Discovery Learning Tingkatkan Pembelajaran Projek IPAS Materi Perubahan Energi Siswa Kelas X SMK Era IKM

Spread the love

oleh: Faozi, S.Pd.
Guru Kelas X di SMK Islam Randudongkal
Jawa Tengah

Pada kurikulum merdeka Belajar, Mapel Projek IPAS menghendaki siswa dapat memenuhi capaian pembelajaran sebagai bukti telah mencapai syarat ketuntasan belajar, dimana siswa dituntut tidak hanya menguasai konsep saja namun dapat mengimplementasikan konsep tersebut berupa karya yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan. Berdasarkan hal tersebut, maka siswa diminta untuk dapat membuat sebuah rancangan dan merealisasikan rancangan tersebut dalam rangka untuk membantu menyelesaikan masalah kehidupan. Adapun hal tersebut menuntut siswa untuk dapat melakukan suatu penemuan guna mewujudkannya.
Keberhasilan proses belajar mengajar di kelas dapat ditunjukkan oleh capaian pembelajaran yang diperoleh para peserta didik, dimana salah satu faktor penentunya adalah kesesuaian metode dan model pembelajaran yang digunakan. Mata pelajaran Projek IPAS siswa hendaknya dapat menjadi pribadi yang mampu memecahkan masalah pada kehidupan sehari-hari, dimana hal ini dapat dilatih melalui metode pembelajaran yang digunakannya secara tepat dan konkret.
Penggunaan model Discovery learning memerlukan persiapan-persiapan sebagai berikut, yaitu :1. Pemilihan masalah dan topik projek yang harus dilakukan siswa, 2. Pembagian kelompok secara heterogen dimana tiap kelompok terdapat siswa-siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda, dan 3. Menyiapkan lembar kerja peserta didik,
Pendidik menjelaskan efektivitas belajar sebagai tingkat pencapaian tujuan pembelajaran, berupa peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan pengembangan sikap melalui proses pembelajaran. Daryanto dalam Supanti (2017) menyebutkan aspek-aspek efektifitas belajar meliputi: 1) peningkatan pengetahuan, 2) peningkatan ketrampilan, 3) perubahan sikap, 4) perilaku, 5) kemampuan adaptasi, 6) peningkatan integrasi, 7) peningkatan partisipasi, 8) peningkatan interaksi kultural.
Guru profesional hendaknya mampu menampilkan keahliannya di depan kelas, diantaranya: pemahaman tentang siapakah peserta didik, bagaimana potensi, kemampuan, karakteristik, dan sifat-sifatnya. Sehingga diperlukan keahlian mengenal dan berbagai jenis model pembelajaran serta memilih manakah model yang paling tepat untuk menyampaikan pembelajaran kepada siswa. Trianto (2012) menjelaskana tentang Pendekatan interdisipliner sebagai pendekatan pembelajaran IPAS yang memungkinkan siswa baik secara individual dan kelompok aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik. Pada kenyataannya masih banyak guru yang belum menemukan model pembelajaran, akibatnya tidak tercapainya proses pembelajaran. Pada pelaksanaan prakteknya, terkadang guru kembali menjadi pusat sumber informasi dalam kelas, sehingga siswa hanya pasif sebagai obyek.
Berpikir kritis merupakan proses berpikir untuk menyelidiki secara sistematis proses berpikir itu sendiri, maksudnya tidak hanya memikirkan dengan sengaja, tetapi juga meneliti bagaimana kita dan orang lein menggunakan bukti dan logika. Menurut Vicent Reuggerio ( dalam Supanti 2017) berpikir kritis merupakan semua aktivitas mental yang membantu merumuskan dan memecahkan masalah, membuat keputusan dan memahami untuk pencarian sebuah jawaban dan sebuah pencarian makna.
Ketrampilan berpikir kritis antara lain memfokuskan pada pertanyaan, mengkritik, kredibilitas suatu sumber, meninjau dan mengkritik laporan suatu sumber, menyimpulkan dan mengkritik deduksi, menyebabkan dan mengkritik induksi, mengambil keputusan. Model discovery Learning menurut Alma dkk (2015:59) juga disebut sebagai pendekatan inquiri (inquiry). Beliau menjelaskan bahwa discovery learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Discovery Learning menekankan pemecahan masalah yang diberikan kepada siswa, sedangkan dalam Inquiry learning masalahnya bukan merupakan rekayasa. Trianto (2012) juga menjelaskan bahwa pengajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan siswa sendiri, mengembangkan inquiri, siswa mau mengembangkan kemampuan berpikir tingkat lebih tinggi, serta meningkatkan kemandirian dan percaya dirinya.
Pendidik menyelesaikan masalah tersebut, dan menciptakan semangat dan antusias siswa selama proses pembelajaran discovery Learning. Siswa memperoleh pengetahuan yang sebelumnya tidak diketahuinya tanpa melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukannya sendiri. Siswa juga dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Siswa mampu menemukan konsep, melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, dan menarik kesimpulan. Hal tersebut sesuai dengan ciri-ciri pemikir kritis yaitu menganalisis argumentasi, mencari bukti yang sah dan menghasilkan kesimpulan, untuk mencari kejelasan suatu masalah dan alasannya, mencari informasi dari berbagai sumber, bersifat terbuka, memperhatikan situasi secara keseluruhan dan mencari alternatif.
Hasil belajar yang dicapai siswa setelah evaluasi sangat dipengaruhi beberapa faktor baik dari sisi siswa sendiri maupun dari lingkungan sekitar siswa. Model Discovery Learning siswa merasa nyaman dalam mempelajari masalah dan tertantang untuk memecahkannya. Siswa merasa senang sampai lupa waktu, hal ini tampak saat waktu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial berakhir untuk pergantian mata pelajaran yang lain, siswa masih belum beranjak untuk mengakhirinya.
Pendidik berperan penting dalam memberikan pembelajaran yang bermakna pada mata pelajaran Projek Ipas terutama dalam kemampuan dan pemahaman materi statitiska siswa kelas X SMK sejak dini. Siswa dapat meningkatkan kemampuannya dalam perhitungan statistika yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Anak akan lebih tertarik dan termotivasi dalam pembelajaran bersama guru dan temannya. Guru memberikan bimbingan dan fasilitatair dalam kegiatan pembelajaran yang terus berubah seiiring dengan perkembangan zaman. Peserta didik selalu diperhatikan kegiatan pembelajarannya dengan model pembelajaran yang tepat untuk kegiatan belajar mengajar Projek Ipas agar lebih terarah, efektif dan efisien. Pendidik dengan menggunakan strategi dan model Discovery Learning dapat meningkatkan kemampuan siswanya dalam materi Perubahan Energi pada Projek IPAS secara lebih optimal sehingga motivasi belajarnya semakin meningkat khususnya pada implementasi Kurilkulum Merdeka. **
Editor: Cosmas