Hadirnya Dua Gerobak Sapi, Semarakkan Peringatan Hari Santri 2025 di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Sleman

Spread the love

SLEMAN, POSKITA.co – Sekitar 1036 santri Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, Sleman, Yogyakarta, tetap semangat dalam menyemarakkan peringatan Hari Santri 2025. Mereka penuh antusias mengikuti upacara yang dipusatkan di lapangan kompleks 3 Pondok Pesantren Sunan Pandanaran yang berada di Candiwinangun, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, Rabu (22/10/2025) pagi.

Ada yang unik dalam kegiatan, terlihat dua gerobak sapi yang berisi beberapa santri menuju lapangan yang startnya dari kompleks Madrasah Aliyah Sunan Pandanaran. Dua gerobak sapi ini merupakan milik warga Nglanjaran, Candiwinangun itu menjadi daya tarik atau ada keunikan peringatan Hari Santri 2025 di Pondok Pesantren yang diasuh KH Mu’tashim Billah al Hafidz.

Puluhan santri putri juga ada pentas dengan memainkan irama musik drumband yang beberapa hari ini berlatih demi suksesnya Hari Santri 2025. Kalau tahun lalu, usai upacara mengadakan karnaval keliling kampung dan tahun ini karnavalnya sudah diadakan saat Agustusan atau HUT RI 2025 lalu.

“Adanya dua gerobak sapi yang salah satunya milik Mas Dayun, warga Nglanjaran, acara peringatan Hari Santri 2025 menjadi lebih menarik. Tidak biasa saat Hari Santri ada gerobak sapi yang ikut upacara,” jelas Yudi, salah satu warga setempat yang menyaksikan iring-iringan dua gerobak ini.

Usai upacara peringatan Hari Santri 2025 yang dipimpin Gus Fahad (menantu Nyai Hj. Nunung Mufid), dilanjutkan dengan ziarah ke makam Almaghfurlah KH Mufid Mas’ud Al Hafidz, pendiri Pondok Pesantren Sunan Pandanaran yang berada di barat masjid Sunan Pandanaran kompleks 3. Untuk mengenang KH Mufid Mas’ud, setiap Kamis wage usai shalat Ashar ada majelis mujahadahan yang diikuti ribuan peserta, baik santri, kerabat maupun masyarakat di aula kompleks 3.

Para santri dengan memakai kostum unik jalan kaki di depan dua gerobak sapi menuju lokasi upacara Hari Santri 2025 di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, Sleman.

“Peringatan Hari Santri ini bisa dijadikan tonggak mengenang perjuangan para Kiai, perjuangan para santri dalam ikut berjuang menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Perjuangan para kiai dan santri membela NKRI, melawan penjajah Belanda saat peristiwa pertempuran Surabaya pada tanggal 22 Oktober 1945 jadi bukti nyata jasa para kiai dan santri,” jelas Muhammad Subhan, salah satu kerabat Pondok Pesantren Sunan Pandanaran.

Saat pertempuran yang tak berimbang melawan penjajah Belanda tahun 1945, para kiai dan santri tergabung dalam laskar Hisbullah dan Sabilillah. Resolusi Jihad yang difatwakan KH Hasyim Asy’ari pendiri Nahdlatul Ulama (NU) tanggal 22 Oktober 1945, jadi pengobar semangat santri melawan penjajah. Mereka berjuang dan membela negeri ini dengan taruhan nyawa.

Kalau sampai saat ini masih ada sebagian orang yang mempertanyakan jasa para kiai dan santri, ungkap Muhammad, perlu belajar lebih mendalam dan membuka hati tentang sejarah perjuangan para kiai dalam kemerdekaan RI. Hari Santri ini, menurut Muhammad adalah sangat tepat untuk diperingati dan jadi penyebar semangat santri melanjutkan estafet perjuangan para Ulama. (Hakim)