Peluncuran Komik Madani “KAMPUNG SUKARAYA” dan Pementasan Opera “TAPAK SANTRI”

Spread the love

Solo, Poskita.co – Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta terus berupaya mendorong inovasi melalui penciptaan seni dan kerja sama lintas disiplin serta antar instansi. Jalinan kerja sama antara Kementerian Agama Republik Indonesia dengan ISI Surakarta pada tahun ini diwujudkan dengan peluncuran Komik Madani “Kampung Sukaraya” dan Pementasan Opera bertajuk “Tapak Santri” di Teater Besar Jl. Ki Hajar Dewantara No. 19 Kentingan Surakarta dan disiarkan secara live di kanal YouTube ISI Surakarta Official, Senin, 8 November 2021, Pukul: 19.30 wib-selesai.

Komik Madani berjudul “Kampung Sukaraya” bercerita tentang persahabatan tiga remaja, yang mempunyai latar belakang budaya keluarga yang berbeda, yaitu Mupid, Rangga, dan Jabir. Tema komik Kampung Sukaraya berpijak dari sikap dasar moderasi beragama. Pertama, sikap beragama yang menjunjung tinggi nilai luhur dan harkat kemanusiaan; kedua, sikap beragama yang menjaga ketertiban umum dan kemaslahatan bersama; dan ketiga, sikap beragama yang taat terhadap hukum dan peraturan perundangan lainnya. Ketiga sikap dasar beragama tersebut jika setiap warga negara dapat menjaga dengan baik maka kehidupan yang damai, rukun, toleran, dan harmonis dapat terwujud. Pada akhirnya bahwa sikap moderasi beragama ini sama halnya dengan merawat kebhinekaan Indonesia, kebhinekaan adalah pondasi Negara Kesatuan Republik Indonesia, sehingga merawat kebhinekaan adalah sama halnya dengan menjaga Indonesia.

Sementara karya seni pertunjukan “Tapak Santri” dibuat dalam bentuk pengkisahan secara kronologis (naratif), dengan bahan garap yang digunakan berangkat dari historisme nyata perjalanan peran para santri Indonesia terutama dalam bagian kisah Ulama Jawi, H.O.S Tjokroaminoto, Sumpah Pemuda, Piagam Djakarta, dan Resolusi Jihad 22 Oktober 1945. Pada akhirnya “Tapak Santri” pun berpegang pada garap esensi nilai dan spirit perjuangan santri. Adapun sasaran garap nilai dan spirit yang mencoba ditawarkan kepada penonton adalah tentang santri-santri Indonesia yang cerdas, intelek, bijaksana, taat pada perintah agama, mencintai ulama dan umaroh, serta penggambaran-pengembaran kontribusi positif mereka ketika memanfaatkan ideologi keislaman untuk membantu melepaskan umat dari belenggu ketertindasan. Selain itu karya seni pertunjukan ini juga berusaha memunculkan nilai-nilai nasionalisme yang tinggi dari para santri dengan kesadaran diri dan implementasi sikap hidupnya di tengah fakta-fakta keberagaman yang ada di Indonesia.

Dalam sambutan di acara tersebut, Rektor ISI Surakarta mengatakan bahwa moderasi beragama adalah tanggung jawab setiap umat manusia, sehingga semua orang, kelompok, ataupun lembaga berkewajiban untuk menyuarakan dan mendorong upaya tersebut, untuk membentuk masyarakat madani dan berkeadilan.Berbagai gesekan atas nama agama terjadi, tidak hanya benturan pemikiran, tetapi juga kekerasan fisik dan konflik berdarah. Masing-masing pihak berbicara atas nama kebenaran yang diyakininya. Sebaliknya, pilihan, pandangan, dan keyakinan lain yang berbeda dianggap sebagai sesuatu yang salah. Yang dianggap salah, kemudian dimaknai sebagai musuh yang wajib dibenci dan dimusnahkan.

Rektor ISI Surakarta Dr I Nyoman Sukerna, S.Kar., M.Hum. menyebutkan acara tersebut merupakan sinergi agama dan seni dalam upaya penciptaan karya-karya inovasi yang mengusung pesan kemanusiaan, moderasi, dan perdamaian. Seni dipandang mampu menjadi medium yang dapat menyentuh, memengaruhi, dan melembutkan hati manusia. Seni mampu mengasah kepekaan batin sehingga tergerak kesadaran untuk menjaga nilai-nilai kemanusiaan dan melindungi harkat dan martabat sesama. Rektor ISI Surakarta berkeyakinan bahwa seni tidak lagi berkutat dengan perbincangan tentang seni itu sendiri. Seni terbuka terhadap kolaborasi penelitian dan penciptaan lintas disiplin, untuk mewujudkan seni yang bermakna bagi setiap umat manusia.(sumber Humas ISI Surakarta).

Sementara Prof. Dr. H Achmad Gunaryo, M.Soc. Sc. Kepala Badan Litbang dan Dilat Kemeterian Agama RI sebelum secara resmi membuka Peluncuran Komik Madani “KAMPUNG SUKARAYA” dan Pementasan Opera “TAPAK SANTRI” dalam sambutannya menyampaikan bahwa Kemeterian Agama memiliki kepentingan mendalam untuk menciptakan masyarakat yang saleh, masyarakat yang moderat, masyarakat yang unggul dalam kehidupan bersama. Disatu sisi memang Indonesia ini adalah sebuah negara yang menjunjung tinggi pembangunan bidang agama dan keberagamaan tetapi disatu sisi yang lain Indonesia ini sudah mengadopsi demokrasi, bagaimana mengkombinasikan keduanya ini. Tampaknya akhir-akhir ini terjadi tarik menarik, tapi sayangnya tarik menarik ini rasanya tidak sesuai dengan budaya kita bersama, maka itulah bagaimana menciptakan hubungan yang lebih baik terutama tidak hanya kepada Tuhan, tetapi juga kepada sesama manusia.
Selama ini kita juga melihat yang namanya kesalehan, dan kita sudah sangat-sangat sibuk sekali membangun kesalehan kita, tetapi pada kenyataannya ketika sampai pada isu-isu sosial, ternyata kesalehan yang kita bangun itu menjadi hilang. Atau kita terlalu sibuk membangun hubungan dengan Tuhan, tetapi lupa membangun hubungan dengan manusia. Karena itulah kami dibadan litbang mencoba untuk menginisiasi hal-hal yang mulai dari yang terkecil yang kemunkinan menjadi hal yang complicated. Saatnya kita melihat hasil-hasil penelitian kita tulis dalam bahasa yang ramah bahasa yang sederhana dan bisa menyasar kepada semua lingkungan itu, untuk itulah maka lahirlah satu diantaranya komik ini.

Cosmas