“Seni, Birokrasi Seni” Bawa Perubahan dan Perkembangan
Solo, Poskita.co – Dengan mengangkat tema “Seni, Birokrasi Seni”, kegiatan talkshow yang diselenggarakan pada Kamis, 3 Maret 2022 yang mengupas bagaimana dalam perhelatan sebuah pameran seni agar persoalan kesenian yang dihadapi dapat terurai sedikit demi sedikit yang nantinya akan membawa perubahan dan perkembangan di masa mendatang.
Menghadirkan 3 (tiga) narasumber yakni Drs. Fajar Arifin, M.M. selaku Kepala Seksi Pertunjukan dan Pameran Seni Taman Budaya Jawa Tengah, Drs. Bonyong Munhie Ardhie sebagai Seniman dan Dosen Seni Murni FSRD ISI Surakarta, serta yang terakhir Dr. ‘Cia’ Syamsiar SPd., M.Sn sebagai dosen Seni Murni FSRD ISI Surakarta.
Acara yang berlangsung dengan format santai ini dihadiri sekitar 30an yang terdiri dari mahasiswa, dosen, seniman dan pelaku seni yang terkait di Surakarta dengan moderator Lolita Safirti Subangun, mahasiswa Seni Murni FSRD ISI Surakarta angkatan 2018 ini diselenggarakan di tengan ruang pameran dengan beralaskan karpet warna merah.
Acara talkshow sebagai rangkaian dalam kegiatan “Singsing” pameran karya seni rupa mahasiswa Jurusan Seni Murni FSRD ISI Surakarta tengah berlangsung dari tanggal 1-5 Maret 2022 di Taman Budaya Jawa Tengah beberapa waktu ini.
Paparan oleh Drs. Bonyong Munhie Ardhi menyampaikan bahwa seni secara luas bahwa kesenian sekarang selayaknya merespon perkembangan jaman, di mana era sekarang adalah era kontemporer, karya seni yang diciptakan seniman hendaklah merespon perkembangan kesenian sesuai masanya agar dapat hidup di tengah-tengah masyarakat jaman sekarang.
Dr. ‘Cia’ Syamsiar, S.Pd., M.Sn sebagai pembuka acara talkshow menyampaikan bahwa sumber daya manusia di kampus seni sangat besar, karena tiap tahun mahasiswa datang dari berbagai daerah menempuh studi seni, dan dari sana lahir berbagai karakter bentuk karya seni yang kaya akan gagasan dan tehnik sebagai output dari studi yang dilakukan selama studi di lingkungan kampus.
Bagaimana mengolah sumberdaya manusia tersebut, dibutuhkan jembatan penghubung yang bernama manajemen seni yang meliputi perencanaan, pengorganisasian dan pengambilan keputusan dalam mengatur produk seni yang melimpah.
Gayung bersambut dengan hadirnya Kepala Seksi Pertunjukan dan Pameran Seni dari Taman Budaya Jawa Tengah, yakni Drs. Fajar Arifin, M.M. menyampaikan bahwa TBTJ sebagai lembaga kesenian dengan tugas melakukan peningkatan dan pengembangan kesenian, menyelenggarakan penyajian kesenian, melaksanakan pendokumentasian, pelestarian dan penginformasian seni budaya. Sebagai lembaga kesenian mendukung penuh kegiatan kesenian yang akan memanfaatkan Taman Budaya Jawa Tengah Surakarta dalam aktivitas keseniannya.
Sebuah manajemen seni sejatinya membutuhkan tim yang disusun sesuai dengan kebutuhan karakter karya seni yang dihasilkan. Seni pertunjukan dan seni rupa adalah dua buah perhelatan seni yang berbeda dalam hal produksi seni, sehingga manajemen seninya juga tentu akan berbeda dalam beberapa hal. Dalam konteks seperti inilah lembaga kesenian didirikan, baik yang dikelola pemerintah maupun yang dikelola oleh swasta. Keberadaan lembaga seni ini tentu sangat penting dalam mendukung keberlanjutan berbagai bentuk kesenian yang ada. Birokrasi yang di dalamnya memuat tata aturan pengelolaan seni yang diatur oleh lembaga kesenian, telah menjadi partner dalam perkembangan kesenian yang ada di dalam suatu wilayah. Hal ini tentu sangat menggairahkan jika dapat bersinergi lebih jauh lagi dengan pelaku kesenian/seniman dengan segala bentuk komunikasi secara terbuka agar seni lebih lekat dengan masyarakat penikmatnya.
Cosmas