PAKARTI Sosialisasikan Gagasan Museum Kartun Indonesia di Kresem Artstreet #8 Semarang
Semarang . POSKITA.CO– Gagasan pendirian Museum Kartun Indonesia kembali mengemuka lewat kegiatan Kresem Artstreet #8 yang berlangsung di kawasan Kota Lama Semarang, Sabtu (20/09/2025). Para kartunis yang tergabung dalam Persatuan Kartunis Indonesia (Pakarti) memanfaatkan momentum ini untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat luas mengenai pentingnya kehadiran museum kartun sebagai ruang riset-dokumentasi, edukasi visual, apresias, ekonomi kreatif, pelestarian karya kartun nasional hingga diplomasi budaya.
Di stand Pakarti yang dipadati pengunjung, para kartunis memamerkan karya-karya para kartunis Indonesia sekaligus menjelaskan visi besar pendirian Museum Kartun Indonesia. “Kartun bukan sekadar hiburan, tetapi juga catatan sejarah, kritik sosial, dan refleksi budaya bangsa. Karena itu, keberadaan museum kartun sangat relevan, kalau tidak diarsipkan, kita akan kehilangan jejak perjalanan seni ini,” ujar Abdullah Ibnu Thalhah dari presidium Pakarti yang saat itu tampak asik corat caret menggambar kartun wajah para pengunjung.
Sementara itu, Ibu Endang, salah satu pengunjung yang dikartun, merasakan surprise dengan kegiatan kartun di Kota Lama. “Meski sudah eranya teknologi IA, dikartun langsung secara spontan oleh kartunis Semarang, menjadi pengalaman artistik yang otentik. Seni kartun ini tak tergantikan dan menjadi cinderamata yang unik dari Semarang yang terkenal sebagai ibu kotanya kartun Nusantara,” ujar pengusaha yang malam itu datang sengaja datang bersama keluarga untuk menikmati suasana Kota Lama.
Kegiatan ini mendapat perhatian khusus dari Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang, Bapak Wing Wiyarso, yang berkenan mengunjungi stand Pakarti. Dalam kunjungan tersebut, beliau juga menyampaikan dukungannya terhadap gagasan pendirian Museum Kartun Indonesia. “Kami menyambut baik inisiatif teman-teman kartunis. Museum kartun yang sedang kami usahakan keberadaannya di Kota Lama dapat menambah daya tarik wisata budaya sekaligus memperkaya identitas kreatif Kota Semarang,” ujarnya.
Suasana stand semakin meriah ketika Djoko Susilo, kartunis senior dari harian Suara Merdeka, membuat karikatur spontan Bapak Wing Wiyarso. Momen tersebut disambut hangat oleh pengunjung dan menjadi simbol kolaborasi antara pemerintah daerah dan komunitas seniman kartun dalam menghidupkan wacana museum.

Suara Para Kartunis
Sementara itu, Koesnan Hoesi, kartunis kawakan yang telah lama berkarya di dunia kartun nasional, menambahkan bahwa museum bisa menjadi jembatan antar-generasi.
“Kartunis muda perlu tahu bagaimana karya-karya pendahulu lahir dalam konteks zamannya. Museum akan membuat generasi baru bisa belajar, sekaligus menghargai warisan ini,” ujarnya.
Dari kalangan kartunis yang aktif di media, Wahyu Kokkang menilai bahwa museum juga bisa menjadi sarana literasi visual.
“Sekarang banyak anak muda akrab dengan meme digital, tapi mungkin belum tahu akarnya. Museum kartun bisa menjelaskan bagaimana bahasa visual ini berkembang sejak lama,” katanya.
Sedangkan Sukriyadi Sukartoen, yang dikenal dengan gaya gambar kartunnya yang khas ala ‘wayang mbeling’ menyebutkan bahwa museum juga akan menjadi ruang rekreasi yang mendidik.
“Bayangkan anak-anak datang, tertawa melihat kartun, lalu pulang dengan pengetahuan baru. Itu pengalaman budaya yang menyenangkan,” tuturnya.
Bagi Djoko Susilo, yang malam itu membuat karikatur Kadisbudpar, dukungan pemerintah daerah merupakan kunci penting.
“Kami seniman bisa bergerak, tapi tanpa dukungan kebijakan, museum sulit terwujud. Kehadiran Pak Wing malam ini memberi semangat baru bagi kami,” ujarnya.

Dukungan dari Ketua Kresem
Tidak hanya masyarakat dan pemerintah daerah, dukungan juga datang dari ketua Komunitas Kreator Semarang (Kresem) Bapak Andi Kusnadi, menyampaikan apresiasinya terhadap partisipasi para kartunis.
“Kami bangga, sejak awal teman-teman kartunis ini kami beri kebebasan untuk membangun ruang interaksi dengan masyarakat sehingga Museum Kartun Indonesia semakin dikenal luas. Ini sejalan dengan semangat kami menjadikan Kota Lama sebagai ruang seni publik yang hidup. Museum kartun akan memperkaya ekosistem organik dari seni budaya di Semarang,” ujarnya.
Menurut Andi, keberadaan museum akan menambah daya tarik Kota Lama yang selama ini dikenal sebagai kawasan wisata sejarah. “Jika ada museum kartun di Semarang, wisatawan akan punya alasan tambahan untuk datang, belajar, dan berinteraksi dengan karya-karya unik khas kartun Indonesia,” tambahnya.

Dukungan Tokoh Fotografi
Arbain Rambey, Ketua Komunitas Fotografi Indonesia, yang juga hadir di stand Pakarti, menyampaikan dukungannya terhadap rencana pendirian Museum Kartun Indonesia. Menurutnya, keberadaan museum ini akan menjadi penanda penting bagi ekosistem seni visual di Indonesia.
“Kartun dan fotografi sama-sama merupakan medium visual yang mampu merekam zaman dengan cara khasnya. Kartun dengan imajinasi, garis satir dan refleksi sosialnya, sementara fotografi dengan dokumentasi realitas yang faktual. Kehadiran Museum Kartun Indonesia di Semarang akan memperkaya khazanah seni visual nasional sekaligus menjadi pusat edukasi lintas generasi. Kami di komunitas fotografi melihatnya sebagai mitra strategis untuk menguatkan budaya apresiasi visual di Indonesia,” ujar Arbain Rambey
Melalui keikutsertaan di Kresem Artstreet, semakin jelas bahwa gagasan Museum Kartun Indonesia bukan hanya wacana sesaat, tetapi sebuah visi bersama. Antusiasme masyarakat di Kresem Artstreet menunjukkan bahwa publik menyambut ide ini dengan hangat, sementara para kartunis terus menggaungkannya dengan penuh semangat. Para kartunis berharap gagasan Museum Kartun Indonesia semakin dikenal publik, sekaligus membuka ruang dialog lebih luas dengan berbagai pihak, baik pemerintah, komunitas seni, maupun masyarakat umum.