Eks Napiter Edy Jablay dari Eksistensi Hingga Cinta Indonesia

Spread the love

SOLO, POSKITA.co – Menengok kegiatan Edy Jablay yang tak lain eks narapidana teroris (napiter) dari olahraga hingga kegiatan sosial. Selepas dari lapas Pasir Putih, Nusakambangan, 2015 lalu, dia mengalami perang batin antara melanjutkan kembali untuk memenuhi kebutuhan eksistensi hingga memilih bangsanya Indonesia.

“Selama setahun sejak menghirup udara bebas itulah, terjadi peperangan batin. Saya merasa jenuh dengan kehidupan lamanya di dunia hitam,” jelasnya.

Sosok Edy Tri Wijayanto atau Edy ‘Jablay’ ini dulunya merupakan mantan teroris yang berperan sebagai pemasok senjata api (senpi). Senjata ini untuk jaringan terorisme di Klaten, Cirebon maupun Solo. Namanya melesat, ketika terjadinya bom Cirebon tahun 2011 silam. Namun saat ditahanan Nusakambangan hatinya gundah karena selama ini dijalaninya merugikan orang lain.

“Titik jenuh itu pasti ada. Ketika merasakan itu, tentu akan mencari hal yang benar-benar hakiki. Apa itu? Pencipta kita, Allah SWT,” kata Edy saat berbincang  di Masjid Tombo Ati, Sukoharjo, Sabtu (23/2) malam.

Kekuatiran hijrah membuat dirinya kekurangan rejeki akhirnya dia memutuskan hijrah. Kala itu, mengawalinya dengan mendirikan klub beladiri Muay Thay di Kota Solo. Dirintisnya latihan beladiri yang dipusatkan di Masjid Al Wustho, Kecamatan Banjarsari ini dibilang tidaklah enteng. Tiap kali latihan, pastilah diawasi secara ketat oleh aparat, khususnya intelijen.

“Inilah raihan positif dalam hidup saya. Sebelumnya, saya hanya menyusahkan masyarakat dengan sepak terjang saya sebelum hijrah. Tapi, sedikit demi sedikit saya mulai menata hidup dan fokus dengan hal yang ingin saya besarkan,” ujar Edy.

Niat kembali berbuat baik akhirnya mampu meyakinkan aparat sekaligus lebih fokus untuk malang melintang di kejuaraan. Dengan puncaknya ditandai dengan penyelenggaraaan kejuaraaan ‘Badai Reborn New Championship memperebutkan piala Kapolda Jawa Tengah Cup, 2017 silam.

Gerakan Moral
Lambat laun, dia menggagas gerakan moral dengan nama “Kulo Mboten Abang”. Gerakan moral ini, mengimplementasikan dakwah kepada para preman dan rekan Edy yang masih sebagai anggota teroris. Dan, baru-baru ini Edy juga menggagas gerakan moral dengan cakupan yang lebih besar yakni “Ma’yyatullaah Tombo Ati” dengan tagline Hijrah Saklawase. Pusat gerakan moral ini berada di Masjid Tombo Ati yang berada di Kawasan Solo Baru, Kabupaten Sukoharjo.

“Gerakan Kulo Mboten Abang itu saya mulai tahun 2017. Tujuannya, mengajak orang-orang yang salah jalan kembali ke jalanNya,” jelas Edy.

Tak hanya mengajak orang yang salah arah untuk kembali di jalanNya, ternyata Edy juga peduli terhadap kelangsungan Bangsa Indonesia. Terlebih pergolakan politik saat ini yang mampu memecah belah persatuan dan kesatuan NKRI. Menurutnya, penyebaran hoax atau berita bohong, fitnah dan saling hujat satu sama lain bukanlah bentuk budaya Bangsa Indonesia. Negeri ini dikenal dengan budaya yang santun, saling menghargai dan memaafkan satu sama lain. Bukan seperti yang terjadi saat ini.

“Saya mendukung pemilu diselenggarakan secara damai, aman dan tenang. Tentunya, akan bermuara menghasilkan pemimpin yang adil dan bijaksana dalam memimpin Bangsa Indonesia,” kata Edy.

Meski dirinya dulu sebagai seorang eks napi teroris, tapi kecintaan terhadap Bangsa Indonesia saat ini sangatlah besar. Dia berharap, kesalahannya dahulu tidak diikuti oleh orang lain sekaligus dirinya juga ingin mengubur dalam-dalam jejak hitam yang telah dilaluinya. (Agung Santoso)

Caption Foto:
Edy Tri Wijayanto atau Edy Jabal, eks napi terorisme yang kini berhijrah dan aktif dalam gerakan moral di Kota Solo dan sekitarnya.