Barapan Kebo Tradisi Warisan Leluhur Khas Sumbawa

Spread the love

Taliwang Sumbawa Barat, (poskita.co) – Barapan Kebo, sama artinya dengan balapan kerbau, suatu kegiatan tradisi turun temurun masyarakat  Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Kerbau-kerbau sehat, gemuk, dan kekar disiapkan untuk berpacu di arena tanah berlumpur. Seru sekaligus unik.

Barapan Kebo, awalnya biasa digelar masyarakat yang akan melaksanakan hajat pernikahan atau tradisi menyambut musim penghujan. Namun saat ini Barapan Kebo seperti sudah menjadi ikon daerah Kabupaten Sumbawa Barat. Kegiatan ini sudah rutin sebulan dua kali digelar di Taliwang. Kerbau sendiri di Sumbawa merupakan hewan yang dianggap memiliki nilai lebih. Bisa dijadikan tolak ukur tingkat ekonomi seseorang, derajat, sekaligus kebanggaan. Tak heran satu ekor hewan kerbau pilihan, harganya bisa mencapai ratusan juta rupiah. Apalagi jika sering menang lomba. Dijamin nilai tawarnya makin tinggi.

Belum lama, saat berkunjung ke Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat, saya berkesempatan menonton Barapan Kebo. Acara ini digelar dalam rangkaian peringatan hari lahir Kabupaten Sumbawa Barat yang ke – 16 di akhir November 2019 lalu. Masih jauh dari arena lomba, kendaraan berat berupa truk-truk berderet parkir di sepanjang sisi jalan. Rupanya itu adalah kendaraan pengangkut kerbau-kerbau yang datang dari berbagai daerah di pulau Sumbawa. Antusiasme masyarakat yang akan menyaksikan juga sangat luar biasa. Datang berbondong-bondong dari segala penjuru ke lokasi dengan berjalan kaki. Mereka ingin menonton hiburan, sekaligus melestarikan tradisi.

Ketua Gabungan Pecinta Penggemar Budaya Barapan Kebo Sumbawa Barat, Sarimin, menyatakan, tidak ada undangan khusus bagi masyarakat yang datang di acara Barapan Kebo. Mereka yang sebagian besar adalah para pecinta budaya, hanya mendapat info dari mulut ke mulut. Di situ lah uniknya. Di tempat itu kemudian menjadi ajang silaturahmi, gotong royong dan menguatkan rasa kebersamaan.

Hewan kerbau yang akan ditandingkan biasanya merupakan pilihan, yang dinilai dari ciri fisik, postur tubuh, dan bentuk gigi. Sebelum bertanding, kerbau kesayangan dikenakan berbagai aksesori agar tampil lebih menarik.  Tak lupa oleh empu-nya diberi pula nama-nama lucu dan terkesan agak ‘genit’ agar mudah diingat. Peran sanro, yaitu pawang yang merawat dan memberi ritual khusus pada kerbau saat sebelum tanding juga sangat menentukan kesuksesan lomba.

Keseruan Barapan Kerbau sangat terasa saat berlangsungnya acara. Ada sekitar 300 – an kerbau waktu itu yang ikut lomba. Sepasang kerbau secara bergiliran berlari kencang di lahan pacuan tanah berlumpur sepanjang 20 meter. Orang yang mengendalikannya, membawa saka (kayu kecil panjang), sembari terus berusaha memberi semangat  agar kerbaunya berlari kencang. Saka yang dipegang dipercaya memiliki sebuah kekuatan. Jika sebelum garis finish saka tidak menyentuh noga, yaitu kayu yang berfungsi sebagai penghubung kedua kerbau, maka dianggap kalah. Lucunya, dan kenyataan ini benar-benar terjadi. Ada sepasang  kerbau yang kalah, lalu berjalan pelan keluar arena. Tampak sedih dan tidak bersemangat. Kata teman asli Taliwang yang berada di samping saya, kerbau-kerbau itu ikut merasakan apa yang dirasakan oleh tuan-nya. Seperti sudah sehati dan sejiwa.

Pemerintah daerah setempat sepertinya terus berusaha melestarikan kebudayaan warisan leluhur Barapan Kebo. Lewat kegiatan ‘Festival Taliwang’ hal itu dilakukan. Barapan Kebo jadi pertunjukan andalan, disamping pertunjukan kesenian dan budaya khas Sumbawa Barat lainnya yaitu tarian kolosal dan permainan alat musik tradisional yang spektakuler. Bupati Kabupaten Sumbawa Barat, H.W. Musyafirin bahkan terus berupaya memajukan pariwisata daerah lewat kekayaan seni dan budaya ini. Modal lainnya yaitu potensi kekayaan alam Sumbawa Barat yang terbilang luar biasa. Keberadaan pantai yang sangat indah dan eksotis. (endang paryanti)