Penerapan Pembelajaran CTL untuk Meningkatkan Kemampuan Diagnosis Keperawatan

Spread the love

Oleh: Adrena Rilyadi Rahman, S.Kep.
Mengajar Mapel Kebutuhan Dasar Manusia Kelas XI
SMKS Kesehatan Adi Husada Rakam, Kecamatan Selong, Kab. Lombok Timur-NTB

Pemahaman diagnosa keperawatan konvensional dilakukan dengan memahami teknik diagnosa keperawatan itu sendiri. Sebagaimana diketahui bahwa keperawatan merupakan ilmu terapan yaitu ilmu yang digunakan dalam praktek klinik sehingga nilai empiris praktisnya lebih dominan, namun untuk pengembangan sistem pelayanan keperawatan perlu dipahami dasar-dasar diagnosa keperawatan agar asuhan keperawatan dapat berjalan dengan baik. perawatan yang diberikan lebih efektif (Hidayat, 2006).
Pengajaran diagnosa keperawatan dalam proses keperawatan selama ini menekankan pada aspek kognitif atau keterampilan saja dalam lingkup materi maupun dalam proses pembelajaran sehingga siswa tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan daya nalarnya dan mengalami kesulitan memahami apa yang dimaksud dengan diagnosa keperawatan. diajarkan oleh dosen, padahal penalaran dan pemahaman merupakan kemampuan yang sangat penting bagi siswa. siapa saja yang ingin menjadi profesional di bidangnya. Kesulitan dan kegagalan siswa dalam belajar disebabkan oleh faktor internal siswa itu sendiri dan faktor eksternal berupa fasilitas, kurikulum, sumber belajar dan kemampuan dosen dalam mengajar siswanya. Pada kenyataannya kegagalan siswa dalam belajar hanya ditimbulkan sebagai kegagalan yang disebabkan oleh siswa itu sendiri walaupun kegagalan dosen dalam mengajar siswanya, dan kurangnya pengetahuan dosen dalam mengatur dan menentukan strategi pembelajaran yang tepat sangat mempengaruhi prestasi siswa (Suntari, 2008).
Selain itu, metode ceramah dan diskusi yang digunakan dalam pembelajaran diagnosis keperawatan selama ini belum cukup untuk meningkatkan kemampuan penalarannya terutama dalam pengambilan keputusan klinis (mendiagnosis masalah keperawatan) sehingga siswa fokus pada kasus semu, belum melihat langsung secara nyata. setting, dan hanya mendengarkan cerita dan terkadang membosankan, situasi pembelajaran diarahkan pada learning to know, dan masalah yang disajikan cenderung akademik (book oriented) tidak mengacu pada masalah kontekstual yang dekat dengan kehidupan siswa sehingga pembelajaran diagnosis keperawatan menjadi kurang bermakna bagi siswa. Hal ini terlihat dari rendahnya partisipasi siswa dalam kemampuan mendiagnosis masalah keperawatan di rumah sakit (Hidayat, 2006).
Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dikembangkan metode pembelajaran yang tepat dan efektif sesuai dengan kondisi lembaga dan peserta didik, berdasarkan perkembangan metode pembelajaran terdapat beberapa jenis metode pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivis salah satunya adalah pembelajaran kontekstual. pembelajaran (CTL).
Dalam pengembangan pembelajaran CTL, ada tiga model yang dapat dikembangkan antara lain model Dict Carey, model Four-D, dan model Kemp. Dari masing-masing model terdapat empat tahap diantaranya tahap definisi, tahap desain, tahap pengembangan, dan tahap penyebaran. Tahap pendefinisian atau dikenal dengan istilah define merupakan tahap yang bertujuan untuk dan mendefinisikan kebutuhan pembelajaran, tahap desain bertujuan untuk merancang prototipe perangkat pembelajaran. Tahap pengembangan bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran dan tahap diseminasi adalah tahap penggunaan perangkat yang dikembangkan (Trianto, 2008).
Berdasarkan penerapan CTL untuk meningkatkan kemampuan mendiagnosis kebutuhan keperawatan eliminasi pada siswa kelas XI SMKS Kesehatan Adi Husada Kec Selong. Kab. Lombok Timur dapat tersirat pada: a. Pelaksanaan pembelajaran CTL telah berhasil meningkatkan kemampuan siswa dalam mendiagnosis kebutuhan eliminasi keperawatan jika dilakukan dengan langkah-langkah yang tepat, seperti konstruktivisme, inkuiri, menciptakan komunitas belajar, mengajukan pertanyaan, refleksi dan penilaian autentik; B. Pembelajaran kontekstual cocok untuk meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor siswa serta meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan ini sangat cocok untuk pembelajaran bidang keperawatan yang berorientasi pada masalah pasien; C. Siswa termotivasi dalam belajar dan benar-benar dapat menemukan dan menggali struktur kognitif terkait konsep dalam materi perkuliahan sehingga kemampuan siswa dapat meningkat. Selain keseluruhan struktur kognitif aspek afektif dan psikomotorik, terjadi peningkatan sehingga siswa menguasai kompetensi dasar kebutuhan dasar manusia khususnya aspek diagnosa keperawatan. ***
Editor: Cosmas