Latih Daya Pikir Peserta didik dengan TTW

Spread the love


Oleh: Sundari, S.Pd.SD777
Guru 03 Buran, Tasikmadu, Karanganyar

Peserta didik dituntut untuk melaksanakan pembelajaran yang kreatif, menyenangkan dan bermakna. Salah satu model pembelajaran yang berusaha membangun pemikiran, merefleksi, dan mengorganisasi ide adalah Think Talk Write.
Think Talk Write (TTW) adalah pembelajaran yang dimulai dengan berfikir, hasil berfikir dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian membuat laporan hasil presentasi (Suyatno, 2009: 66). Jadi, TTW adalah model pembelajaran dibangun melalui berpikir, berbicara, dan menulis. Berfikir yaitu peserta didik mampu untuk menyimak, mengetahui, menanggapi dan menyelesaikan lembar observasi yang berhubungan dengan materi setelah itu peserta didik mampu untuk mengkomunikasikannya melalui presentasi atau diskusi dengan teman, kemudian menulis dengan membuat laporan secara individu dan kelompok.
Proses pembelajaran tidak harus berasal dari guru menuju peserta didik, karena belajar bukanlah memberikan seluruh informasi yang diperlukan guru kepada peserta didiknya. Setiap guru juga harus memperhatikan bahwa peserta didik tidak bisa diberi muatan-muatan informasi apa saja yang dianggap perlu oleh guru. Model pembelajaran merupakan rencana untuk mengembangkan ruang lingkup materi pelajaran. Penerapan model pembelajaran TTW pada kegiatan pembelajaran memberikan suatu pembelajaran yang inovatif dengan harapan tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Model pembelajaran TTW ini model pembelajaran yang berusaha membangun pemikiran, merefleksi, dan mengorganisasi ide, kemudian menguji ide tersebut sebelum peserta didik diharapkan untuk menuliskan ide-ide tersebut. TTW memiliki beberapa tahapan kegiatan. Tahap pertama adalah think, yaitu tahap berfikir dimana peserta didik membaca teks berupa soal. Tahap kedua adalah talk (berbicara atau diskusi) memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membicarakan tentang penyelidikannya pada tahap pertama. Tahap ketiga adalah Write, peserta didik menuliskan ide-ide.
Pembelajarn TTW dimulai dari keterlibatan peserta didik dalam berfikir dan berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca, selanjutnya berbicara dan membagi ide dengan temannya sebelum menulis dalam hal ini melalui observasi. pembelajarn TTW memiliki karakteristik sebagai barikut: a) Think (Berpikir) Aktivitas berpikir peserta didik dapat terlihat dari proses membaca suatu teks soal atau observasi. Serta bagaimana langkah-langkah penyelesaian masalah. Selain itu, belajar rutin membuat/ menulis setelah membaca, dapat merangsang aktivitas berpikir sebelum, selama, dan setelah membaca permasalahan. Membuat catatan dapat mempertinggi pengetahuan peserta didik, bahkan meningkatkan keterampilan berpikir dan menulis. b) Talk (Berbicara) Peserta didik mampu berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata dan bahasa yang mereka pahami. Peserta didik menyampaikan ide yang diperoleh pada tahap think yaitu dengan membahas hal-hal yang diketahui dan tidak diketahuinya selama proses pengamatan. Pemahaman dibangun melalui interaksinya dalam diskusi. Diskusi yang terjadi pada tahap talk ini merupakan sarana untuk mengungkapkan dan merefleksikan pikiran peserta didik. c) Write (Menulis) Peserta didik menuliskan hasil diskusi pada Lembar Kerja Peserta didik (LKPD).
Langkah-langkah pembelajaran TTW yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut: a) Guru membagi teks bacaan atau soal yang memuat situasi masalah dan petunjuk serta prosedur pelaksanaannya. b) Peserta didik membaca teks dan membuat catatan dari hasil permasalahan secara individual atau kelompok untuk dibawa ke forum diskusi (Think) c) Peserta didik berinteraksi dan berkolaborasi dengan kelompok untuk membahas isi catatan (Talk). Sedangkan guru berperan sebagai mediator lingkungan belajar. d) Peserta didik mengkontruksi pengetahuan sebagai hasil kolaborasi.
Sebagai suatu model pembelajaran, TTW memiliki beberapa keunggulan, di antaranya: 1) Peserta didik aktif dalam belajar 2) Melatih daya ingat peserta didik tentang suatu konsep/informasi 3) Melatih daya pikir yang lebih baik peserta didik terhadap suatu masalah. 4) Memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik, karena peserta didik banyak berperan aktif dalam pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi bermakna.
Editor: Cosmas