Penilaian Sikap dalam Pembelajaran Daring

Spread the love

Artikel Populer

Mukhamad Habibi, S.Pd.I
Guru PAIBP SMP Global Madani

Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan data untuk mengukur pencapaian belajar peserta didik. Penilaian peserta didik oleh guru dilaksanakan dengan menggunakan berbagai macam teknik dan instrumen. Hal ini dilakukan guna mengumpulkan data sebanyak-banyaknya sehingga penilaian bisa lebih komprehensif.

Penilaian yang baik dan benar, akan dapat menggambarkan apa yang sudah dicapai oleh peserta didik. Hasil ini kemudian dapat digunakan untuk pengambilan kebijakan, baik bagi guru maupun lembaga pendidikan.
Kurikulum 2013 memberikan satu perubahan signifikan dalam hal penilaian. Kurikulum ini mengatur bahwa peserta didik tidak dinilai hanya secara kognitif semata, tetapi juga meliputi aspek pengetahuan (kognitif), keterampilan (Psikomotr), dan sikapnya (Afektif). Aspek sikap ini kemudian dibagi lagi menjadi sikap spiritual dan sikap sosial.

Adanya penilaian sikap dilandasi oleh pemikiran bahwa kesuksesan seseorang tidak bisa hanya dengan kemampuan kognitif semata, karena banyak ditemukan orang yang cerdas secara kognitif namun gagal dalam membangun kehidupan sosialnya. Atau, banyak orang yang hidupnya bergelimang harta dan dikelilingi oleh orang-orang yang mencintainya, tetapi jiwanya kosong. Untuk itu, pendidikan kita, melalui kurikulum 2013, menghendaki lahirnya manusia seutuhnya, manusia yang sehat jasmani, mental dan spiritualnya.

Penilaian aspek sikap tentu saja berbeda dengan penilaian aspek pengetahuan dan keterampilan. Begitu juga sebaliknya. Dalam buku Panduan penilaian, Kementrain Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), telah menjelaskan bagaimana seorang pendidik melaksanakan menilai sikap peserta didiknya. Penilaian sikap merupakan kegiatan untuk mengetahui perilaku spiritual dan sosial peserta didik yang dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari, baik di dalam maupun di luar kelas sebagai hasil pendidikan.
Teknik penilaian sikap dibagi menjadi 2, yaitu utama dan penunjang.

Teknik penilaian sikap yang utama adalah observasi oleh guru, baik di dalam maupun di luar kelas. Sementara teknik penunjang adalah penilaian antarateman dan penilaian diri (self assesment).
Teknik Alternatif Penilaian Sikap
Pandemi Covid-19 telah membuat banyak hal harus dikerjakan dari rumah (work from Home). Termasuk sekolah. Ruang-ruang kelas telah berpindah dari ruang fisik yang ada di sebuah bagunan sekolah kepada ruang-ruang virtual. Pembelajaran yang sebelumnya dilaksanakan dengan tatap muka, kini harus dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Dengan model PJJ, guru menghadapi banyak tantangan, terutama dalam melaksanakan penilaian sikap. Obervasi yang merupakan teknik utama dalam penilaian sikap, tentu sangat sulit untuk dilaksanakan, mengingat pendidik dan peserta didik terbentak ruang dan jarak. Pembelajaran dengan video conference akan tetap meghadirkan jarak antara pendidik dan peserta didik. Apalagi kegiatan ini tidak bisa dilakukan setip hari, tertutama di daerah dengan akses internet terbatas.

Untuk itu diperlukan teknik penilaian sikap alternatif yang memungkinkan dengan kegiatan PJJ saat ini.

Ada beberapa teknik yang bisa digunakan dalam penilain sikap peserta didik dalam keadaan PJJ seperti saat ini. Pertama, penilaian diri sendiri. Teknik yang biasa digunakan saat pembelajaran tatap muka ini masih relavan untuk digunakan saat pembelajaran dalam jaringan (daring).

Teknik ini bisa dilaksanakan dengan menggunakan Google Form, Microsoft Form atau yang semisalnya. Guru mengirimkan butir-butir sikap yang disi dengan pilihan “iya-tidak”, “tidak pernah, kadang-kadang, sering, selalu”, atau dengan angka “1,2,3,4”. Hal ini bisa dilakukan paling sedikit sekali dalam satu semester.

Kedua, Jurnal Kebaikan. Teknik ini adalah alternatif dari jurnal penilaian sikap guru. Jika dalam pembelajaran luar jaringan (luring) guru mengobservasi siswa lalu menungkannya dalam jurnal penilain sikap, maka Jurnal Kebaikan ini diisi oleh siswa sendiri. Apa perbedaan Jurnal Kebaikan dengan penilain diri? Jika penilain diri butir-butir sikap telah ditentukan oleh guru (tertutup), maka untuk Junal Kebaikan ini bersifat teruka, peserta didik bisa menuliskan kebaikan apa saja yang mereka lakukan. Jurnal ini bisa diserahkan ke sekolah pada saat Penilaian Tengah Semester (PTS) dan Penilaian Akhir Semester (PAS).

Ketiga, Penilaian oleh orang tua. Dalam pembelajaran daring seperti ini, peran orang tua sangat signifikan, terutama untuk menjaga anak agar tetap mau belajar. Sekolah yang baik adalah sekolah yang melibatkan orang tua, baik dalam pembelajaran daring maupun luring. Termasuk dalam penilaian sikap. Namun, dari sisi validitasnya, teknik ini berada di alternatif terakhir.

Keempat, Penilaian oleh seluruh guru. Jika sebelumnya penilaian sikap sosial dilakukan oleh guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan sikap spiritual oleh guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Perkerti (PAIBP), maka dalam masa PJJ ini bisa dilakukan dengan berdiskusi dengan seluruh guru yang mengajar di kelas tersebut, terutama wali kelas. Dengan demikian, akan didapatkan gambaran yang lebih jelas misalnya tentang kedisiplinan peserta didik dalam mengumpul tugas atau sikap mereka saat video conference.
Dengan empat teknik penilain di atas, diharapkan akan didapatkan nilai sikap yang komprehensif yang kemudian bisa dijadikan sebagai pijakan pengambilan kebijakan oleh guru, sekolah dan orang tua.

Editor: cosmas