Meningkatkan Potensi Guru Melalui Bimbingan Pembuatan Media Pembelajaran dari Limbah Anorganik
Oleh: Siti Aminah, S.Pd.
Kepala TK Negeri Pembina Pati
Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan salah satu bentuk pendidikan pra sekolah yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia dini (usia empat tahun sampai memasuki pendidikan dasar). Adapun tujuan TK berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0486/U/92 tentang Taman Kanak-Kanak, adalah membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang diperlukan oleh anak, pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Kemampuan yang dimiliki oleh manusia merupakan bekal yang sangat pokok.
Guru sebagai garda terdepan dalam bidang pendidikan, harus terus mengembangkan diri secara berkelanjutan agar menjadi guru yang mampu menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas (Nahdi & Cahyaningsih, 2019). Guru yang inovatif, sebenarnya banyak cara yang bisa dilakukan dengan memberdayakan barang bekas atau sampah yang bisa diambil di lingkungan sekolah, seperti pembungkus jajanan anak, plastik bekas makanan (sampah anorganik), yang bisa dimanfaatkan guru sebagai alat belajar atau alat yang dibuat. demonstrasi, limbah bisa menjadi sesuatu yang berguna sehingga berguna untuk mengurangi penggunaan bahan baku baru. Bahan bekas daur ulang memiliki kelebihan atau aspek positif yaitu dari segi ekonomis harganya murah dan mudah didapat di sekitar kita. Selain itu, kita juga bisa mengurangi tumpukan sampah di lingkungan sekolah dengan mendaur ulang barang-barang tersebut.
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam peningkatan mutu pendidikan (Mulyasa, 2017). Atas dasar itu, kepala sekolah harus mampu berperan mendorong guru untuk mampu mengembangkan media pembelajaran dari barang bekas. Kepala sekolah adalah seorang guru yang diberi tugas tambahan untuk memimpin dan mengelola sekolah. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1992 pasal 20 ayat 1 disebutkan bahwa, “Kepala sekolah adalah tenaga kependidikan yang ditugaskan untuk bekerja sebagai pengelola satuan pendidikan dan pengawas pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang dipilih dari kalangan guru”. Dengan kata lain, kepala sekolah adalah seorang guru yang memiliki tugas tambahan sebagai pengelola satuan pendidikan.
Secara garis besar ruang lingkup tugas kepala sekolah dapat digolongkan menjadi dua aspek utama, yaitu pekerjaan di bidang administrasi sekolah dan pekerjaan yang berkaitan dengan pengembangan profesional pendidikan. Sebagai pelaksana, perencana, ahli, mengawasi hubungan antar anggota, mewakili kelompok, bertindak sebagai pemberi imbalan, bertindak sebagai arbiter, pemegang tanggung jawab, sebagai pencipta, dan sebagai ayah.” (Purwanto, 2018) Untuk melaksanakan tugas ini dengan sebaik-baiknya, ada tiga jenis keterampilan utama yang harus dimiliki kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan, yaitu keterampilan teknis (technical skills), keterampilan komunikasi (human relation skills) dan keterampilan konseptual. keterampilan (keterampilan konseptual). .
Menurut persepsi banyak guru, keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah terutama didasarkan pada kemampuannya memimpin. Kunci kelancaran kerja kepala sekolah terletak pada kestabilan dan emosi serta kepercayaan diri. Hal ini merupakan dasar psikologis untuk memperlakukan staf secara adil, memberikan keteladanan perilaku, perilaku dan melaksanakan tugasnya.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh Kepala TK Negeri Pembina Pati untuk meningkatkan kemampuan guru khususnya dalam proses pembelajaran, antara lain memberikan motivasi agar guru memperdalam ilmu bidang studi yang harus dikuasai, memberikan bimbingan kepada guru dengan memperdalam pengetahuan tentang berbagai sumber belajar dan media pembelajaran yang dapat digunakan oleh siswa. guru. Namun fokus perbaikan yang dilakukan dalam hal ini adalah peningkatan kualitas inovasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru khususnya dalam penggunaan media pembelajaran daur ulang sampah anorganik. Sampah anorganik ini biayanya minimal dan sangat efisien.
Daur ulang merupakan salah satu strategi pengelolaan sampah yang terdiri dari pemilahan, pengumpulan, pengolahan, pendistribusian dan pembuatan produk/material bekas, dan komponen utama dalam pengelolaan sampah modern dan bagian ketiga adalah proses hierarki sampah 3R (Reuse, Reduce, dan Recycle).
Sampah adalah sisa bahan yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik dalam skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya. Sampah anorganik adalah sampah yang tidak dapat diuraikan oleh proses biologis. Limbah ini tidak dapat diuraikan oleh organisme pengurai atau dapat terurai tetapi dalam jangka waktu yang lama. Limbah ini tidak dapat terurai, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai limbah komersial atau limbah yang dapat dijual untuk dijadikan produk lain.
Limbah anorganik yang dapat di daur ulang, antara lain adalah plastik, logam, dan kaca. Namun, limbah yang dapat didaur ulang tersebut harus diolah terlebih dahulu dengan cara sanitary landfill, pembakaran (incineration), atau penghancuran (pulverisation). Akibat dari limbah seperti ini (plastik, styrofoam, dll) adalah menumpuk semakin banyak dan menjadi polutan pada tanah misalnya, selain menggangu pemandangan. Adapula limbah anorganik yang berasal dari kegiatan rumah tangga seperti botol plastik, botol kaca, tas plastik, kaleng dan aluminium.
Pelaksanaan pembinaan media pembelajaran dari sampah anorganik dilakukan melalui beberapa kegiatan, antara lain: a. Pengumpulan guru TK Negeri Pati Pembina kembali memberikan pembinaan dalam perbaikan media daur ulang dari sampah anorganik dan pembinaan kembali dalam proses penerapannya; b. Sebelum memasuki proses re-bimbingan, Kepala Sekolah membuka sesi diskusi untuk para guru agar para guru bisa berbagi apa saja kendala dan hambatan dalam pengembangan media dan pemanfaatannya; c. Berdasarkan kendala dan hambatan yang dimiliki guru, Kepala Sekolah memberikan pembinaan dengan menekankan pada perbaikan media daur ulang yang dibuat dari segi kesesuaian dengan kebutuhan siswa dan juga kaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai, karena kedua indikator tersebut masih dalam kategori kurang sehingga komponen media harus ditingkatkan, mendaur ulang sampah anorganik yang telah dibuat; d.Selain itu, kepala sekolah memberikan bimbingan dalam penggunaan media yang lebih baik agar media menarik perhatian anak yang juga dapat membangun pengetahuan dan pemahaman anak.
Dari seluruh kegiatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pemberian bimbingan terhadap kemampuan guru dalam membuat media daur ulang dari sampah anorganik mengalami peningkatan. Selain itu, melalui proses bimbingan, perbaikan juga terjadi pada proses penggunaan media. Kemampuan guru melalui pemberian bimbingan pengembangan media daur ulang sampah anorganik yang meningkat signifikan, tercapainya hasil belajar sesuai yang diharapkan, sehingga kesimpulannya bahwa peran kepala TK Negeri Pati Pembina dalam membimbing guru untuk mengembangkan potensinya berhasil. ***
Editor: Cosmas