Peningkatan Hasil Belajar Volume dan Jaring-Jaring Bangun Ruang Siswa Kelas V Melalui Media Benda Konkret

Spread the love

Oleh: Sri Wahyuni, S, Pd., Guru Kelas V SD Negeri 03 Dawung kecamatan Matesih, kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah

Matematika diberikan dalam pendidikan formal mulai jenjang terkecil di Taman Kanak-kanak. Matematika sebagai salah satu jenis dari enam materi ilmu yaitu: matematika, fisika, biologi, psikologi, ilmu-ilmu sosial, dan linguistik. Pendidik dengan merujuk pada pandangan konstruktivisme, hakikat matematika yakni anak yang belajar matematika dihadapkan dengan suatu masalah tertentu berdasarkan konstruksi pengetahuan yang diperolehnya ketika belajar, dan anak berusaha memecahkannya. Pendidik mengungkapkan tujuan pembelajaran matematika yakni: melatih dan menumbuhkan cara berfikir sistematis, logis, kritis, kreatif, konsisten, mengembangkan sikap gigih, dan siswa percaya diri dalam menyelesaikan masalah.
Dimyati (2017) menjelaskan ciri utama matematika adalah penalaran deduktif yaitu kebenaran suatu konsep dan pernyataan yang diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya. Beliau menambahkan dalam pembelajaran pemahaman konsep sering diawali secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata. Pendidik memahami proses induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep matematika. Siswa selama mempelajari matematika dikelas, aplikasi hasil rumus dan sifat yang diperoleh dari penalaran deduktif dan induktif sering ditemukan meskipun tidak secara formal hal ini disebut dengan belajar bernalar kritis.
Anak usia SD pada umumnya berada pada tahap berpikir operasional konkret dan kemungkinan juga masih berada pada tahap pre-operasional. Anak pada setiap tahapan memiliki ciri-cirinya sesuai umur kesiapannya. Siswa yang berada pada tahap operasi konkret memahami hukum kekekalan pembelajaran matematika. Anak yang belum bisa berpikir secara deduktif memerlukan pembuktian dalil-dalil matematika guna pembelajaran yang optimal. Pendidik mengungkapkan bahwa pada dasarnya pelajaran matematika di SD itu dapat dimengerti oleh para siswa dengan baik. Pendidik dalam mengajarkan sesuatu bahasan itu harus diberikan kepada siswa yang sudah siap untuk dapat menerimanya. Pendidik dapat melihat perkembangan anak untuk bisa mengetahui tahapan intelektual dan berpikir siswa di SD dalam pembelajaran matematika. Pendidik dalam pembelajaran matematika perlu menggunakan media benda konkret agar pembelajaran dapat berjalan efektif dan efisien.
Media pada intinya yaitu sarana untuk memudahkan guru dalam menyampaikan materi dan memudahkan peserta didik dalam memahami materi yang disampaikan guru. Penggunaan media dalam pembelajaran bisa diciptakan oleh siswa dan guru dengan bahan seadanya, misal dengan menggunakan barang-barang bekas, barang yang ada disekitar lingkungan sekolah. Siswa menggunakan lingkungan itu sendiri sebagai media pembelajaran.
Umi Chofshoh (2019) mengungkapkan media konkret sebagai segala sesuatu yang nyata dan dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat menstimulus pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sehingga proses pembelajaran dapat berjalan lebih efektif dan efesien menuju tercapainya tujuan yang diharapkan. Pendidik mendefinisikan media benda konkrit adalah objek yang sesungguhnya yang akan memberikan stimulus yang sangat penting bagi siswa dalam mempelajari berbagai hal, terutama yang menyangkut pengembangan keterampilan tertentu. Media konkret merupakan alat bantu yang paling mudah penggunaannya, karena siswa tidak perlu membuat persiapan selain langsung menggunakannya.
Fakhan Amirul Huda (2019) mengartikan media benda konkret sebagai media pembelajaran yang berasal dari benda-benda nyata yang banyak dikenal oleh peserta didik dan mudah didapatkan oleh peserta didiknya. Guru dan peserta didik mudah menggunakan media benda nyata karena media ini sering dijumpai di lingkungan sekitarnya. Mulyani sumantri (dalam Umi Chofshoh: 2019) menyebutkan beberapa fungsi media konkret, antara lain: a.) Alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif; b) media sebagai bagian integral dari keseluruhan situasi mengajar, c) pendidik meletakkan dasar-dasar yang konkrit dan konsep yang abstrak sehingga dapat mengurangi pemahaman yang bersifat verbalisme; d) Guru mengembangkan motivasi belajar siswa; e) pendidik dapat mempertinggi mutu pembelajaran.
Pendidik mengungkapkan materi bangun ruang kelas V SD ini sebagai materi yang cukup penting bagi siswa kelas V SD, sebab bangun ruang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Bangun Ruang sebagai bangunan tiga dimensi. Bangun ruang memiliki jenis bangun yang mempunyai ciri ruang dan sisi-sisi yang membatasinya. Siswa dapat mempelajari beberapa jenis bangun ruang antara lain: kubus, balok, tabung, kerucut, limas segitiga, limas segi empat, prisma segitiga, dan bola. Pendidik mengungkapkan bahwa materi bangun ruang ini bersumber dari KD yang menjelaskan dan menentukan volume bangun ruang dengan menggunakan satuan volume dan hubungan perhitungan pangkat tiga dengan akar pangkat tiga. Pendidik menambahkan KD berikutnya yaitu “Menjelaskan dan menemukan jaring-jaring bangun ruang sederhana (kubus dan balok)”, sehingga siswa dapat memeplajari bangun ruang dengan sebaik-baiknya.
Peserta didik dapat memanfaatkan media benda konkret yang ada di kelas dan di lingkungan sekitar sekolahnya. Siswa dapat menyebutkan dan mengidentifikasi bangun ruang dikelasnya, antara lain: lemari, meja, kardus, jam, ruang kelas, globe, kotak pensil, tabung, dan terompet. Siswa juga dapat mengidentifikasi bentuk bangun ruang dari lingkungan sekolah, antara lain: drum tandon air, bentuk mushola, bentuk bangun ruang, tong sampah, ruang perpustakaan, dan lain sebagainya sehingga siswa dapat lebih mudah mempelajari materinya.
Pendidik memanfaatkan media benda nyata agar siswa memiliki bekal kemampuan yang kuat dan akurat dalam pembelajaran matematika di kelas V SD, khususnya pada materi volume dan jaring-jaring bangun ruang sejak dini. Pendidik memiliki peranan penting dalam mengenalkan siswa terhadap pembelajaran matematika realistik dengan memanfaatkan media dari lingkungan sekitarnya. Peserta didik akan lebih tertarik dan bersemangat dalam kegiatan pembelajaran yang mengaitkan benda nyata. Siswa memperoleh pembelajaran di sekolah dengan lebih bermakna jika guru mengaitkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa dalam proses belajar mengajar dengan penggunaan media yang relevan dan tepat. Pendidik dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam kurikulum 2013 khususnya pada pembelajaran matematika melalui “media benda konkret” di SDN 03 Dawung, kabupaten Karanganyar, provinsi Jawa Tengah sehingga prestasi belajar siswa kelas V dapat meningkat. **
Editor: Cosmas