Model NHT Tingkatkan Hasil Belajar Prakarya dan Kewirausahaan Siswa Kelas XII SMA
Oleh: Dian Arifiyah, S.Pd., Guru PKWU Kelas XII di SMA N 1 Bulakamba, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah
Pada era yang semakin modern negara Indonesia dituntut untuk terus menciptakan generasi yang berkompeten, canggih, dan mampu bersaing dengan pembangunan suatu negara yang tidak terlepas dari peran pentingnya pendidikan yang bermutu unggul. Pemerintah melalui pendidikan yang bermutu akan menghasilkan daya saing tinggi. Pendidik memahami bahwa pendidikan laksana suatu eksperimen yang terus menerus dan tidak pernah selesai sampai kapanpun sepanjang masih ada kehidupan manusia di dunia. Pendidik memahami bahwa pendidikan merupakan bagian kebudayaan dan peradaban manusia yang terus berkembang. Siswa dibimbing agar sejalan dengan pembawaan manusia yang memiliki potensi kreatif dan inovatif.
Pendidik mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia. Pendidik memahami upaya peningkatan mutu pendidikan menjadi bagian terpenting dari upaya peningkatan kualitas manusia, baik dalam aspek keaktifan, kepribadian dan tanggung jawab sebagai warga masyarakat. Pendidik menjelaskan salah satu upaya membina dan membangun SDM yang tangguh dan dapat diandalkan diantaranya melalui pendidikan, baik pendidikan yang diberikan secara formal dan nonformal. Seiring berjalannya waktu dan semakin pesatnya tingkat intelektualitas dan kualitas kehidupan, dimensi pendidikan menjadi semakin kompleks, dan tentu saja hal itu membutuhkan sebuah desain pendidikan yang juga tepat sesuai dengan kondisinya.
Febi Priyanda Yunitasari (2017) menjelaskan tujuan dan fungsi pendidikan adalah untuk memberikan bekal yang diperlukan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Pendidik melalui pendidikan, siswa diharapkan mampu membangun sikap dan tingkah laku serta pengetahuan dan ketrampilan yang berguna bagi kelangsungan dan kemajuan diri dalam masyarakat, bangsa, dan negara. Pemerintah melakukan usaha untuk peningkatan mutu pendidikan menjadi lebih baik terutama pada pendidikan formal. Siswa diharapkan mampu menghasilkan output yang berkualitas dalam proses pendidikan yang dipengaruhi oleh berhasil tidaknya kegiatan belajar mengajar.
Gamal Thabroni (2021) mengartikan model Pembelajaran NHT (numbered head together) sebagai tipe pembelajaran kooperatif yang mengelompokan peserta didik menjadi beberapa kelompok, kemudian setiap anggota kelompok diberi nomor dan diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan gurunya. Siswa memiliki kelompok untuk menjawab pertanyaan. Guru akan memilih secara acak salah satu siswa dari anggota kelompok tersebut dengan cara mengocok nomor yang telah dimiliki masing-masing anggota kelompok penjawab. Siswa akan lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Menurut Huda (2015, hlm. 245) menjelaskan beberapa langkah-langkah yang dilakukan dalam penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT, antara lain: 1) Guru menyampaikan materi pembelajaran dan permasalahan kepada peserta didik sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai, 2) guru memberikan kuis secara individual kepada peserta didik untuk mendapatkan skor dasar dan awal, 3) Pendidik membagi kelas dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompok terdiri dari 4-5 peserta didik dan kelompok diberi nomor yang akan menjadi identitasnya ketika ditunjuk secara acak sebagai perwakilan untuk menjawabnya, 4) Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam kelompok, 5) Pendidik mengecek pemahaman peserta didik dengan memanggil salah satu nomor anggota kelompok untuk menjawab. Pendidik memahami bahwa jawaban salah satu peserta didik yang ditunjuk oleh guru merupakan wakil jawaban dari kelompok, 6) Guru memfasilitasi peserta didik dalam membuat rangkuman, mengarahkan dan memberikan penegasan ulang pada akhir pembelajaran, 7) Guru memberikan tes dan kuis pada peserta didik secara individual agar lebih intensif, 8) Siswa memperoleh penghargaan dari hasil kerja kelompok. Siswa melalui penghargaan berdasarkan perolehan nilai dan peningkatan hasil belajar individu dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.
Pendidik menyadari salah satu masalah yang terdapat dalam proses pembelajaran yakni kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Menurut Hermawan (2017: 83) menjelaskan tentang keaktifan siswa dalam kegiatan belajar tidak lain adalah untuk mengkonstruksi pengetahuan siswa sendiri. Peserta didik aktif membangun pemahaman atas persoalan dan segala sesuatu yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran. Pendidik melihat berdasarkan pengalaman dalam proses pembelajaran selama ini proses belajar mengajar pada mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan masih terdapat beberapa masalah yang perlu dipecahkan oleh guru sehingga tujuan pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan tercapai secara maksimal. Pendidik menyebutkan masalah-masalah tersebut antara lain: 1) dari sisi guru : berupa pengajaran di kelas yang kurang efektif, pendidik melakukan pengelolaan proses belajar mengajar yang biasa saja dan kurang sistematis, guru kurang menstimulus aktivitas belajar murid, 2) dari sisi siswa antara lain : banyak siswa yang kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran, misalnya siswa tidak mau bertanya, kurangnya keberanian siswa untuk mengutarakan pendapatnya didepan kelas, serta ketikan siswa mengerjakan soal didepan kelas merasa kurang percaya diri, siswa tidak memberikan jawaban atas pertanyaan gurunya .
Pendidik berperan penting dalam memberikan pembelajaran yang bermakna pada pembelajaran prakarya dan kewirausahaan siswa kelas XII SMA sejak dini. Peserta didik selalu diperhatikan kegiatan pembelajarannya dengan metode yang tepat untuk kegiatan belajar mengajar prakarya dan kewirausahaan agar lebih terarah, efektif, dan efisien. Pendidik dengan menggunakan strategi model NHT pada mata pelajaran PKWU siswa kelas XII SMA N 1 Bulakamba Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah dapat meningkatkan kemampuan dalam pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan secara lebih optimal sehingga motivasi belajarnya semakin meningkat. ***
Editor: Cosmas