dalam rakernis ini. Agus menegaskan, keselamatan adalah hal utama dalam berlalu lintas di jalan raya.
“Saya menyampaikan apresiasi yang luar biasa kepada sahabat kami Pak Profesor Rocky Gerung. Ketika berbicara problem kaitannya dengan keselamatan, keselamatan itu adalah yang utama. Berkaitan dengan Hari Keselamatan Lalu Lintas Nasional, Hari Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dikaitkan dengan keselamatan jiwa orang. Baik itu pengguna jalan, baik itu jalannya berkeselamatan, baik itu kendaraan yang berkeselamatan. Apalagi dikaitkan dengan fenomena saat ini over dimensi dan overload, ini sudah menggurita,” tegas Agus.
Perwira Tinggi Polri itu juga menegaskan, negara akan menggandeng berbagai pihak untuk mengatasi masalah di jalan raya. Para ahli hingga akademisi akan diundang untuk memberikan masukan komprehensif.
“Dalam hal keselamatan di jalan, kami tidak bisa bekerja sendiri. Kami dengan Kementerian Perhubungan, negara akan merangkul semua potensi masyarakat. Baik itu ahli transportasi, akademisi, dan hari ini kami mendatangkan Profesor Rocky Gerung dari sisi filsafat. Sehingga penyelesaian ini komprehensif, jadi ada kesadaran bahwa ketika kita bicara over dimensi, itu kita melanggar pidana. Ada kesadaran bahwa overload adalah pelanggaran,” urai Jenderal Bintang Dua tersebut.
“Apalagi perilaku di jalan yang tadi sudah dikupas habis dari sisi filsafat oleh beliau. Semoga over dimensi dan overload tentunya bisa mengurangi fatalitas korban meninggal dunia di jalan,” tambah mantan Wakapolda Jateng itu di akhir penjelasannya kepada media. (**)