Pembiasaan dan Peneladanan Salat Fardhu melalui Metode Demonstrasi

Spread the love


Oleh: Etiek Widyaningsih, S.PdI

Guru Mata Pelajaran PAI & BP, SD Negeri Kedungsono 02 Bulu Sukoharjo

Salat adalah kunci surga. Salat itu tiang agama. Salat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar. Dan salat merupakan ibadah yang pertama kali akan ditanyakan dan dihisab oleh Allah SWT, kelak di akhirat.
Mengingat pentingnya ibadah salat bagi umat islam sesuai firman Allah SWT dalam Al Qur’an surah Al Baqarah : 43, maka penulis selaku Guru PAI di SDN Kedungsono 02 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo mempunyai beban tugas, tanggung jawab dan kewajiban terhadap keberlangsungan kedisiplinan siswa dalam melaksanakan salat fardhu tersebut.
Akan tetapi, peran, tugas dan tanggung jawab orang tua siswa di rumah yang justru lebih besar, paling dominan dan paling dibutuhkan siswa, dibandingkan dengan guru PAI dalam proses pembelajaran PAI di sekolah.
Dalam artikel ini, penulis hanya menyajikan salah satu materi mata pelajaran PAI yaitu fiqih tentang salat fardhu. Dalam “Implementasi Sholat Fardhu sebagai Sarana Pembentuk Karakter Maha Peserta Didik Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang”, menyatakan bahwa, “Kewajiban seluruh umat muslim dan juga muslimah sehari semalam yaitu dengan sholat lima waktu meliputi sholat fardhu subuh, sholat fardhu dhuhur, sholat fardhu ashar, sholat fardhu maghrib dan sholat fardhu isya, sebagaimana yang dicantumkan dalam Q.S. al-Baqarah : 43, yang artinya ; “dan laksanakanlah sholat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang yang rukuk” (Zaitun, 2013).
Dalam bukunya yang berjudul “Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran”, menyatakan bahwa “Metode Demonstrasi adalah salah satu strategi mengajar dimana guru memperlihatkan suatu benda asli, benda tiruan, atau suatu proses dari materi yang diajarkan kepada seluruh peserta didik” (Miftahul Huda, 2013). Dalam penerapannya, metode ini menuntut peran aktif guru untuk memperagakan langsung materi gerakan salat kepada anak didik agar dapat menerima dan mengikuti yang diperagakan guru dengan baik dan benar, sehingga perhatiannya dapat lebih fokus dan lebih terarah.
Penanaman prinsip kedisiplinan yang kuat tentang pelaksanaan salat wajib akan memotivasi anak didik untuk lebih rajin dan berkomitmen agar selalu salat tepat waktu, atau tidak menunda-nunda, tanpa alasan syar’I yang diperbolehkan. Anak didik akan dapat melihat dan meniru langsung tindakan yang dilakukan oleh guru mereka di sekolah. Penyampaian materi secara teoritis dan dilanjutkan dengan praktik membuka kesempatan bagi guru untuk memperagakan secara langsung diantaranya dalam kegiatan salat luhur berjama’ah di mushala atau masjid terdekat dengan sekolah
Dan jika memungkinkan dapat memberikan jam tambahan berupa kegiatan keteladan (ekstrakurikuler) guru, yaitu contoh dengan membimbing anak didik untuk mengerjakan salat sunah dhuha di sela waktu ketika mereka beristirahat di pagi hari (sekitar pukul 09.00 pagi). Dengan membiasakan kepada anak didik salat sunah dhuha, minimal seminggu sekali, diharapkan akan semakin menambah semangat mereka dalam beribadah kepada Allah SWT.
Sedangkan demi keberlangsungan pembelajaran materi salat fardhu oleh guru PAI di sekolah, orang tua dapat melengkapi, mengulang, serta melanjutkan materi salat fardhu tersebut di rumah. Rasulullah shallawwahu aliahi wasallam bersabda ; “Dari Amr bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya, bahwa Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassalaam bersabda : “perintahlah anak-anakmu shalat di waktu mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka manakala mengabaikannya ketika mereka berumur sepuluh tahun. Serta pisahkan mereka di dalam tempat tidur mereka (sejak itu).” (HR. Abu Dawud).
Berdasarkan dalil di atas, orang tua dapat memberikan teladan (contoh) dan membiasakan anak mereka untuk disiplin dalam mengerjakan salat tepat waktu, dengan cara misalnya : mengajak dan atau memberikan perintah dengan membimbing dan memimpin secara langsung agar mereka rajin melaksanakan salat fardhu secara bersama-sama di masjid terdekat. Bahkan dapat juga dengan menambahkan amalan salat sunah ; rawatib, tahajud, fajar, ataupun yang lain.
Penulis menyadari betapa pentingnya menumbuhsadarkan dan memotivasi semangat jiwa jihad siswa untuk tetap istiqomah melaksanakan salat wajib 5 waktu. Apalagi di jaman ini, berbagai informasi, ilmu dan teknologi berkembang begitu pesat dan cepat, seolah menyeruak tanpa kompromi dan tanpa ada batas, sehingga diperlukan pondasi dan filter yang sangat kuat dan kokoh untuk membentengi akhlak generasi muda kita sampai akhir jaman. **
Editor: Cosmas