Wamendiktisaintek Tekankan Mitigasi Megathrust
Foto: Istimewa
PADANG, POSKITA.co – Indonesia saat ini menempati peringkat kedua negara paling rawan bencana di dunia menurut World Risk Report 2024. Fakta tersebut menegaskan urgensi penguatan strategi mitigasi berbasis ilmu pengetahuan dan kolaborasi lintas sektor.
Dalam pembukaan 3rd International Conference on Disaster Mitigation and Management (ICDMM) di Universitas Andalas (Unand), Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek), Fauzan menegaskan bahwa perguruan tinggi harus menjadi garda terdepan dalam memperkuat kesiapsiagaan menghadapi ancaman Megathrust Mentawai.
“Universitas harus menjadi pusat pengembangan ilmu, riset, dan pemberdayaan masyarakat agar bangsa kita tetap tegak dan tangguh menghadapi ancaman megathrust. Program Diktisaintek Berdampak memberi ruang lebih besar bagi perguruan tinggi untuk menyalurkan riset dan inovasi yang aplikatif ke masyarakat. Tantangan megathrust terlalu besar untuk dihadapi sendiri. Karena itu, diperlukan kolaborasi pentahelix yang menyatukan pemerintah, akademisi, swasta, komunitas, dan media dalam satu misi bersama,” tegas Wamen Fauzan.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Suharyanto menekankan bahwa ICDMM 2025 dilaksanakan bertepatan dengan peringatan 16 tahun gempa Sumatera Barat.
“ICDMM yang ke-3 ini dilaksanakan untuk membahas segala sesuatu yang berkaitan dengan pengurangan risiko bencana,” ujarnya.
Duta Besar Australia untuk Indonesia, Roderick Bruce Brazier, menyatakan bahwa kemitraan internasional sangat diperlukan dalam kesiapsiagaan bencana.
“Australia sampai saat ini berkomitmen untuk ikut serta membantu dalam kesiapsiagaan terhadap bencana yang terjadi di Asia, terkhusus di Indonesia. Indonesia juga pernah membantu kami pada saat kebakaran hebat di negara kami,” katanya.
Rektor Unand, Efa Yonnedi menegaskan komitmen kampus yang sejalan dengan arahan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek).
“Ini merupakan bentuk komitmen intelektual dan moral dari Universitas Andalas untuk memberikan dampak manfaat langsung kepada masyarakat dalam kesiapsiagaan bencana. Bentuk komitmennya sesuai arahan kementerian, yaitu menawarkan program studi Magister Manajemen Bencana untuk mendalami ilmu kebencanaan, sekaligus menjadikan Unand sebagai Center of Excellence dalam bidang kebencanaan,” jelasnya.
Wakil Menteri Pekerjaan Umum, Diana Kusumastuti juga menyoroti pentingnya pembangunan yang berlandaskan standar keamanan.
“Kami sudah ada PuSGeN yang isinya akademisi, BMKG, dan BNPB untuk membuat evaluasi pembangunan yang sesuai dengan SNI dalam menghadapi potensi bencana yang bisa terjadi di daerah rawan gempa,” katanya.
Wakil Gubernur Sumatera Barat, Vasko Ruseimy, menegaskan dukungan penuh pemerintah daerah.
“Pemprov akan mendukung penuh kegiatan yang berdampak terhadap masyarakat Sumbar, terutama yang berkaitan dengan kewaspadaan bencana. Sebab Sumbar punya potensi keindahan alam yang bisa dieksplorasi. Kami berharap ada rekomendasi yang dihasilkan dari agenda ICDMM untuk pembangunan di Sumbar,” ungkapnya.
Konferensi ICDMM ke-3 di Universitas Andalas juga dihadiri delegasi dari Australia, Taiwan, Malaysia, Kroasia, dan Amerika Serikat. Kehadiran berbagai pihak memperkaya diskusi lintas perspektif serta memperkuat kerja sama global dalam pengurangan risiko bencana.
Kemdiktisaintek menegaskan komitmennya untuk memperkuat riset, pendidikan, dan inovasi kebencanaan agar perguruan tinggi dapat berperan sebagai katalisator.
“Mari kita bekerja bersama untuk memastikan bahwa ketika bumi berguncang, bangsa kita tetap tegak, tangguh, dan siap siaga,” pungkas Wamen Fauzan.
Cosmas/*