Rutan Solo Jadi Museum dan Pusat Ekonomi Kreatif
Wakil Ketua Komisi XIII DPR RI, Rinto Subekti. Foto: istimewa.
SOLO, POSKITA.co – Rutan Kelas I Surakarta akan berubah wajah menjadi Museum dan Pusat ekonomi kreatif. Sementara Rutan Kelas I Surakarta akan pindah di wilayah Matesih, Karanganyar.
Proses pembangunan Rutan yang baru, Desember 2025, akan rampung.
Rutan Kelas I Surakarta pasca relokasi akan berubah fungsinya. Bangunan bersejarah yang masuk kategori Benda Cagar Budaya (BCB) di kawasan Gladag tersebut bakal berubah menjadi museum dan pusat ekonomi kreatif yang diharapkan menjadi ikon baru wisata edukasi di Kota Bengawan.
Rencana ini mencuat saat Komisi XIII DPR RI melakukan kunjungan kerja (kunker) ke Rutan, Rabu (12/11).
Kunker ini dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi XIII DPR RI, Rinto Subekti.
Di sela kunjungan tersebut, politisi Partai Demokrat itu mengapresiasi tinggi atas berbagai inovasi yang dilakukan pihak Rutan dalam membina warga binaan.
Menurutnya, pola pembinaan yang tetap menanamkan nilai-nilai budaya lokal patut dijadikan contoh bagi lembaga pemasyarakatan lain di Indonesia. “Kami melihat secara langsung bagaimana Kepala Rutan dan jajarannya membangun pembinaan dengan tetap mempertahankan norma dan budaya lokal. Ini luar biasa, karena tidak hanya melatih keterampilan, tetapi juga membentuk karakter warga binaan agar kelak bisa kembali ke masyarakat sebagai insan yang kreatif dan berbudaya,” terang Rinto.
Sisi lain terkait rencana relokasi Rutan Surakarta ke Kabupaten Karanganyar, dimana bangunan Rutan yang dibangun era Kolonial Belanda itu rencananya akan difungsikan ulang menjadi museum sejarah pemasyarakatan dan kawasan foodcourt ekonomi kreatif yang terbuka untuk umum, hal itu menurut Rinto, merupakan inisiasi yang sangat bagus dan memiliki nilai sosial serta pariwisata tinggi. Hanya saja, dia menilai perlu ada perencanaan matang terkait fungsi penitipan tahanan dari Kejaksaan Negeri (Kejari) Surakarta.
“Kalau nanti Rutan Surakarta sepenuhnya dialihfungsikan menjadi museum dan kawasan kuliner, tentu akan ada kendala bagi aparat penegak hukum. Tahanan titipan dari Kejari akan sulit diakomodasi karena harus dikirim ke Karanganyar, yang jaraknya sekitar 45 menit dari Solo. Ini bisa menghambat proses persidangan dan administrasi hukum,” ungkapnya.
Untuk itu, Komisi XIII, lanjut Rinto, akan mendorong agar Kanwil Kemenkumham Jawa Tengah bersama Pemkot Surakarta meninjau ulang desain pengalihfungsian bangunan. Dia menyarankan agar sebagian area tetap difungsikan sebagai rumah titipan tahanan.
“Kami mendorong agar tetap ada ruang di Solo untuk fungsi penitipan tahanan, meski sebagian besar area dialihfungsikan menjadi museum. Jadi fungsi pemasyarakatan tetap berjalan, sementara aspek sosial-budayanya juga bisa hidup,” katanya.
Rinto menuturkan Rutan baru di Karanganyar ditargetkan rampung pada Desember 2025. Setelah itu, proses pemindahan warga binaan secara bertahap akan dilakukan mulai awal tahun depan.
Sementara itu, Wali Kota Surakarta, Respati Ahmad Ardianto, menyatakan dukungannya terhadap rencana relokasi Rutan ke Karanganyar. Menurutnya, Pemkot siap memfasilitasi kebutuhan yang muncul akibat pemindahan tersebut, termasuk menyediakan lahan baru untuk ruang tahanan titipan di dalam kota.
“Kami mendukung penuh wacana pemindahan Rutan ini. Hanya saja memang ada catatan, di mana kami diminta tetap menyediakan sebagian ruang untuk tahanan titipan agar proses hukum dan sidang di Pengadilan Negeri Surakarta tidak terganggu. Kami siap memfasilitasi itu,” tutur Respati.
Lebih jauh, Mantan Ketua HIPMI Kota Surakarta tersebut mengungkapkan, bangunan tua Rutan Surakarta tidak akan diubah secara fisik karena telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya. Justru, nilai historis inilah yang akan menjadi daya tarik utama museum baru nanti.
“Kita tidak akan mengubah bentuknya. Justru keasliannya yang menjadi kekuatan utama. Konsepnya nanti seperti Museum Tai Kwun di Hongkong, yang dulunya merupakan kompleks kepolisian dan penjara kolonial. Kini Tai Kwun menjadi salah satu destinasi wisata sejarah dan budaya paling populer di sana,” jelasnya.
Ia menggambarkan bagaimana nantinya kompleks Rutan Solo akan diisi dengan pameran foto, arsip, serta kisah sejarah para penghuni rutan di masa lampau. Di beberapa bagian, akan dibuka ruang bagi pelaku ekonomi kreatif dan kuliner khas Solo untuk berjualan, menjadikannya kawasan wisata yang hidup dan edukatif.
“Nanti di dalamnya akan ada museum edukasi, sejarah pemasyarakatan, ruang galeri budaya, hingga foodcourt. Jadi pengunjung bisa belajar sekaligus menikmati suasana khas bangunan kolonial yang otentik. Kita ingin menjadikannya ruang publik yang memberi manfaat bagi masyarakat,” tambahnya.
Mas Wali optimistis, jika proyek tersebut terealisasi, kawasan Rutan Solo akan menjadi ikon wisata baru di jantung kota, sekaligus bentuk nyata transformasi ruang publik bersejarah menjadi ruang sosial yang hidup.
Tanto/*

