Solo Safari Gelar Grebeg Syawalan, Lestarikan Budaya dan Tradisi Turun-temurun

Spread the love

SOLO, POSKITA.co – Solo Safari bekerjasama dengan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat menggelar kegiatan Grebeg Syawalan atau dikenal dengan istilah “Bakda Kupat” yang juga memiliki makna Halal bi Halal, Minggu 14 April 024.

Kegiatan Grebeg Syawalan tersebut merupakan tradisi masyarakat Indonesia yang dilakukan lima hari setelah perayaan Idul Fitri. Kegiatan ini adalah ungkapan rasa syukur dan ajang silaturahmi saling bermaafan.

General Manager pengelola Solo Safari, Shinta Adithya mengatakan kami selaku Taman Safari Indonesia melestarikan tradisi turun-temurun dan juga wujud syukur berakhirnya puasa di bulan Ramadan ini.

“Apalah artinya tanpa adanya sejarah di masa lalu, jadi generasi kami terus melestarikan budaya-budaya yang ada di Indonesia ini,” kata Shinta.

Dalam sejarahnya, Bakda Kupat adalah hasil dari pemikiran para Walisongo dalam menyebarkan dakwah Islam melalui budaya. Bagi masyarakat Jawa, khususnya di wilayah Karaton Surakarta Hadiningrat, tradisi Upacara Grebeg Syawalan ini terus dihidupkan untuk selalu mengingatkan kita kepada Sang Maha Pencipta dan membangun hubungan yang baik antar sesama.

Solo Safari yang dahulu bernama Taman Satwa Taru Jurug selalu mengadakan kegiatan Syawalan Jurug sebagai bentuk nguri-uri tradisi leluhur dan bentuk penghormatan kepada Raja Paku Buwono X sebagai sosok Raja yang pada eranya menginisiasi adanya Kebun binatang.

Di mana, kebun binatang ini bisa dinikmati masyarakat umum dengan memindahkan satwa peliharaan Karaton  di Taman Sriwedari (Kebon Raja) yang pada akhirnya dipindahkan ke Taman Satwa Taru Jurug dan dalam perkembangannya saat ini menjadi Solo Safari.

Tradisi estafet kepemimpinan dan regenerasi atau pembaharuan ini yang diharapkan terus berkelanjutan diwujudkan dengan menampilkan sosok simbolis Jaka Tingkir yang merupakan figur generasi muda penerus dinasti Majapahit yang berhasil memadukan nilai tradisi budaya dengan keagamaan.

Dua gunungan Kupat yang dihadirkan dalam Upacara Syawalan merupakan wujud ungkapan rasa syukur dan jiwa berbagi kepada masyarakat yang diyakini sebagai bagian ngalap berkah dan sikap kerendah hati karena meyakini semboyan Jawa Kupat bumbunipun santen yang artinya Ngaku lepat nyuwun gunging pangapunten.

Keindahan makna filosofis dalam tradisi Syawalan ini merupakan bagian dari pelestarian budaya yang tetap menyambungkan benang merah sejarah Kota Solo yang tidak bisa lepas dari cikal bakalnya yang bersumber di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Maka Solo Safari menjadi sebuah wahana Satwa yang hadir dengan konsep yang baru tetapi tidak meninggalkan akar budaya dan tradisi yang melekat di dalamnya.

Pada kesempatan kali ini, kegiatan Syawalan ing Solo Safari yang berperan sebagai Jaka Tingkir adalah KRA. Rizki Baruna Ajidiningrat yang merupakan mantu dalem Paku Buwono XIII. Sebelumnya, tim penyelenggara juga melaksanakan ziarah ke Makam Sultan Hadiwijaya dan ketiga sahabatnya yaitu Mas Monco Negoro, Mas Wilomarto, dan Mas Wuragil sebagai bentuk permohonan izin mengadakan acara Syawalan ini.

Rangkaian acara Syawalan ing Solo Safari ditandai dengan kirab dimana Jaka Tingkir mengendarai kuda menuju open stage Solo Safari diiringi dengan korps musik dari Karaton Kasunanan Surakarta. Selain itu, kirab Jaka Tingkir juga akan dimeriahkan oleh iring-iringan Pasukan, Abdi dalem dan Ulomo dari Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Setelah melaksanakan kirab, Jaka Tingkir juga akan menyeberangi danau menggunakan Gethek yang didampingi oleh tiga sahabatnya menuju Open Stage. Selanjutnya, setelah didoakan sepasang Gunungan Ketupat dibagikan ke masyarakat umum di Halaman Solo Safari.

Dengan adanya kegiatan ini, Solo Safari berharap dapat mewujudkan bentuk syukurnya dengan berbagi dengan masyarakat umum dan dapat menjaga, melestarikan budaya yang adiluhung. (*/arya)