Jasindo Gandeng Keraton Solo Gelar Peken Jasindo
*Dorong UMKM Inklusif dan Pelestarian Budaya
SOLO, POSKITA.co – Perusahaan Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) sebagai anak usaha BUMN di sektor asuransi umum bersama Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat meraih sukses dalam menggelar acara bertajuk Peken Jasindo: Makaryo Hangerekso Budoyo Nuswantoro di Pagelaran Keraton Solo, Sabtu (14/6/2025).
Event ini digelar dalam rangka memperingati ulang tahun ke-52 Jasindo yang banyak dikunjungi ribuan masyarakat dari berbagai kalangan.
Rangkaian acara yang dimulai sejak pukul 09.00 WIB hingga 23.00 WIB dan menghadirkan 51 pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta 12 pedagang kaki lima (PKL) dari Solo dan sekitarnya. Mereka diberi ruang di pelataran Pagelaran Keraton untuk menjajakan produk unggulan seperti kuliner, kerajinan tangan, hingga produk kreatif lainnya. Selain bazar, acara ini juga menyuguhkan berbagai kegiatan edukatif dan hiburan bagi pengunjung secara gratis.
Di area Pagelaran Keraton, pengunjung bisa mengikuti pelatihan keterampilan seperti membatik tulis, membuat buket bunga, menghias akrilik, hingga pelatihan bisnis digital dan literasi asuransi. Kegiatan ini tak hanya menyasar UMKM, tetapi juga membuka partisipasi bagi komunitas difabel, menjadikannya inklusif bagi seluruh elemen masyarakat.
Di ajang tersebut, Direktur Utama Jasindo, Andy Samuel mengemukakan Peken Jasindo merupakan bagian dari komitmen perusahaan dalam memperkuat ekosistem ekonomi kerakyatan, sekaligus memperluas akses pelaku UMKM, termasuk penyandang disabilitas, ke dalam sistem keuangan formal.
“Peken Jasindo bukan sekadar kegiatan seremonial. Ini adalah bentuk nyata kontribusi kami kepada masyarakat. Kami ingin pelaku UMKM naik kelas, berkembang, dan memiliki akses terhadap perlindungan usaha serta pasar yang lebih luas,” kata Andy.
Dirut Jasindo menambahkan, dalam kegiatan ini Jasindo juga menyediakan layanan pembuatan Nomor Induk Berusaha (NIB) dan pendampingan sertifikasi halal secara gratis bagi pelaku usaha.
Menurutnya, aspek legalitas dan kepercayaan publik menjadi kunci dalam memperkuat daya saing UMKM di era kompetisi digital.
“Pelaku usaha tidak hanya butuh promosi, tapi juga jaminan mutu. Karena itu, kami juga fasilitasi sertifikasi halal sebagai upaya meningkatkan daya saing UMKM di pasar nasional,” terangnya.

Sekretaris Jasindo, Brellian Gema, menambahkan, pemilihan Solo sebagai lokasi penyelenggaraan pertama Peken Jasindo bukan tanpa alasan. Solo dinilai sebagai kota dengan magnet kebudayaan yang kuat, memiliki struktur komunitas UMKM yang tertata, serta dukungan ekosistem yang baik bagi pengembangan usaha.
“Kami melihat Solo sebagai kota yang tidak hanya kental akan budaya, tetapi juga memiliki komunitas UMKM yang terorganisir dengan baik. Kehadiran kami di sini bukan untuk mematikan bisnis PKL, tetapi untuk memperkuat dan menata lapak mereka agar lebih layak dan menarik,” ungkap Brellian.
Lebih lanjut dia mengatakan, ke depan kegiatan serupa akan digelar di kota-kota lain dengan harapan dapat memperluas jangkauan literasi bisnis, asuransi, dan perlindungan usaha kepada masyarakat di berbagai daerah.
“Kami juga mengajak komunitas difabel agar mereka mendapat tempat yang setara dalam ekosistem ekonomi. Harapannya, ke depan lebih banyak ruang dan peluang inklusif yang terbuka untuk mereka,” kata Brellian.
Acara ini sangat meriah karena dihadiri sejumlah tokoh dan pejabat, antara lain Kepala OJK Solo Eko Hariyanto, Asisten Perekonomian Sekda Solo Fransisco Amaral, dan jajaran Forkopimda Kota Solo. Dari pihak Keraton Solo, tampak hadir GKR Koes Moertiyah Wandansari atau Gusti Moeng, yang menyambut baik kolaborasi ini.
Dalam sambutannya, Gusti Moeng menyebut kolaborasi antara Jasindo dan Keraton Solo sebagai bentuk keberlanjutan hubungan antara sektor modern dan tradisi budaya. Ia mengungkapkan, pada tahun 1991 Keraton Solo pernah berkolaborasi dengan Jasindo dalam misi kesenian ke Jakarta, dan kini kerja sama itu hadir dalam bentuk yang lebih menyentuh masyarakat secara langsung.
“Kegiatan ini tidak hanya mendukung ekonomi masyarakat, tetapi juga melestarikan budaya Jawa, khususnya Solo. Keraton bukan hanya simbol budaya, tetapi juga pusat kehidupan masyarakat yang terus berkembang. Gotong royong antara institusi modern dan budaya ini harus terus dirawat,” paparnya.
Salah seorang pengunjung, Insan Dipo (38), warga Karangasem, Laweyan, Solo, menyampaikan kepuasannya mengikuti acara bersama keluarganya. Seharian, dia dan keluarganya mengikuti berbagai pelatihan yang disediakan secara gratis.
“Saya ikut pelatihan membatik di tas jinjing, istri saya membuat buket bunga, dan anak saya menghias akrilik. Ini acara edukatif dan menyenangkan. Kalau tahun depan digelar lagi di Solo, saya siap datang kembali,” katanya saat ditemui awak media. (**)