Lompya Duleg di Desa Gatak Diolah Menggunakan Inovasi Baru
Klaten. Poskita.o – Warga Desa Gatak, Delanggu, Klaten yang memiliki usaha berbagai bidang, salah satunya pembuatan Lompya Duleg dapat dikelola dengan inovasi terbaru.
Potensi untuk pengembangan usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Desa Gatak ini terbuka lebar setelah para mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) Semarang menempuh Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa tersebut.
Melalui program Gatak Regional Empowerment Throught Market Optimization and Value Expansion (Great Move), para mahasiswa KKN-T yang tergabung di IDBU Tim 44, dibantu pemuda pemudi RW 2 Desa Gatak, dapat memberdayakan ekonomi masyarakat melalui pengembangan Centra Oleh-Oleh Khas Desa Gatak sebagai wadah pemasaran, branding, dan distribusi produk unggulan desa.
Inisiatif ini hadir sebagai respon terhadap tantangan yang dihadapi UMKM lokal, khususnya keterbatasan akses pasar, kurangnya strategi branding, dan minimnya optimalisasi teknologi digital.
Dengan program Great Move ini, para pelaku UMKM dibekali dengan pelatihan manajemen usaha, digital marketing, serta strategi pemasaran berkelanjutan. Adapun produk yang dipasarkan di Centra Oleh-Oleh mencakup makanan khas, jajanan pasar, permainan anak-anak yang beragam. Selain itu, sistem penjualan dikembangkan secara offline melalui gerai fisik, serta online melalui marketplace digital agar produk Gatak dapat menjangkau pasar regional.
UMKM yang menjadi ciri khas di RW 2 yaitu Lompya Duleg, tetapi dikarenakan Lompya Duleg memiliki masa simpan yang sebentar sehingga tidak dapat dibawa keluar kota, maka inovasi yang dapat diberikan oleh KKN-T IDBU Tim 44 Universitas Diponegoro yaitu dengan pengemasan menggunakan vacuum sealer supaya mempertahankan masa simpan sehingga Lompya Duleg dapat dipasarkan lebih luas dan inovasi isian bengkoang dilakukan karena bengkoang lebih tahan lama dibandingkan dengan toge, daya simpan bengkoang lebih lama dibandingkan toge. Sebab bengkoang memiliki serat dan kandungan gulanya lebih kompleks.
Berdasar hasil uji organoleptic yang dilakukan mahasiswa Undip menunjukan lompya yang di vacum dapat bertahan 3 hari di suhu ruang, 6 hari di kulkas dan 20 hari di freezer yang mana Lompya Duleg tidak menunjukan perubahan signifikan baik dari rasa dan bentuk.
“Dalam pembuatan Lompya Duleg, yang paling utama diharapkan oleh warga Gatak yaitu pengemasan agar bisa dibawa ke luar kota sebagai oleh oleh karena banyak warga yang merantau ingin membawa oleh oleh Lompya Duleg,” terang Kadus Desa Gatak, Zainudin.
Menurutnya, program ini diharapkan mampu menciptakan efek berganda (multiplier effect) bagi masyarakat, mulai dari peningkatan pendapatan keluarga, terciptanya lapangan kerja baru, hingga tumbuhnya ekosistem UMKM yang tangguh.
Dengan adanya Great Move, lanjutnya, Desa Gatak bertransformasi menjadi desa yang mandiri secara ekonomi dan selaras dengan misi pembangunan berkelanjutan. Begitu juga, pemasaran dapat lebih menyebar luas dengan memanfaatkan media sosial seperti tiktok, Instagram dan Whatsapp Bussines. (**)
Tanto/*