PAKRA ke Wisma Emmaus, Menimba Ilmu kepada Para Imam Jesuit dan Bruder Purnatugas

Spread the love

Semarang, Poskita.co
Paguyuban Ayah Ayah Kristus Raja (PAKRA) Paroki Kristus Raja Solo Baru berkunjung ke Wisma Emmaus, Rumah Retret Girisonta, Minggu (03/11/2024). Wisma Emmaus sebagai tempat berkarya para imam dan bruder Jesuit yang telah purnakarya.
Romo Y.Alis Windu Prasetya,S.J. menyatakan senang atas kunjungan PAKRA, yang anggotanya bapak-bapak untuk mendapatkan sharing pengalaman para romo dan bruder yang sudah pensiun. PAKRA disambut Julius Kardinal Darmaatmadja SJ, Br. Hardja SJ, Rm Udyasusanto SJ, Rm Josephus. Darminta SJ, Rm Suryawarsito SJ, Rm Arko Sudiana SJ dan Rm Alis Windu P, SJ.
“Salut untuk PAKRA Solo Baru. Semoga kunjungan ini menjadi penyemangat bagi para romo dan bruder yang tinggal di Wisma Emmaus,” kata Romo Y Alis Windu Prasetya.
Saat sesi tanya jawab dengan anggota PAKRA, Kardinal Darmaatmadja menceritakan apa saja yang dilakukannya. Salah satu kegiatan Kardinal Darmaatmadja yaitu menulis renungan untuk dimuat di majalah Inspirasi. Aktifitas lainnya, melihat televisi khususnya editorial, agar paham tentang kondisi perpolitikan terkini di Indonesia.
“Saya juga senang membaca koran dan majalah, dan masih mencari informasi yang dibutuhkan menggunakan internet. Bila ada hal-hal baru yang belum saya ketahui, saya aktif browshing internet,” cerita Kardinal Darmaatmadja, pada 20 Desember 2024 genap berusia 90 tahun.
Untuk membaca, Kardinal Darmaatmadja menunjukkan loop kepada anggota PAKRA, sebuah alat kaca pembesar untuk membaca. Lalu, beliau memperlihatkan handphonenya, yang bukan android, dan mempraktekkan cara membaca informasi yang ada di HP.
Julius Kardinal Darmaatmadja baru saja menerbitkan buku berjudul Percik-percik Permenungan Julius Kardinal Darmaatmadja, SJ dari Keheningan Wisma Emmaus Girisonta. Tulisan dan renungan Julius Kardinal Darmaatmadja juga dapat dibaca di majalah inspirasi.id, salah satu judulnya Memaknai Kunjungan Paus Fransiskus di Indonesia, Allah Sumber Keadilan, Pendidikan Iman Anak dalam Era Artificial Intelligence, Gereja Membela Martabat Manusia, dan sebagainya.
Dari keseharian Julius Kardinal Darmaatmadja, kelahiran 20 Desember 1934, di Dusun Jagang, Salam, Muntilan, Jawa Tengah, ini memberi inspirasi yang luar biasa, khususnya untuk PAKRA bahwa di usia sepuh, 90-an tahun, masih aktif dalam pelayanan. Saat menulis, Kardinal Darmaatmadja harus membesarkan font lebih dari 20 agar mudah dibaca, ketika akan dikirim ke redaksi font kembali dibuat normal 12.
Menurut Asep, ketua panitia, tujuan utama kunjungan adalah untuk bersilaturahmi dengan Jesuit senior yang sudah purna tugas.
“Kami ingin bersilaturahmi, saling mendoakan, memohon berkat, serta berbagi kasih kepada para romo yang sudah purna tugas,” ujar Asep, ketua panitia.
Ketua PAKRA Solo Baru, Edy Susanto, menuturkan sangat terkesan dengan kunjungan ke Wisma Emaus. Adapun tujuan utama ke Wisma Emaus yaitu menyapa para romo sepuh di wisma Emaus. PAKRA ingin mengetahui dinamika para romo setelah tinggal di wisma Emaus. PAKRA menimba ilmu kehidupan dari para romo, dan tentunya mohon doa untuk paguyuban PAKRA.
“Kita jadi lebih paham tentang apa saja yang dilakukan para romo, aktifitas keseharian sebagai pendoa maupun aktifitas lainnya. Semoga bisa menjadi inspirasi para ayah PAKRA Solo Baru,” ucap Edy Susanto.
Wiyono, salah satu sesepuh PAKRA, mengaku mendapat inspirasi yang luar biasa dari kunjungannya ke Wisma Emaus.
“Kita semakin termotivasi, terinspirasi dari Kardinal, Romo sepuh, Bruder, bahwa usia lanjut masih bisa berkarya, mendoakan orang lain, dan melakukan aktifitas keseharian dengan penuh semangat. Ini inspirasi yang luar biasa untuk PAKRA, baik bapak bapak yang masih muda maupun yang sudah lansia. Jadi, walau lansia tetap bisa melayani,” ujar Wiyono.
Trimulyono mengaku terkesan dengan himbauan dari Romo Kardinal Darmaatmadja, jangan pernah mengeluh, jangan pernah merasa terbebani.

