Media Video Gambar Tingkatkan Kemampuan Berbicara Anak TK B
Oleh: Parsi, S.Pd.
Kepala Sekolah TK Pertiwi 03 Dawung
Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah
Pendidik menyadari bahwa perkembangan bahasa anak prasekolah sangat penting untuk ditingkatkan dalam era globalisasi saat ini. Peserta didik dapat mengembangkan potensi yang dimiliki agar berkembang dengan optimal melalui stimulus yang aktif dengan menggunakan bahasa yang baik dalam komunikasinya. Pendidik menyadari bahwa kualitas bahasa yang digunakan ayah, ibu, dan anggota keluarga lain sangat mempengaruhi kemampuan anak dalam berbahasa khususnya berbicara. Pendidik menyadari pada kenyataannya ada beberapa orang tua berkomunikasi dengan kualitas bahasa yang buruk, sehingga dapat menghambat bahasa anak. Anak perlu dibiasakan untuk berbicara dengan tata bahasa yang baik sesuai kaidahnya. Pendidik memahami bahwa komunikasi yang aktif akan membantu anak dalam mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi dengan kata-kata yang jelas.
Pendidik menambahkan bahwa pada usia 5-6 tahun terdapat beberapa anak memiliki kemampuan berbahasa yang luas. Pendidik dapat membantu kemampuan bahasa anak usia lima tahun agar berkembang terus. Pendidik menyebutkan bahwa perbendaharaan kata-kata meluas sampai 5.000 ke 8.000 kata. Siswa dapat mengembangkan jumlah kata dalam kalimat agar bertambah dan struktur kalimat menjadi lebih kompleks. Anak-anak menjadi semakin pintar dalam kemampuannya mengomunikasikan gagasan dan perasaannya.
Anak-anak usia dini senang bercakap-cakap dan mendengarkan orang lain yang sedang bicara dengannya. Pendidik memahami pada usia ini, anak-anak senang bercerita dan bercakap-cakap dengan mulai belajar mengendalikan pemakaiannya. Kemampuan berbahasa yang paling umum dan efektif dilakukan pada anak usia TK (4-6 tahun) sebagai kemampuan berbicara. Pendidik memahami bahwa karakteristik ini meliputi: 1) kemampuan anak untuk berbicara dengan baik, 2) melaksanakan tiga perintah lisan secara berurutan dengan benar, 3) mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan urutan yang mudah dipahami, 4) menyebutkan nama, jenis kelamin, dan umur menggunakan kata sambung seperti: dan, karena, tetapi, 5) menggunakan kata tanya seperti: bagaimana, apa, mengapa, kapan, 6) membandingkan dua hal, 7) memahami konsep timbal balik, 8) menyusun kalimat, 9) mengucapkan lebih dari tiga kalimat, 10) dan mengenal tulisan sederhana ( Dhieni, 2015).
Anak pada tahap penanaman baru mulai mampu mengujarkan urutan bunyi kata tertentu dan belum mampu untuk memaknainya. Anak menirukan bunyi ujar tertentu yang berasal dari peniruan bunyi di sekelilingnya secara perlahan-lahan dalam pertumbuhannya. Anak akan mengasosiasikan bunyi-bunyi tersebut dengan benda, peristiwa, situasi, kegiatan, dan sebagainya yang pernah dikenal melalui lingkungannya. Anak melakukan penanaman untuk mengenal benda, peristiwa, dan kejadian dengan melakukan pengujaran bunyi kata tertentu. Pendidik menambahkan bahwa pada tahap telegrafis ini, anak sudah mulai bisa menyampaikan pesan yang diinginkannya dalam bentuk urutan bunyi yang berwujud dua atau tiga kata. Anak menggunakan dua atau tiga kata untuk mengganti kalimat yang berisi maksud tertentu dan ada hubungannya dengan makna katanya.
Guru mengungkapkan bahwa perhatian anak prasekolah lebih tertuju pada sifat fisik dari objek dan situasi yang bersangkutan, sehingga pendidik menggunakan media video gambar. Guru menjaga agar suasana kelas tetap tenangdan tertib. Pendidik mengusahakan agar volume suara (narasi) jelas terdengar oleh seluruh anak yang ada di ruangan. Guru mengatur kekontrasan dan kecerahan gambar pada pesawat TV, sehingga gambar terlihat jelas oleh anak. Guru memberi penguatan, penegasan, dan pengayaan terhadap tayangan video bahkan memutar ulang bila diperlukan.
Guru dan peserta didik melihat, mendengarkan, dan mengikuti dengan seksama proses yang berlangsung dalam layar TV. Pendidik sebelum menghidupkan dan memulai menonton video terlebih dahulu mengajak anak-anak agar memperhatikan isi program dengan baik. Guru memiliki peranan dalam mendampingi peserta didik menonton video gambar dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswanya. Pendidik mengemukakan tentang pengaruh video gambar yang menarik dapat memberikan stimulus siswa untuk berbicara sesuai konteks tayangan video pembelajarannya.
Pendidik mengemukakan bahwa berinteraksi dengan anak dalam dialog yang hidup dapat membantu anak mengubah pengalaman menonton film menjadi proses berpikir aktif. Guru memotivasi anak untuk bertanya, berkomentar pada tontonan, dan menghubungkan komentar tersebut dengan pengalaman anak. Guru memberi penjelasan terhadap hal-hal yang sekiranya belum dimengerti anak dalam pembelajarannya tersebut. Guru hendaknya mengarahkan apa-apa yang boleh ditonton, mengajarkan agar menonton secara kritis dan aktif, dan dapat mengambil pelajaran dari peristiwa cerita tersebut.
Anak dapat mengungkapkan perasaannya dan menyampaikan pikiran, ide dan gagasan secara lisan dengan bahasanya sendiri. Anak dapat menceritakan pengalaman yang dialaminya mellaui tayangan video dan belajar menemukan pelajaran dari cerita yang diungkapkan dari orang lain. Anak dengan semakin sering diberi kesempatan berbicara diharapkan kemampuan berbicaranya akan meningkat. Pendidik menyimpulkan bahwa melalui menonton VCD cerita, maka kemampuan berbicara anak usia 5-6 tahun dapat ditingkatkan. ( Nurbiana Dhieni, dkk. : 2020)
Pendidik menyadari pentingnya kegiatan pembelajaran melalui media video gambar untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak TK sejak dini. Anak tidak lagi malu bertanya terhadap kesulitan belajar yang dialaminya dalam pemebelajaran yang menarik dengan media video gambar ini. Anak dapat leluasa belajar berbicara agar semakin lancar dalam berkomuniaksi dengan guru dan teman sebayanya. Dengan demikian, anak kelompok B di TK Pertiwi 03 Dawung, Kecamatan Matesih, Kabupaten karanganyar, provinsi Jawa Tengah akan lebih mudah dalam meningkatkan kemampuan berbicara melalui kegiatan pembelajaran yang menggunakan media gambar sehingga prestasi anak dapat meningkat.**
Editor: Cosmas