Bupati Menangis, Tasyakuran Terakhir Tak Dihadiri Tatag dan Dedy

SRAGEN, POSKITA co – Tasyakuran kepemimpinan Bupati Sragen sempat diwarnai kesedihan. Pasalnya, Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati sempat meneteskan air mata karena saat tasyakuran terakhir tidak dihadiri mantan Wabub Dedy Endriyatno dan mantan Sekda Tatag Prabawanto. Orang nomor satu di Sragen ini menitikkan air mata dalam pidatonya. Lantaran dua rekan terdekatnya selama memimpin Sragen tak hadir karena situasi politik.
Tasyakuran ini dihadiri para kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Termasuk para mantan pejabat yang sudah purna. Sayangnya dua tokoh yang membersamai Yuni dalam beberapa tahun terakhir menjabat yakni mantan Sekda Sragen Tatag Prabawanto dan partnernya di periode pertama Dedy Endriyatno tidak menghadiri undangan tersebut.
Seperti diketahui pergerakan politik Tatag Prabawanto saat ini cukup lincah. Mulai menjadi bagian yang menggalang dukungan untuk anti dinasti bersama Mantan Bupati Agus Fatchur Rahman beberapa waktu lalu. Hingga mengambil formulir pendaftaran Cabup/Cawabup di Partai Gerindra.
Sedangkan Dedy Endriyatno dinilai sosok yang potensial diusung menjadi Calon Bupati. Beberapa waktu lalu hadir dalam halal bihalal relawan Yuni – Dedy. Sekaligus ikut deklarasi menolak memberi dukungan pada kerabat Yuni yang santer diisukan maju Pilkada Sragen.
Dalam sambutannya Bupati Yuni menyinggung Tatag Prabawanto yang mungkin tidak hadir setelah mengambil Formulir dari Partai Gerindra. ”Mungkin pekewuh sama saya, karena habis ambil formulir di Gerindra, dan habis menginisiasi pertemuan untuk gerakan pembaharuan Sragen atau Anti Turunan Kidul. Mungkin beliau pekewuh, tolong sampaikan salam hormat saya,” ujar Yuni Kamis (23/5).
Yuni menegaskan Tatag merupakan Sekda yang dia percaya dan dipertahankan hingga akhir masa pensiun. Dia bersyukur selama menjabat sudah bekerja dengan baik. Yuni juga menyinggung ketidakhadiran Dedy Endriyatno.
”Tumben tidak bisa Whatsapp saya secara pribadi waktu tidak bisa hadir. Ini yang saya nggak suka dari Politik. Ada waktunya lawan menjadi kawan dan kawan menjadi lawan,” ujar Yuni.
Namun semestinya situasi politik ini tidak merusak tali persaudaraan. Sampai pada titik tidak saling ”aruh weruh”.
Kemudian saat dengan Dedy, pada saat itu berjuang bersama menang pilkada dengan dana seadanya. Kebersamaan yang menurutnya luar biasa. Namun dengan situasi politik harus ditanggapi dengan dewasa.
”Sebenarnya nanti kalau sudah lewat Agustus, ada yang daftar ya rampung. Kenapa bisa mencerai beraikan semua. Saya menangis karena terharu, kebersamaan yang luar biasa,” ujar Yuni. (Cartens)