Museum Kartun Indonesia Segera Hadir di Semarang
Semarang, Poskita.co – Indonesia segera memiliki rumah baru bagi dunia kartun: Museum Kartun Indonesia yang direncanakan berdiri di Kota Semarang. Museum ini akan menjadi ruang pelestarian, edukasi, ekonomi kreatif, sekaligus destinasi budaya yang unik, menampilkan kekayaan kartun dari masa ke masa, dari seluruh Indonesia.
Kartun, selama ini, bukan sekadar gambar hiburan. Ia berperan sebagai kritik sosial, media pendidikan, bahkan saksi sejarah bangsa. Sayangnya, banyak karya kartun Indonesia yang tercecer dan belum terdokumentasi secara baik. Museum kartun Indonesia hadir menjawab kebutuhan tersebut dengan menyediakan galeri permanen, pusat riset, serta ruang interaktif bagi masyarakat. Gagasan kebutuhan ‘Rumah Kartun Indonesia’ tercetus dalam momentum diskusi publik pada pameran kartun ‘Merdeka atau Mati Kutu’ yang diselenggarakan oleh Persatuan Kartunis Indonesia (Pakarti) 17 – 28 Agustus 2025 yang lalu di Tan Artspace Jl. Papandayan 11 Semarang. Pameran langka yang memajang 23 karya kartun dari 17 kartunis Indonesia ini juga menyelenggarakan dialog publik dengan para seniman dan para pelaku ekonomi kreatif Kota Semarang. Ada juga workshop kartun bersama mastro kartun Jitet Kustana dan ’ngobrol komik’ bersama Komikus Beng Rahadian yang memantik banyak gagasan menarik seputar dunia kartun dan komik Semarang.
“Kartun adalah bahasa rakyat. Ia mampu menyampaikan kritik dengan tawa, mengingatkan dengan canda, dan menumbuhkan kesadaran tanpa harus menggurui. Karena itu, kehadiran Museum Kartun Indonesia bukan hanya kebutuhan seniman, melainkan kebutuhan Semarang, dengan sejarah dan posisi strategisnya, sangat tepat menjadi rumah pertama museum ini. Kami berharap museum ini bisa menjadi ruang ingatan kolektif sekaligus laboratorium kreativitas bagi generasi mendatang,” ujar Abdullah Ibnu Thalhah, Presidium Persatuan Kartunis Indonesia (PAKARTI).

Menurut dosen seni dan Arsitektur UIN Walisongo ini Semarang dipilih sebagai lokasi karena memiliki tradisi multikultural yang kuat serta reputasi sebagai ‘Ibukota kartun Nusantara’. Di Semarang pula event ‘Canda Laga’ (1988) sebagai ajang lomba dan pameran kartun internasional untuk pertama kali digelar. Dari kota Lumpia ini lahir para maestro kartun yang karya-karyanya diterima masyarakat seperti almarhum mas Goen dengan kartun wayang mbeling, Masdi dengan ‘Pak Bei‘, Koesnan Hoesi dengan kartun ‘cemeng’, dll. Para kartunis ini pada 1989 mendeklarasikan organisasi Persatuan Kartunis Indonesia (Pakarti) sebagai wadah berorganisasi para kartunis secara nasional. Jangan lupa pula nama Jitet Kustana, maestro kartun Semarang dengan reputasi internasional yang tak tertandingi, telah menjuarai lebih dari 180 lebih lomba kartun internasional, merupakan bukti adanya basis sumberdaya kartunis yang kuat di Semarang.
Setidaknya ada empat fungsi museum kartun, yakni: Pertama, Pelestarian Arsip dan Sejarah – Banyak karya kartun yang tercecer, terlupakan, bahkan hilang tanpa dokumentasi yang memadai. Museum Kartun Indonesia akan menjadi pusat penyelamatan dan digitalisasi arsip kartun Nusantara. Kedua, Edukasi Generasi Muda – Museum ini akan menjadi ruang belajar interaktif bagi siswa, mahasiswa, pengkaji seni visual dan masyarakat untuk memahami sejarah bangsa melalui bahasa visual yang jenaka sekaligus kritis.
Ketiga, Destinasi Budaya Kota Semarang – Sebagai kota multikultural yang kaya tradisi seni, Semarang mengukuhkan diri menjadi episentrum baru kartun Indonesia, sekaligus destinasi wisata budaya yang unik.
Keempat, Ruang seni dan Ekonomi Kreatif -. Museum akan menyediakan galery dan studio sebagai ruang kebebasan berekspresi dab berkreasi lintas generasi. Museum nantinya ini tidak hanya menjadi pusat dokumentasi dan pameran, tetapi juga ruang persemaian ekonomi kreatif sekaligus jembatan budaya yang memperkuat citra Semarang di mata nasional maupun internasional.

Selain melestarikan arsip dan karya maestro kartun, museum ini juga akan menjadi ruang edukasi generasi muda, menggelar pameran tematik, workshop, hingga forum diskusi kreatif. Dengan demikian, museum ini bukan hanya tempat menyimpan karya, tetapi juga “hidup” sebagai ruang pertemuan antara seniman, akademisi, dan masyarakat luas.
Tokoh arsitek Semarang yang juga Kartunis Prof. Totok Roesmanto sangat mendukung ide ‘Museum Kartun Indonesia‘ di Semarang. “Ide museum ini sangat menarik karena sejarah kartun Indonesia sangat identik dengan kota Semarang dan mesti didukung semua pihak, khususnya Ibu Walikota dan Bapak Gubernur. Saran saya, museum ini bisa menempati salah satu gedung di Kota Lama Semarang sehingga bisa nyambung dengan sejarah Pers dan wisata heritage kota Semarang,’ ujarnya mantap.
Dukungan juga datang dari Komite Ekraf Kota Semarang Bambang Supradono yang turut serta dalam diskusi publik. “Kami menyambut gagasan ini dengan antusias. Semarang sudah dikenal sebagai kota yang kaya dengan tradisi seni dan budaya, dan museum kartun akan memperkuat identitas itu. Selain sebagai ruang pelestarian, museum ini akan membawa dampak ekonomi kreatif yang signifikan melalui pariwisata budaya, pameran, dan kegiatan kreatif lainnya. Kami siap mendukung kolaborasi lintas sektor agar Museum Kartun Indonesia benar-benar terwujud di Semarang,” tegasnya.
Akademisi Universitas Negeri Semarang M. Rahman Athian turut mengamini harapan akan kahadiran museum kartun di Semarang. “Gagasan mendirikan Museum Kartun Indonesia di Semarang sangat strategis. Dari sisi akademik, museum ini akan menjadi laboratorium visual yang berharga, tempat mahasiswa dan peneliti bisa mengkaji perkembangan estetika, fungsi sosial, dan dinamika sejarah kartun Indonesia. Dari sisi kuratorial, keberadaannya juga membuka peluang pameran tematik yang memperkaya wacana seni rupa nasional. Saya melihat museum ini bukan hanya ruang penyimpanan, tetapi juga ruang pembelajaran dan produksi pengetahuan baru,” ujar dosen seni rupa sekaligus kurator pameran kartun.
Museum Kartun Indonesia di Semarang diharapkan segera terealisasi dalam waktu dekat, bertepatan dengan momentum kebangkitan ekosistem seni dan budaya di Indonesia, sebagaimana judul pameran kartun ‘ Merdeka atau Mati Kutu’.
Semarang, 25 Agustus 2025
Siaran Pers
Presidium Kartunis Indonesia (Pakarti)