IKATSI Pusat Sektoral Batik dan IKATSI DIY-Kedu Bekerjasama dengan STTW Surakarta Mengadakan Pelatihan Ecoprint

Spread the love

SOLO,POSKITA.co – Ikatan Ahli Tekstil Seluruh Indonesia (IKATSI) yang terdiri dari IKATSI Pusat Sektor Batik dan IKATSI Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)-Kedu serta bekerja sama dengan Program Studi Teknik Kimia Tekstil, Sekolah Tinggi Teknologi Warga (STTW) Surakarta menyelenggarakan pelatihan ecoprint di Kampus STTW, Jl. Solo-Baki, Kwarasan, Solo Baru, Sukoharjo, Sabtu 14 Januari 2023.

Pelatihan ini diselenggarakan sebagai salah satu upaya untuk mengembangkan potensi tekstil di Indonesia.  Peserta pelatihan terdiri dari, anggota IKATSI, mahasiswa, masyarakat umum serta kelompok usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dengan peserta 33 orang.

Dalam industri tekstil dan produk tekstil (TPT) di Indonesia, terdapat produk batik yang merupakan hasil dari pencapan rintang. Pada tanggal 2 Oktober 2009, batik diakui secara internasional oleh The United Nations Educational Scientific and Cultural Organization atau UNESCO sebagai warisan dunia karena corak ragam dan motif batik mengandung banyak makna dan filosofi yang menjadi gambaran budaya dari masyarakat Indonesia. Dan sejak saat itu, tanggal 2 Oktober ditetapkan sebagai Hari Batik Nasional di Indonesia.

Secara tradisional, batik dibuat dengan melekatkan malam pada kain, lalu kain diberikan warna, kemudian dilakukan lorod malam untuk menghilangkan malam batik yang sebelumnya dilekatkan pada kain. Proses pemberian warna umumnya dilakukan menggunakan zat warna sintetis pada temperatur tinggi menggunakan air mendidih karena relatif cepat dan praktis, akan tetapi menimbulkan permasalahan lingkungan karena limbahnya perlu biaya yang tidak sedikit untuk diolah.

Oleh karena pembuatan batik dengan pewarna sintetis kurang ramah lingkungan, maka digunakan pewarna alam supaya lebih ramah lingkungan, meski pewarna alam masih dikenal rumit cara penggunaannya. Pewarna alam yang berasal dari alam juga memunculkan potensi lainnya, yaitu bahan-bahan alam dapat dimanfaatkan untuk pencapan.

Pencapan kain secara alami menggunakan bunga, daun, batang, atau bagian tumbuhan lainnya, selanjutnya menghasilkan motif unik yang dikenal dengan nama ecoprint.

Ketua STTW Surakarta, Roedy Kristiyono, S.T.,M. Eng, menjelaskan, Ecoprint merupakan budaya kearifan lokal. Batik atau ecoprint ini akan terus dikembangkan.  STTW menjadi suatu pusat pengembangan keilmuan tentang batik, tentang tekstil sehingga tidak Punah. Tetap dikembangkan dan bermanfaat untuk semua lapisan masyarakat, maka kita menggandeng beberapa ahli untuk terus mengupayakan bahwa ini nanti bisa dilihat sebagai industri kreatif,” ujarnya.

“Bagaimana nanti ini akan dikemas, supaya seseorang yang membuat itu bisa jualan. Artinya nanti kita butuh pelatihan dengan digital marketing. Karena digital marketing nanti akan memangkas beberapa komponen untuk pembiayaan-pembiayaan, memangkas biaya-biaya promosi pemasaran. Sehingga diharapkan produk ini tetap murah dan terjangkau oleh masyarakat. Kami berharap ada sesuatu goodwill dari pemerintah untuk industri kreatif ini, untuk bisa dibantu mengembangkan,” pungkasnya.

Wakil Ketua Umum Sektoral IKATSI Pusat, Ir. Sukotjo menambahkan, Pelatihan yang dilakukan di STTW ini salah satu bidang yang menyelenggarakan tekstil tradisional dan batik. Perlu diketahui untuk pasar di Indonesia itu tidak khawatir, pasar lokal kita  ada 270jt jiwa. Di sini luar biasa bahkan hasil dari industri tekstil tahun 2021 itu mencapai 10 milyar dolar, dan di tahun 2022 diperkirakan 11,4 milyar dolar. Dan pada akhirnya nanti pada tahun 2030, kita harapkan mencapai 40 milyar dolar, bayangkan ini suatu potensi tekstil,” kata Sukotjo.

“Kita menyelenggarakan pelatihan ini, bekerjasama dengan STTW di sini adalah salah satu bekerjasama menularkan atau transfer pengetahuan. Supaya bisa diterapkan setidaknya mereka sendiri bisa memproduksi untuk dirinya sendiri, pertama itu dulu. Setelah senang dia akan menularkan ke keluarganya, teman-temannya dan sebagainya,” pungkasnya. (Aryadi)