“Harus legowo ketika Anda menjalankan tugas apapun di dunia ini. Tetaplah  bersyukur dalam kondisi apapun maka Anda akan mendapat nikmat anugerah yang luar biasa dari Tuhan  yang nyata yaitu umur panjang,” kata Trimulyono mengutip Kardinal Darmaatmadja.

Gunharjo, tim publikasi PAKRA, menyatakan banyak yang dipetik dari kehidupan para imam dan bruder di Wisma Emmaus. Usia lanjut bukanlah menjadi halangan untuk melakukan pelayanan. Terbukti, di usia senja, para imam dan bruder masih bersemangat dalam melaksanakan pelayanan.
Usia lanjut juga bukan berarti untuk istirahat dari kegiatan apapun. Para imam dan bruder yang sudah purnakarya tetap melakukan aktifitas sehari-hari dengan berdoa, mendoakan, merenung, mengisi waktu dengan membaca koran dan majalah, melihat berita di televisi, dan menulis renungan.
Usai dari Wisma Emmaus, PAKRA melanjutkan perjalanan ke Gua Maria Kerep Ambarawa untuk melakukan doa jalan salib, dilanjutkan doa di Gua Maria Kerep. Acara dilanjutkan makan bersama di rumah makan dekat GMKA, lalu kembali pulang ke Solo Baru.

Wisma Emmaus
Rumah Emmaus Girisonta, Semarang, Jawa Tengah, didirikan oleh Ordo Serikat Jesus, biasa disebut Jesuit, pada 3 Oktober tahun 1930. Pada awalnya, sebagai tempat untuk berjumpa dengan Allah di tempat yang sunyi (sepi), jauh dari keramaian. Walau sekarang sudah berada di tengah keramaian, di tepi jalan dan sekarang banyak pabrik.
Dikutip dari sesawi.net, pada mulanya hanya rumah retret, lalu Novisiat Serikat Jesus pindah dari Yogyakarta ke Girisonta. Di Girisonta berdiri paroki pertama di Ungaran. Di Wisma Emmaus ada komplek makam Maria Ratu Damai, pemakaman untuk para Jesuit.
Tahun 1960-an, Rumah Retret Girisonta pernah untuk pertemuan para Uskup se-Indonesia, menjadi saksi berdirinya hirarki Gereja Indonesia di tahun 1961. Tahun 1968, Jesuit mendirikan rumah retret Panti Semedi Sangkalputung, Klaten.
Seiring perjalanan waktu, Rumah Retret Girisonta mengubah identitas diri menjadi Pusat Spiritualitas Girisonta (Puspita). Puspita melayani retret kelompok, sekolah, umat, retret pribadi dan kursus bagi bina lanjut. **

Cosmas