Menuju Pembelajaran Bermakna Pada PAK dengan TSTS
Subaryanti, M.Th
Guru Mata Pelajaran Agama Kristen Dan Budi Pekerti
SMA Negeri 11 Semarang
Kurikulum 2013 merupakan Kurikulum yang sangat membantu dalam melaksanakan pembelajaran bermakna, termasuk dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen (PAK). K13 bukan saja memuat pada satu aspek pengetahuan atau kognitif dari peserta didik yang mengikuti pembelajaran, namun konsep K13 ini memberikan sentuhan yang sangat berbeda dari kurikulum sebelumnya.
Pada K13 disematkan atau membangun pola pikir dari segi spritual atau penghayatan hubungan peserta didik dengan Tuhan sebagai Sang Pencipta, mengasah hubungan sosial atau hubungan yang diharapkan dapat dimiliki oleh peserta didik kepada sesama manusia yang serupa dengan diri peserta didik, membangun pemahaman kognitif atau pengetahuan yang diharapkan dapat dimiliki peserta didik, dan membentuk peserta didik dalam segi keterampilan atau mengasah kemampuan mencipta yang dimiliki peserta didik. Keempat segi ini dikenal sebagai Kompetensi Inti dalam K13.
Sebagai guru PAK dan Budi Pekerti, penulis memahami bahwa dirinya juga dituntut untuk menjadi seorang pengembang program pembelajaran dengan berusaha mengetahui dan menggali konsep yang telah dimiliki oleh peserta didik yang kemudian membantu mereka memadukan secara harmonis setiap pengetahuan yang telah dimiliki dengan pengetahuan baru yang dipelajari sehingga semuanya akan bermakna. Keaktifan peserta didik dalam pembelajaran terutama dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen menjadi faktor penting keberhasilan pembelajaran dan juga mampu memotivasinya agar bisa bersaksi dalam hidup setiap hari.
Penulis meyakini, keberhasilan pembelajaran bermakna dapat terwujud apabila Pendidikan Agama Kristen di sekolah dilaksanakan sebaik-baiknya, dengan metode yang tepat maupun cara pembelajaran yang kreatif dan efisien sehingga peserta didik memiliki landasan kepercayaan yang kokoh kepada Tuhan Yesus. Pertumbuhan iman anak yang signifikan kepada Tuhan Yesus patut dibangun pada masa ini.
Oleh sebab itu dalam memberikan pembelajaran PAK di kelas XI SMA Negeri 11 Semarang, penulis berupaya membangun kedekatan dan harmoni yang baik dengan siswa, memberikan pembelajaran yang bermakna bagi peserta didiknya salah satunya adalah dengan menerapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS). Model TSTS sangat menarik dan mampu mengaktifkan siswa di kelas.
Pembelajaran PAK (Pendidikan Agama Kristen) pada kelas XI memiliki kompetensi Dasar yakni: Memahami peranan Allah dalam kehidupan keluarga, menganalisis pentingnya nilai-nilai Kristiani dalam kehidupan keluarga dan pernikahan, menganalisis nilai-nilai Kristiani dalam menghadapi gaya hidup masa kini, memahami peranan keluarga dan sekolah sebagai lembaga pendidikan utama dalam kehidupan masa kini, dan menilai perkembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, seni dan teknologi dengan mengacu pada Alkitab.
Adapun langkah-langkah model pembelajaran TSTS yang yang penulis terapkan adalah mengarahkan peserta didik untuk bekerja sama dalam kelompok, setelah selesai dua peserta didik dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok yang lain, dua peserta didik yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka, tamu mohon diri dan kembali ke kolompok mereka snediri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain, dan kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
Model TSTS merupakan salah satu tipe dalam model pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi ke kelompok lain (Lie, 2008). Jadi lima unsur proses belajar kooperatif yang terdiri atas: saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar kelompok dan evaluasi proses kelompok dapat terlaksana. Pada saat anggota kelompok bertamu ke kelompok lain, maka akan terjadi proses pertukaran informasi yang bersifat saling melengkapi dan pada saat kegiatan dilaksanakan maka akan terjadi proses tatap muka antar siswa dimana akan terjadi komunikasi baik dalam kelompok maupun antar kelompok sehingga siswa tetap mempunyai tanggung jawab perseorangan. Tanggung jawab perseorangan dan kelompok yang dibangun melalui model ini untuk bisa saling bertukar informasi menjadi dasar untuk menumbuuhkembangkan kekuatan spiritual anak.
Peserta didik sangat merespon baik terhadap diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dalam proses pembelajaran.. Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) juga mempengaruhi hasil belajar peserta didik dan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Kristen di SMA Negeri 11 Semarang sehingga pembelajaran PAK menjadi lebih bermakna.
Editor: Cosmas