Kontroversi Kades Jenar Nekad Hujat Pejabat

Spread the love

SRAGEN, POSKITA.co – Sikap kontroversi ditunjukkan Kades Jenar, Kecamatan Jenar, Sragen dalam sebuah tulisan di baliho menghadapi pandemi Covid- 19. Kades Jenar Samto menghujat kebijakan pemerintah, nekat membuat baliho besar mengkritisi kebijakan PPKM Darurat yang dinilai menyengsarakan masyarakat. Selain itu dalam sepanduknya juga menyinggung soal PKI.

Kepala Desa (Kades) Jenar Samto membuat kontroversi dengan membuat baliho besar yang dipasang di depan balai desa. Dia membuat Baliho dengan tulisan yang cukup provokatif. Baliho itu bertuliskan ”IKI JAMAN REVORMASI. ISIH PENAK JAMAN PKI. AYO PEJABAT MIKIR NASIBE RAKYAT. PEJABAT SENG SENENG NGUBER UBER RAKYAT KUI BANGSAT. PEGAWAI SENG WONG DUWE GAWE IKU KERE. PEFAWAI SING SIO KARO SENIMAN SENIWATI KUWI BAJINGAN”. Selain itu dengan fotonya dengan memakai masker di dahi.

Terkait balihonya itu Samto saat diklarifikkasi membenarkan dirinya yang membuat. Dia sendiri yang membuat agitasi itu. Dia ingin negara memikirkan nasib rakyat yang sedang sengsara saat ini. ”Apasih ruginya negara kalau melayani rakyat yang baik. Contohnya seniman apa ndak butuh makan? Apa bukan orang itu?,” geramnya.

Dia heran dengan kebijakan larangan hajatan dan larangan hiburan. Padahal mereka bekerja dan harus memehuhi kebutuhan hajatnya. ”Sekarang mau dagang dikejar satpol PP, kapan majunya? Jadi biar pemimpin itu tahu,” tegasnya.

Samto menekankan aksinya ini sebagai bentuk upaya pembelaan bagi rakyat kecil. Dia hanya memasang satu titik saja. Dia tidak peduli dengan kontroversi. Menurutnya yang kontra dengan pendapatnya pasti para pejabat. ”Saya yakin seniman pro. Rakyat yang ada di desa pasti pro, yang kebakaran jenggot cuma pejabat,” selorohnya.

Dia menyampaikan menyalurkan kekesalan warga karena hajatan di bubarkan. Menurutnya di Desa untuk menggelar hajatan sudah siap mencari hari dan tanggal. ”Kenapa harus dibubarkan semena-mena, hajatan dilarang saya kecewa, apa tidak susah rakyat,” keluhnya.

Soal agitasinya yang dianggap provokatif menurutnya bukan masalah. Dia sudah siap menghadapi resiko. Agar para pejabat dengar langsung keluhan rakyat.

Pihaknya menjelaskan baliho tersebut akhirnya dilepas atas perintah camat dengan disita pihak kepolisian. Namun Samto tidak kapok dan akan membuat lagi. ”Insyaallah bikin lagi walau mungkin tulisannya lain. ”Itu saya biaya sendiri,” ujarnya. (Cartens)