HUT ke-27, FKUB Klaten Doa Bersama dan Kamulyaning Tirta di Vihara Bodhivamsa

Spread the love

KLATEN, POSKITA.co – Forum Kebersaman Umat Beriman (FKUB) Klaten menggelar upacara Kamulyaning Tirta di Wisma Dhammaguna, Vihara Bodhivamsa Klaten, Sabtu (15/11/2025). Bupati Klaten Hamenang Wajar Ismoyo terlihat hadir dengan memakai baju batik.

Acara itu merupakan puncak perayaan Hari Toleransi Internasional jatuh pada 16 November 2025 dan memperingati HUT ke-27 FKUB Klaten yang jatuh pada 14 November 2025, dengan menggandeng seluruh agama dan kepercayaan. Upacara dilakukan dengan memadukan spiritualitas, ekologi dan keberagaman, yang menempatkan air sebagai jembatan dialog antariman. Ribuan tetes air menjadi simbol persatuan lintas iman di Kabupaten Klaten.

“Air tidak mengenal perbedaan agama, suku atau golongan. Ia mengalir memberikan kehidupan kepada semua makhluk. Inilah esensi toleransi yang kami wujudkan dan air atau tirta yang ada di Klaten ini bisa dikelola dengan baik, bukan untuk kepentingan pribadi,” jelas Ketua FKUB Klaten, Pendeta Wahyu Nirmala.

Acara diawali dengan iring-iringan pembawa kendi berisi air suci dari 7 sumber di Klaten, diiringi gending. Kemudian air diletakkan di depan panggung. Selanjutnya dilakukan Doa Lintas Iman yang dipimpin oleh pemuka dari masing-masing agama.

Mulai Samanera Niroda Nikita mewakili agama Budha, Jero Gedhe Dwija Purwadi dari Hindu, Romo FX Dhany Setayawan dari Katolik, Sumardi Mardi Raharjo dari penghayat kepercayaan, Muhtar Saifudin mewakili Islam dan Pendeta Debora mewakili Kristen.

Usai doa, Ketua FKUB Pendeta Wahyu Nirmala didampingi Pembina FKUB Jazuli Kasmani menyerahkan kendi air suci kepada Bupati Hamenang. Air itu kemudian ditaruh di atas meja depan panggung. Kemudian dilakukan pemotongan tumpeng peringatan HUT ke-27 FKUB oleh Bupati diserahkan kepada pembina FKUB Jazuli Kasmani.

“Toleransi umat beragama di Klaten sudah terjalin sejak jalan dahulu. Candi Plaosan yang menjadi bukti dan simbol kerukunan penganut Budha dan Hindu pada masa itu,” ujar Hamenang.

Puncak acara ditandai kirab menuju sungai untuk upacara Fangshen atau pelepasan kehidupan yang dipimpin oleh para Bhiku, diikuti Deklarasi Tirta Panguripan, sebuah komitmen nasional pelestarian air yang pertama kali dilahirkan dari semangat kebersamaan Klaten.

Bupati Klaten Hamenang Wajar Ismoyo hadir di acara penuh sakral didampingi Gus Jazuli dan Pendeta Wahyu Nirmala di halaman Vihara Bodhivamsa Semangkak.

Rangkaian acara ditutup dengan seminar ekoteologi di Aula Wisma Dhammaguna, menghadirkan para tokoh agama dan akademisi untuk membahas model ekoteologi berbasis kearifan lokal Nusantara. Kata Pendeta Wahyu, Kamulyaning Tirta 2025 bukan sekadar ritual. Ini adalah bukti nyata bahwa menjaga air berarti menjaga kehidupan, dan mencintai ciptaan Tuhan adalah wujud toleransi sejati.

Sebelumnya, FKUB Klaten menggelar ritual Pengambilan Tirta Panguripan di tujuh mata air suci yang tersebar di wilayah Kabupaten Klaten, Senin (10/11). Kegiatan lintas agama ini melibatkan para pemuka dari berbagai unsur agama dan penghayat kepercayaan.

Ritual tersebut merupakan rangkaian kegiatan Peringatan Hari Toleransi Internasional yang dikemas dalam acara bertajuk Kamulyaning Tirta. Tujuannya untuk mempererat kerukunan antarumat beriman melalui prosesi spiritual yang sarat makna tentang persaudaraan dan toleransi.

Prosesi pengambilan tirta dimulai dari sumur di Masjid Golo, kompleks makam Sunan Bayat, sebagai simbol awal perjalanan spiritual. Perjalanan kemudian berlanjut ke Petirtaan Geneng, di mana doa dipimpin oleh umat Hindu sebelum pengambilan air suci dilakukan.

Selanjutnya, air diambil dari Umbul Brondong oleh Pendeta Debora dari GKJ Kebonarum mewakili umat Kristen, disusul prosesi oleh unsur Buddha di Umbul Tirta Mulyani. Terakhir, umat Katolik melakukan pengambilan air suci di Sendang Gua Maria Sriningsih, Klaten. (Hakim)