Romo Budi: Mewujudkan Iman yang Berkobar-kobar
Romo Budi Wihandono Pr, foto: Komsos Kristus Raja Solo Baru
Sukoharjo, Poskita.co – Romo Budi Wihandono Pr, dalam Kebangunan Rohani Iman Katolik (KRK) PDPKK Kristus Raja Solo Baru, mengangkat tema Iman yang Berkobar-kobar, Selasa (28/05/2024), di Gereja Kristus Raja Solo Baru, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
Pada kesempatan ini, Romo Budi memberikan contoh-contoh mengenai orang beriman, contoh yang tidak bisa disebut sebagai iman yang berkobar-kobar. Suatu hari, ada seorang penjaga beras. Ia setiap hari ikut misa, selama 3 bulan. Suatu ketika, ia bilang tidak ingin misa lagi, karena sudah berdoa, ikut misa harian, ternyata beras yang dijual tidak laris. Sesudah itu tidak misa lagi karena keinginan tidak tercapai.
“Satu hari berikutnya, ada umat yang menanyakan tentang pedagang beras yang tidak datang misa hari itu. Padahal, dirinya ingin membeli beras 5 kwintal beras. Hanya terpaut satu hari, apa yang sudah dipaketkan Tuhan, ketika mau diberikan, ternyata ditolak. Maka, meskipun misa setiap hari, itu bukan iman. Karena iman itu mendengarkan, menuruti apa yang menjadi kehendak Tuhan,” ujar Romo Budi Wihandono.
Iman juga bukan berdasar suka dan tidak suka. Romo Budi menceritakan, misalnya, ada umat di Paroki Mandam, tidak suka dengan dirinya, umat ingin pindah, kalau ke paroki lain berarti harus menempuh 80 km, apalagi ke Banjarmasin bisa mencapai 360 km. Kalau cara beriman seperti ini, meski ke Gereja, ini belum bisa dikatakan iman. Karena masih berdasarkan enak dan tidak enak.
Ada beberapa penyakit iman. Pertama, subyektifisme, artinya membuat ajaran gerejanya sesuai persepsinya/ajarannya sendiri. Kedua penyakit stagnasi/kemandegan, hanya hapal doa Bapa Kami dan Salam Maria, lainnya tidak bisa. Ini berarti mengalami kemacetan di dalam imannya.
Romo Budi mencontohkan orang Katolik, tidak pernah baca kitab suci, tidak pernah merenungkan. Saat dipanggil Tuhan, yang naik ke sorga hanya KTPnya saja, orangnya tidak. Karena apa? Sebab umat tersebut mengalami kemandegan dalam iman. Semua umat pun gerrr-geran.
Ketiga, nihilisme. Sebagai contoh, kalau puluhan tahun jadi Katolik, tetapi tetap pemarah, tidak sabar, tetap pendendam, dengki, itu berarti masih digambloki (gendong) setan. Ia masih menganut nihilisme, bukan sebagai pengikut Tuhan.
Keempat, dikotomi iman, membedakan antara hidup iman dengan kehidupan sehari-hari. Rajin berdoa, tetapi dengan sesamanya tidak pernah akur. Kelima, alienasi iman, orang Katolik tetapi tidak mengerti kekatolikannya dengan baik. Misalnya, saat Rabu abu, ada umat yang mengambil sendiri abunya, lalu ditempelkan sendiri, ini namanya alienasi iman.
Apa yang disebut iman yang berkobar-kobar? Pertama, ditandai dengan suka cita. Orang yang hidupnya tidak memiliki suka cita, sulit untuk memiliki iman yang berkobar-kobar. Pedagang untung Rp 250, untung Gusti. Pengusaha, ada yang bilang, hanya untung Rp 60 juta, tidak menjadi suka cita. Sulit bersyukur di dalam hidup.
Iman yang berkobar, ditempatkan dalam kerangka ketika Allah menciptakan manusia. Manusia mewujudkannya, jadi tidak saling menyalahkan. Seperti Adam dan Hawa, awalnya suka cita, tetapi setelah itu saling menyalahkan karena berbuat dosa.
Iman yang berkobar-kobar, ditandai dengan pengorbanan, ada di altar. Siapapun yang mau berkorban, disitu ada keselamatan. Melihat pengorbanan, lihatlah di keluarga. Jaman dulu, ibu-ibu kurus-kurus, karena ingin anaknya gemuk, agar makanan anaknya bergizi. Ketika ada pengorbanan, ujud iman berkobar, yang mewujud di dalam keluarga, bagi suami istri, bagi anak.

foto Komsos Kristus Raja Solo Baru
Dikatakan Romo Budi, iman jangan dipisahkan dari kehidupan sehari-hari-hari. Tetapi iman sungguh mewujud di dalam kehidupan sehari-hari. Kualitas iman sangat ditentukan seberapa kita mau berkorban. Jika menyatakan saya beriman tetapi tidak pernah ada pengorbanan, jangan katakan beriman.
Ketua PDPKK Kristus Raja Solo Baru Drg.sp Pros Fr Amelia Ekasari Istanto menyatakan berterima kasih kepada Romo Budi Wihandono karena di tengah kesibukannya yang luar biasa, masih bisa memberikan siraman rohani di PDPKK Kristus Raja Solo Baru. **
Penulis: Cosmas Gunharjo L